Lompat ke isi

Ukiyo-e: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Midori (bicara | kontrib)
+periode pertengahan
Midori (bicara | kontrib)
Baris 26: Baris 26:
Di tahun [[1765]], kalender bergambar yang disebut E-goyomi populer di kalangan penyair [[haiku]] di [[Edo]], sampai-sampai sempat diadakan pertemuan untuk tukar menukar kalender bergambar. Pelukis ukiyo-e [[Suzuki Harunobu]] mengantisipasi minat masyarakat dengan membuat ukiyo-e menggunakan tinta beraneka warna. Seni ukiyo-e mencapai zaman keemasan berkat teknik cetak warna ukiyoe secara ''full-color''.
Di tahun [[1765]], kalender bergambar yang disebut E-goyomi populer di kalangan penyair [[haiku]] di [[Edo]], sampai-sampai sempat diadakan pertemuan untuk tukar menukar kalender bergambar. Pelukis ukiyo-e [[Suzuki Harunobu]] mengantisipasi minat masyarakat dengan membuat ukiyo-e menggunakan tinta beraneka warna. Seni ukiyo-e mencapai zaman keemasan berkat teknik cetak warna ukiyoe secara ''full-color''.


Percetakan full color dimungkinkan berkat penciptaan batas-batas (''kento'') pada objek lukisan yang memungkinkan pewarnaan secara berkali-kali sesuai dengan jumlah warna yang digunakan dan [[washi]] kualitas tinggi yang tahan melewati proses pewarnaan berulang kali. Ukiyo-e banyak menggunakan kertas washi bermerek dari provinsi [[Echizen]] dan [[Iyo]] yang berbahan baku tanaman perdu Kōzo (''[[Broussonetia kazinoki]]''). Sesuai dengan perkembangan zaman, pembuatan ukiyo-e juga mulai melibatkan beberapa orang seniman dengan bidang yang sangat terspesialiasi, seperti pelukis yang hanya menggambar sketsa, seniman pencungkil kayu, dan seniman yang memberi warna pada lukisan.
Percetakan ''full-color'' dimungkinkan berkat penciptaan batas-batas (''kento'') pada objek lukisan yang memudahkan pewarnaan lukisan secara berkali-kali dan penciptaaan kertas [[washi]] berkualitas tinggi yang tahan melewati proses pewarnaan yang tumpang tindih. Ukiyo-e banyak menggunakan kertas washi bermerek dari provinsi [[Echizen]] dan [[Iyo]] yang menggunakan bahan baku dari tanaman perdu yang disebut Kōzo (''[[Broussonetia kazinoki]]''). Sesuai dengan perkembangan zaman, pembuatan ukiyo-e juga mulai melibatkan beberapa orang seniman dengan bidang yang sangat terspesialiasi, seperti pelukis yang hanya menggambar sketsa, seniman pencungkil kayu, dan seniman yang memberi warna pada lukisan.


Di zaman [[Anei]], ukiyo-e yang menggambarkan wanita secara realistik ([[Bijin-ga]]) karya [[Kitao Shigemasa]] menjadi sangat populer. [[Katsukawa Shunshō]] menggambar lukisan potret aktor kabuki terkenal (Yakusha-e) hingga sangat mirip dengan aslinya.
Di zaman [[Anei]], ukiyo-e yang menggambarkan wanita secara realistik ([[Bijin-ga]]) karya [[Kitao Shigemasa]] menjadi sangat populer. [[Katsukawa Shunshō]] menggambar lukisan potret aktor kabuki terkenal (Yakusha-e) hingga sangat mirip dengan aslinya.


Pelukis ukiyo-e bernama [[Kitagawa Utamaro]] melahirkan banyak sekali karya-karya berupa Bijin-ga dan Ōkubi-e (lukisan potret setengah badan aktor dan wanita cantik) yang terkenal sangat mendetil dan digambar secara halus.
Pelukis ukiyo-e bernama [[Kitagawa Utamaro]] melahirkan banyak sekali karya-karya berupa Bijin-ga dan Ōkubi-e (lukisan potret setengah badan aktor dan wanita cantik) yang terkenal sangat mendetil dan digambar dengan elegan.


Pada tahun 2 [[zaman Kansei]] pemerintah mengeluarkan peraturan tentang bahan cetak yang membatasi peredaran bahan-bahan cetak di kalangan masyarakat.
Pada tahun 2 [[zaman Kansei]] pemerintah mengeluarkan peraturan tentang bahan cetak yang membatasi peredaran bahan-bahan cetak di kalangan masyarakat.


Di tahun 7 zaman Kansei, setelah seluruh harta benda yang dimiliki disita pemerintah, penerbit ukiyo-e bernama [[Tsutaya Jūzaburō]] berusaha bangkit kembali. Tsutaya Jūzaburō berusaha mengumpulkan uang dengan cara menjual lukisan ukiyo-e karya [[Tōshūsai Sharaku]]. Lukisan ukiyo-e karya Tōshūsai Sharaku menjadi sangat terkenal berkat pose aktor kabuki yang selalu digambar berlebih-lebihan walaupun lukisannya sendiri kurang laku. Kumpulan lukisan aktor kabuki karya [[Utagawa Toyokuni]] yang dikenal sebagai {{nihongo|Yakusha Butai Sugata-e|役者舞台姿絵||lukisan potret aktor di atas panggung}} justru lebih laku. Murid-murid Utagawa Toyokuni kemudian mendirikan aliran pelukis ukiyo-e yang terbesar yang disebut [[Aliran Utagawa]].
Di tahun 7 zaman Kansei, setelah seluruh harta benda yang dimiliki disita pemerintah, penerbit ukiyo-e bernama [[Tsutaya Jūzaburō]] berusaha bangkit kembali. Tsutaya Jūzaburō berusaha mengumpulkan uang dengan cara menjual lukisan ukiyo-e karya [[Tōshūsai Sharaku]]. Lukisan ukiyo-e karya Tōshūsai Sharaku menjadi sangat terkenal berkat pose aktor kabuki yang selalu digambar berlebih-lebihan walaupun lukisannya sendiri kurang laku. Kumpulan lukisan aktor kabuki karya [[Utagawa Toyokuni]] yang dikenal sebagai {{nihongo|Yakusha Butai Sugata-e|役者舞台姿絵||lukisan potret aktor di atas panggung}} justru lebih laku. Murid-murid Utagawa Toyokuni kemudian mendirikan [[Aliran Utagawa]] yang merupakan aliran terbesar dalam seni ukiyo-e.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 6 November 2006 14.27

"Fuji Merah" dari buku 36 Pemandangan Gunung Fuji

Ukiyo-e (浮世絵) adalah sebutan untuk teknik cukil kayu yang berkembang di Jepang pada zaman Edo yang digunakan untuk menggandakan lukisan pemandangan, keadaan alam dan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Dalam bahasa Jepang, "ukiyo" berarti "zaman sekarang," sedangkan "e" berarti gambar atau lukisan.

Istilah ukiyo-e sekarang semata-mata digunakan untuk lukisan berwarna-warni (nishiki-e) yang dihasilkan teknik cukil kayu (woodprinting), tetapi sebenarnya di zaman dulu istilah ukiyo-e juga digunakan untuk lukisan asli yang digambar dengan menggunakan kuas.

Sejarah

Pada awalnya, ukiyo-e adalah lukisan tentang "ukiyo" (keadaan zaman) seperti kehidupan sehari-hari, gaya busana, dan sebagainya.

Pelukis ukiyo-e dibagi menjadi dua aliran utama, yakni aliran Kanō dan aliran Tosa. Aliran Kanō sebenarnya sudah dimulai sejak zaman Muromachi, sedangkan aliran Tosa berakar pada aliran Kasuga yang sudah dimulai sejak zaman Heian. Pelukis yang diusir dari aliran Kanō kemudian banyak yang bergabung dengan aliran Tosa.

Periode awal

Periode awal ukiyo-e berlangsung sejak Kebakaran besar zaman Meireki sampai zaman Hōreki. Bentuk awal ukiyo-e adalah lukisan asli yang digambar dengan menggunakan kuas serta lukisan hasil reproduksi teknik cukil kayu dengan tinta satu warna (hitam).

Di pertengahan hingga akhir abad ke-17, seniman yang menggambar lukisan asli untuk teknik cukil kayu disebut Hanshita-eshi (版下絵師, pelukis sketsa). Hishikawa Moronobu adalah salah satu pelukis sketsa terkenal zaman itu yang membuat buku bergambar dan ilustrasi untuk buku Ukiyo-zōshi. Salah satu karya Hishikawa Moronobu yang sangat terkenal berjudul Mikaeri Bijin-zu (見返り美人図, Wanita Cantik Menoleh ke Belakang).

Istilah "ukiyo-e" pertama kali disebut dalam buku Kōshoku Ichidai Otoko (terbitan tahun 1682) yang ditulis Ihara Saikaku. Di dalam cerita dikisahkan tentang kipas lipat bertulang dua belas yang berhiaskan ukiyo-e.

Ukiyo-e yang tadinya merupakan lukisan hitam-putih menjadi berwarna-warni berkat kreasi pelukis ukiyo-e asal Osaka bernama Torii Kiyonobu. Warna yang dipakai umumnya adalah tinta merah dalam berbagai nuansa. Lukisan yang menggunakan warna merah-oranye seperti warna bangunan Torii disebut Tan-e. Lukisan dengan tinta merah tua disebut Beni-e, sedangkan Beni-e dengan tambahan 2 atau 3 warna lain disebut Benizuri-e.

Periode pertengahan

"Edo no hana" wanita pemain Jōruri karya Kitagawa Utamaro
Lukisan potret Ichikawa Omezō karya Tōshūsai Sharaku

Periode pertengahan ditandai dengan kelahiran Nishiki-e sekitar tahun 2 zaman Meiwa hingga tahun 3 zaman Bunka.

Di tahun 1765, kalender bergambar yang disebut E-goyomi populer di kalangan penyair haiku di Edo, sampai-sampai sempat diadakan pertemuan untuk tukar menukar kalender bergambar. Pelukis ukiyo-e Suzuki Harunobu mengantisipasi minat masyarakat dengan membuat ukiyo-e menggunakan tinta beraneka warna. Seni ukiyo-e mencapai zaman keemasan berkat teknik cetak warna ukiyoe secara full-color.

Percetakan full-color dimungkinkan berkat penciptaan batas-batas (kento) pada objek lukisan yang memudahkan pewarnaan lukisan secara berkali-kali dan penciptaaan kertas washi berkualitas tinggi yang tahan melewati proses pewarnaan yang tumpang tindih. Ukiyo-e banyak menggunakan kertas washi bermerek dari provinsi Echizen dan Iyo yang menggunakan bahan baku dari tanaman perdu yang disebut Kōzo (Broussonetia kazinoki). Sesuai dengan perkembangan zaman, pembuatan ukiyo-e juga mulai melibatkan beberapa orang seniman dengan bidang yang sangat terspesialiasi, seperti pelukis yang hanya menggambar sketsa, seniman pencungkil kayu, dan seniman yang memberi warna pada lukisan.

Di zaman Anei, ukiyo-e yang menggambarkan wanita secara realistik (Bijin-ga) karya Kitao Shigemasa menjadi sangat populer. Katsukawa Shunshō menggambar lukisan potret aktor kabuki terkenal (Yakusha-e) hingga sangat mirip dengan aslinya.

Pelukis ukiyo-e bernama Kitagawa Utamaro melahirkan banyak sekali karya-karya berupa Bijin-ga dan Ōkubi-e (lukisan potret setengah badan aktor dan wanita cantik) yang terkenal sangat mendetil dan digambar dengan elegan.

Pada tahun 2 zaman Kansei pemerintah mengeluarkan peraturan tentang bahan cetak yang membatasi peredaran bahan-bahan cetak di kalangan masyarakat.

Di tahun 7 zaman Kansei, setelah seluruh harta benda yang dimiliki disita pemerintah, penerbit ukiyo-e bernama Tsutaya Jūzaburō berusaha bangkit kembali. Tsutaya Jūzaburō berusaha mengumpulkan uang dengan cara menjual lukisan ukiyo-e karya Tōshūsai Sharaku. Lukisan ukiyo-e karya Tōshūsai Sharaku menjadi sangat terkenal berkat pose aktor kabuki yang selalu digambar berlebih-lebihan walaupun lukisannya sendiri kurang laku. Kumpulan lukisan aktor kabuki karya Utagawa Toyokuni yang dikenal sebagai Yakusha Butai Sugata-e (役者舞台姿絵, lukisan potret aktor di atas panggung) justru lebih laku. Murid-murid Utagawa Toyokuni kemudian mendirikan Aliran Utagawa yang merupakan aliran terbesar dalam seni ukiyo-e.

Pranala luar