Lompat ke isi

Sabdapalon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3: Baris 3:
Tidak diketahui apakah tokoh ini benar-benar ada, namun namanya disebut-sebut dalam [[Darmagandhul|Serat Darmagandhul]], suatu tembang macapat [[Sastra Jawa Baru|kesusastraan Jawa Baru]] berbahasa Jawa ''ngoko''. Disebutkan bahwa Sabdapalon tidak bisa menerima sewaktu Brawijaya digulingkan pada tahun [[1478]] oleh tentara [[Kerajaan Demak|Demak]] dengan bantuan dari [[Walisongo]] (walaupun pada umumnya dalam sumber-sumber sejarah dinyatakan bahwa Brawijaya digulingkan oleh [[Girindrawardhana]]). Ia lalu bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, saat korupsi merajalela dan bencana melanda, untuk menyapu [[Islam]] dari Jawa dan mengembalikan kejayaan agama dan kebudayaan Hindu (dalam Darmagandhul, agama orang Jawa disebut agama ''Buda''). [[Serat Damarwulan]] dan [[Serat Blambangan]] juga mengisahkan tokoh ini.
Tidak diketahui apakah tokoh ini benar-benar ada, namun namanya disebut-sebut dalam [[Darmagandhul|Serat Darmagandhul]], suatu tembang macapat [[Sastra Jawa Baru|kesusastraan Jawa Baru]] berbahasa Jawa ''ngoko''. Disebutkan bahwa Sabdapalon tidak bisa menerima sewaktu Brawijaya digulingkan pada tahun [[1478]] oleh tentara [[Kerajaan Demak|Demak]] dengan bantuan dari [[Walisongo]] (walaupun pada umumnya dalam sumber-sumber sejarah dinyatakan bahwa Brawijaya digulingkan oleh [[Girindrawardhana]]). Ia lalu bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, saat korupsi merajalela dan bencana melanda, untuk menyapu [[Islam]] dari Jawa dan mengembalikan kejayaan agama dan kebudayaan Hindu (dalam Darmagandhul, agama orang Jawa disebut agama ''Buda''). [[Serat Damarwulan]] dan [[Serat Blambangan]] juga mengisahkan tokoh ini.


Dalam pengertian yang lebih mendalam, kedatangan Sabdapalon dalam arti sebenarnya adalah mengembalikan kejayaan nusantara dari mereka yang lupa akan kebajikan, bukan semata pengembalian dari sudut agama.
Dalam pengertian yang lebih mendalam, kedatangan Sabdapalon dalam arti sebenarnya adalah mengembalikan kejayaan nusantara dari mereka yang lupa akan kebajikan, bukan semata pengembalian dari sudut agama. Mengembalikan jati diri asli nusantara yang terjajah secara politik dan budaya dari negeri asing : Arab, Cina, India, dan kolonial-kolonial Eropa.


Pada tahun [[1978]], [[Gunung Semeru]] meletus dan membuat sebagian orang percaya atas ramalan Sabdapalon tersebut.
Pada tahun [[1978]], [[Gunung Semeru]] meletus dan membuat sebagian orang percaya atas ramalan Sabdapalon tersebut.

Revisi per 11 Juni 2011 03.50

Sabdapalon adalah pandita dan penasehat Brawijaya V, penguasa terakhir yang beragama Hindu dari kerajaan Majapahit di Jawa.

Berkas:Candi Cetho.jpg
Candi Cetho di candi ini terdapat patung penghormatan Sabdopalon

Tidak diketahui apakah tokoh ini benar-benar ada, namun namanya disebut-sebut dalam Serat Darmagandhul, suatu tembang macapat kesusastraan Jawa Baru berbahasa Jawa ngoko. Disebutkan bahwa Sabdapalon tidak bisa menerima sewaktu Brawijaya digulingkan pada tahun 1478 oleh tentara Demak dengan bantuan dari Walisongo (walaupun pada umumnya dalam sumber-sumber sejarah dinyatakan bahwa Brawijaya digulingkan oleh Girindrawardhana). Ia lalu bersumpah akan kembali setelah 500 tahun, saat korupsi merajalela dan bencana melanda, untuk menyapu Islam dari Jawa dan mengembalikan kejayaan agama dan kebudayaan Hindu (dalam Darmagandhul, agama orang Jawa disebut agama Buda). Serat Damarwulan dan Serat Blambangan juga mengisahkan tokoh ini.

Dalam pengertian yang lebih mendalam, kedatangan Sabdapalon dalam arti sebenarnya adalah mengembalikan kejayaan nusantara dari mereka yang lupa akan kebajikan, bukan semata pengembalian dari sudut agama. Mengembalikan jati diri asli nusantara yang terjajah secara politik dan budaya dari negeri asing : Arab, Cina, India, dan kolonial-kolonial Eropa.

Pada tahun 1978, Gunung Semeru meletus dan membuat sebagian orang percaya atas ramalan Sabdapalon tersebut.

Tokoh Sabdapalon dihormati di kalangan revivalis Hindu di Jawa serta di kalangan aliran tertentu penghayat kejawen. Patung untuk menghormatinya dapat dijumpai di Candi Ceto, Jawa Tengah.[butuh rujukan]

Sabdapalon seringkali dikaitkan dengan satu tokoh lain, Nayagenggong, sesama penasehat Brawijaya V. Sebenarnya tidak jelas apakah kedua tokoh ini orang yang sama atau berbeda. Ada yang berpendapat bahwa keduanya merupakan penggambaran dua pribadi yang berbeda pada satu tokoh.

Pranala luar