Lompat ke isi

Cacak Burung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Denah Rumah Banjar.JPG|thumb|right|200px|Pola umum denah [[rumah Banjar]] yang disebut ''Rumah Baanjung'' berbentuk tanda Cacak Burung ( + ).]]
[[Berkas:Denah Rumah Banjar.JPG|thumb|right|200px|Pola umum denah [[rumah Banjar]] yang disebut ''Rumah Baanjung'' berbentuk tanda Cacak Burung ( + ).]]
'''Cacak burung''' adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif) yang dikenal dalam budaya tradisional [[suku Banjar]], [[suku Dayak Bukit]] dan [[suku Dayak Dusun Deyah]] di [[Kalimantan Selatan]]. Pada [[suku Dayak Maanyan]] yang menganut [[Kaharingan]] disebut [[palang balasangar]]. Bentuk tanda + juga merupakan pola dasar dari [[swastika]]. Tanda cacak burung ini bukan berasal dari pengaruh ''tanda [[salib]]'' agama Nasrani, karena jelas kebudayaan suku Banjar di bawah pengaruh agama Islam.
'''Cacak burung''' adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif) yang dikenal dalam budaya tradisional [[suku Banjar]], [[suku Dayak Bukit]] dan [[suku Dayak Dusun Deyah]] di [[Kalimantan Selatan]]. Pada [[suku Dayak Maanyan]] yang menganut [[Kaharingan]] disebut [[palang balasangar]]. Bentuk tanda + juga merupakan pola dasar dari [[swastika]]. Tanda cacak burung ini bukan berasal dari pengaruh ''tanda [[salib]]'' agama Nasrani, karena jelas kebudayaan suku Banjar berkembang di bawah pengaruh agama Islam.


Tanda ''cacak burung'' biasanya dioleskan pada telapak tangan untuk mengobati orang yang terkena "kapidaraan" dengan memakai kapur dan sirih. ''Kapidaraan'' dianggap dapat terjadi karena dikenang atau dipengaruhi oleh orang yang telah meninggal dunia. Pada suku Bukit tanda "cacak burung" dipakai ketika melaksanakan upacara adat dalam bentuk tarian ritual. Salah satu [[rumah Banjar]] dikenal dengan sebutan [[Rumah Cacak Burung]] karena bentuk atap [[Bubungan Tinggi|bubungan]] rumah tersebut serta denah rumah ini berbentuk + (tanda tambah), maka dinamakan pula rumah Cacak Burung.
Tanda ''cacak burung'' biasanya dioleskan pada telapak tangan untuk mengobati orang yang terkena "kapidaraan" dengan memakai kapur dan sirih. ''Kapidaraan'' dianggap dapat terjadi karena dikenang atau dipengaruhi oleh orang yang telah meninggal dunia. Pada suku Bukit tanda "cacak burung" dipakai ketika melaksanakan upacara adat dalam bentuk tarian ritual. Salah satu [[rumah Banjar]] dikenal dengan sebutan [[Rumah Cacak Burung]] karena bentuk atap [[Bubungan Tinggi|bubungan]] rumah tersebut serta denah rumah ini berbentuk + (tanda tambah), maka dinamakan pula rumah Cacak Burung.

Revisi per 8 Juli 2011 10.13

Berkas:Denah Rumah Banjar.JPG
Pola umum denah rumah Banjar yang disebut Rumah Baanjung berbentuk tanda Cacak Burung ( + ).

Cacak burung adalah tanda magis penolak bala yang berbentuk tanda + (positif) yang dikenal dalam budaya tradisional suku Banjar, suku Dayak Bukit dan suku Dayak Dusun Deyah di Kalimantan Selatan. Pada suku Dayak Maanyan yang menganut Kaharingan disebut palang balasangar. Bentuk tanda + juga merupakan pola dasar dari swastika. Tanda cacak burung ini bukan berasal dari pengaruh tanda salib agama Nasrani, karena jelas kebudayaan suku Banjar berkembang di bawah pengaruh agama Islam.

Tanda cacak burung biasanya dioleskan pada telapak tangan untuk mengobati orang yang terkena "kapidaraan" dengan memakai kapur dan sirih. Kapidaraan dianggap dapat terjadi karena dikenang atau dipengaruhi oleh orang yang telah meninggal dunia. Pada suku Bukit tanda "cacak burung" dipakai ketika melaksanakan upacara adat dalam bentuk tarian ritual. Salah satu rumah Banjar dikenal dengan sebutan Rumah Cacak Burung karena bentuk atap bubungan rumah tersebut serta denah rumah ini berbentuk + (tanda tambah), maka dinamakan pula rumah Cacak Burung.