Lompat ke isi

Apolinarianisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
KamikazeBot (bicara | kontrib)
k r2.6.4) (bot Menambah: pl:Apolinaryzm
55hans (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{inuse|15 Maret}}
[[Berkas:Apollinaris of Laodecia.jpg|thumb|right|Apollinaris dari Laodikea]]
[[Berkas:Apollinaris of Laodecia.jpg|thumb|right|Apollinaris dari Laodikea]]
'''Apolinarianisme''' atau '''Apolinarisme''' adalah pandangan yang dikemukakan oleh [[Uskup]] [[Apollinaris dari Laodikea]] ([[310]]-[[390]] M).<ref name="Henk">Henk ten Napel. 2006, Kamus Teologi Inggris Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 36.</ref> Ia mengatakan bahwa [[Yesus]] mempunyai tubuh sebagai [[manusia]] tetapi tidak memiliki roh dan jiwa rasional.<ref name="Gerald">{{id}}Gerald O'Collins, SJ. & Edward G Farrugia, SJ. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 32.</ref> Pada diri [[Yesus]] adalah pikiran [[Allah|Ilahi]].<ref name="Gerald"></ref> Apolinarianisme merupakan suatu usaha untuk membela keilahian [[Kristus]] tetapi mengorbankan sisi kemanusiaan Kristus.<ref name="Gerald"></ref> Ada dua alasan yang dikemukakan oleh Apollinaris mengenai mengapa ia tidak menerima [[Yesus]] mempunyai jiwa insani yang rsional.<ref name="Nico Syukur">Nico Syukur Dister. 2004, Teologi Sistematika 1. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 202.</ref>
'''Apolinarianisme''' atau '''Apolinarisme''' adalah pandangan yang dikemukakan oleh [[Uskup]] [[Apollinaris dari Laodikea]] ([[310]]-[[390]] M).<ref name="Henk">Henk ten Napel. 2006, Kamus Teologi Inggris Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 36.</ref> Ia mengatakan bahwa [[Yesus]] mempunyai tubuh sebagai [[manusia]] tetapi tidak memiliki roh dan jiwa rasional.<ref name="Gerald">{{id}}Gerald O'Collins, SJ. & Edward G Farrugia, SJ. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 32.</ref> Pada diri [[Yesus]] adalah pikiran [[Allah|Ilahi]].<ref name="Gerald"></ref> Apolinarianisme merupakan suatu usaha untuk membela keilahian [[Kristus]] tetapi mengorbankan sisi kemanusiaan Kristus.<ref name="Gerald"></ref> Ada dua alasan yang dikemukakan oleh Apollinaris mengenai mengapa ia tidak menerima [[Yesus]] mempunyai jiwa insani yang rsional.<ref name="Nico Syukur">Nico Syukur Dister. 2004, Teologi Sistematika 1. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 202.</ref>

Revisi per 7 April 2011 04.31

Berkas:Apollinaris of Laodecia.jpg
Apollinaris dari Laodikea

Apolinarianisme atau Apolinarisme adalah pandangan yang dikemukakan oleh Uskup Apollinaris dari Laodikea (310-390 M).[1] Ia mengatakan bahwa Yesus mempunyai tubuh sebagai manusia tetapi tidak memiliki roh dan jiwa rasional.[2] Pada diri Yesus adalah pikiran Ilahi.[2] Apolinarianisme merupakan suatu usaha untuk membela keilahian Kristus tetapi mengorbankan sisi kemanusiaan Kristus.[2] Ada dua alasan yang dikemukakan oleh Apollinaris mengenai mengapa ia tidak menerima Yesus mempunyai jiwa insani yang rsional.[3] Pertama, hal semacam itu berarti mengandaikan bahwa kodrat insani Kristus merupakan entitas tersendiri.[3] Kedua, kegiatan intelektual yang insani itu mengandaikan pula kodrat insani pada suatu saat dapat memutuskan kesatuannya dengan keilahian sehingga kesatuan antara Ketuhanan dan kemanusiaan belum tentu kesatuan yang tetap.[3] Dari kedua hal ini, kemudian Apollinaris menarik kesimpulan bahwa sang Ilahi tidak menerima akal budi insani tetapi mengisi tempat akal budi itu.[3] Di dalam pemikirannya, Apollinaris menggunakan istilah "Theos sarks ho foros" yang artinya Allah yang memikul daging.[4]


Pandangan ini dinyatakan sebagai bidaah (ajaran sesat) pada Konsili Konstantinopel (381).[5] Kristus secara resmi digambarkan sepenuhnya manusia dan sepenuhnya Allah. Para pengikut Apolinarianisme dituduh berusaha menciptakan tertium quid.


Referensi

  1. ^ Henk ten Napel. 2006, Kamus Teologi Inggris Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 36.
  2. ^ a b c (Indonesia)Gerald O'Collins, SJ. & Edward G Farrugia, SJ. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 32.
  3. ^ a b c d Nico Syukur Dister. 2004, Teologi Sistematika 1. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 202.
  4. ^ F.D Wellem. 2003, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh.. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 9.
  5. ^ (Indonesia)Tony Lane. 2007, Runtut Pijar -- Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 32.