Petrus Lombardus: Perbedaan antara revisi
-inuse |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Petrus Lombardus''' dikatakan sebagai penerus [[Petrus Abelardus]].<ref name="Berkhof">H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Lombardus mempunyai peran penting dalam penetapan ketujuh [[sakramen]]. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> |
'''Petrus Lombardus''' dikatakan sebagai penerus [[Petrus Abelardus]].<ref name="Berkhof">H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Lombardus mempunyai peran penting dalam penetapan ketujuh [[sakramen]]. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> |
||
=='''Kisah Hidup Petrus Lombardus'''== |
|||
Tahun [[1150]] adalah awal dari [[zaman Skolastik]] yang diakhiri dengan pekerjaan murid [[Abelardus]], yaitu Petrus Lombardus. <ref name="Berkhof">H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> [[Kitab Lombardus]] menjadi dasar bagi pengajaran ahli-ahli skolastik besar pada waktu yang berikut. <ref name="Berkhof">H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Petrus Lombardus dilahirkan sekitar akhir abad ke-[[11]] di [[Lombardia]]([[Italia Utara]]).<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Ia belajar di [[Bologna]], [[Reims]] dan di [[Paris]].<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Kira-kira mulai tahun [[1140]], Lombardus menjadi guru teologi di sekolah [[Katedral Notre Dame]], Paris.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Tahun [[1159]], ia menjadi uskup kota tersebut dan wafat pada tahun berikutnya.<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> |
Tahun [[1150]] adalah awal dari [[zaman Skolastik]] yang diakhiri dengan pekerjaan murid [[Abelardus]], yaitu Petrus Lombardus. <ref name="Berkhof">H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> [[Kitab Lombardus]] menjadi dasar bagi pengajaran ahli-ahli skolastik besar pada waktu yang berikut. <ref name="Berkhof">H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Petrus Lombardus dilahirkan sekitar akhir abad ke-[[11]] di [[Lombardia]]([[Italia Utara]]).<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Ia belajar di [[Bologna]], [[Reims]] dan di [[Paris]].<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Kira-kira mulai tahun [[1140]], Lombardus menjadi guru teologi di sekolah [[Katedral Notre Dame]], Paris.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Tahun [[1159]], ia menjadi uskup kota tersebut dan wafat pada tahun berikutnya.<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> |
||
Baris 11: | Baris 10: | ||
Pada masa puncak abad pertengahan, di dalam karyanya [[Sentences]], Petrus menyatakan bahwa [[roti]] dan [[anggur]] diubah menjadi [[tubuh]] dan [[darah Kristus]].<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Pemahaman Lombardus ini kemudian digunakan dalam Konsili Lateran keempat yang diselenggarakan tahun 1215 dan dikenal dengan istilah perubahan”[[transubstansi]]”.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref>Akan tetapi, definisi secara eksplisit mengenai arti dan istilah tersebut tidak terungkap didalamnya.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref>Formulasi ini tidaklah diperbincangkan hingga masa reformasi, walaupun arti yang tepat mengenai”transubstansi “masih menjadi masalah yang diperbincangkan.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Di lain pihak, [[Thomas Aquinas]] beranggapan bahwa substansi dari roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, sifat-sifat yang tidak hakiki([[aksiden]]), seperti warna dan rasa tetap tidak berubah.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Teori ini didasarkan pada suatu pandangan [[filosofis kuno]], yaitu suatu objek fisik memiliki lapisan yang mendasarinya, yakni substansinya, sifat-sifat empirisnya, aksiden-aksidennya, yang melekat didalamnya.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> |
Pada masa puncak abad pertengahan, di dalam karyanya [[Sentences]], Petrus menyatakan bahwa [[roti]] dan [[anggur]] diubah menjadi [[tubuh]] dan [[darah Kristus]].<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Pemahaman Lombardus ini kemudian digunakan dalam Konsili Lateran keempat yang diselenggarakan tahun 1215 dan dikenal dengan istilah perubahan”[[transubstansi]]”.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref>Akan tetapi, definisi secara eksplisit mengenai arti dan istilah tersebut tidak terungkap didalamnya.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref>Formulasi ini tidaklah diperbincangkan hingga masa reformasi, walaupun arti yang tepat mengenai”transubstansi “masih menjadi masalah yang diperbincangkan.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Di lain pihak, [[Thomas Aquinas]] beranggapan bahwa substansi dari roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, sifat-sifat yang tidak hakiki([[aksiden]]), seperti warna dan rasa tetap tidak berubah.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> Teori ini didasarkan pada suatu pandangan [[filosofis kuno]], yaitu suatu objek fisik memiliki lapisan yang mendasarinya, yakni substansinya, sifat-sifat empirisnya, aksiden-aksidennya, yang melekat didalamnya.<ref name="Urban">Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.</ref> |
||
== |
==Sumbangan Petrus Lombardus== |
||
Sumbangan utama dari Petrus Lombardus adalah karyanya,” [[Sententiarum Libri IV]]([[Empat Buku Pemerian]]), yang ditulis antara [[1147]] dan [[1151]]. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref>Persoalan-persoalan yang dibahas mencakup ajaran tentang Allah, penciptaan,penebusan, sakramen-sakramen dan hal-hal yang terakhir.<ref name="Lohse">Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah: Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.</ref> Karya ini merupakan kumpulan petikan(“[[Pemerian-sententiae]] berarti dalil-dalil dan pendapat-pendapat“)dari Alkitab, karya Bapa-Bapa Gereja, dan orang yang beribawa lainnya. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Sententiarum kemudian menjadi buku pegangan teologi hingga zaman sesudah reformasi.<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Selain itu, menulis komentar terhadap buku ini menjadi sebuah persyaratan untuk meraih gelar [[Doktor Teologi]].<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Petrus Lombardus pun dikenal sebagai “[[Guru Pemerian]]”. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> |
Sumbangan utama dari Petrus Lombardus adalah karyanya,” [[Sententiarum Libri IV]]([[Empat Buku Pemerian]]), yang ditulis antara [[1147]] dan [[1151]]. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref>Persoalan-persoalan yang dibahas mencakup ajaran tentang Allah, penciptaan,penebusan, sakramen-sakramen dan hal-hal yang terakhir.<ref name="Lohse">Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah: Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.</ref> Karya ini merupakan kumpulan petikan(“[[Pemerian-sententiae]] berarti dalil-dalil dan pendapat-pendapat“)dari Alkitab, karya Bapa-Bapa Gereja, dan orang yang beribawa lainnya. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Sententiarum kemudian menjadi buku pegangan teologi hingga zaman sesudah reformasi.<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Selain itu, menulis komentar terhadap buku ini menjadi sebuah persyaratan untuk meraih gelar [[Doktor Teologi]].<ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> Petrus Lombardus pun dikenal sebagai “[[Guru Pemerian]]”. <ref name="Tony Lane">Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.</ref> |
||
Revisi per 21 Oktober 2011 17.11
Petrus Lombardus dikatakan sebagai penerus Petrus Abelardus.[1] Lombardus mempunyai peran penting dalam penetapan ketujuh sakramen. [2]
Tahun 1150 adalah awal dari zaman Skolastik yang diakhiri dengan pekerjaan murid Abelardus, yaitu Petrus Lombardus. [1] Kitab Lombardus menjadi dasar bagi pengajaran ahli-ahli skolastik besar pada waktu yang berikut. [1] Petrus Lombardus dilahirkan sekitar akhir abad ke-11 di Lombardia(Italia Utara).[2] Ia belajar di Bologna, Reims dan di Paris.[2] Kira-kira mulai tahun 1140, Lombardus menjadi guru teologi di sekolah Katedral Notre Dame, Paris.[3] Tahun 1159, ia menjadi uskup kota tersebut dan wafat pada tahun berikutnya.[2]
Ajaran Petrus Lombardus
Metode Lombardus serupa dengan metode yang digunakan oleh Abaelardus, yakni memakai dialektik dan logika.[2] Hal ini digunakan untuk menengahi berbagai pendapat yang berbeda.[2] Ia tidak menemukan sebuah gagasan baru, namun Lombardus hanya berusaha memutuskan mana pendapat yang benar di antara berbagai gagasan atau pun otoritas yang telah ada sebelumnya.[2] Petrus Lombardus mendapat dukungan dari Bernard karena memadukan metode yang digunakan Abaelardus dengan rasa hormat kepada mereka yang berwibawa.[2]
Pemikiran Agustinus digunakan Lombardus untuk mendefinisikan sakramen.[4] Menurut Petrus Lombardus, sakramen adalah Allah yang melembagakan upaya hukum atas dosa manusia yang dilakukan melalui sakramen.[5] Selain itu, ia mengartikannya sebagai simbol kasih karunia Allah, yang merupakan bentuk anugerah tidak terlihat.[5] Namun, dapat dirasakan melalui kehadiran-Nya.[5] Ia mengatakan: “ Setiap tanda dari perjanjian yang baru menampilkan apa yang ditandainya”.[4]
Pada masa puncak abad pertengahan, di dalam karyanya Sentences, Petrus menyatakan bahwa roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus.[3] Pemahaman Lombardus ini kemudian digunakan dalam Konsili Lateran keempat yang diselenggarakan tahun 1215 dan dikenal dengan istilah perubahan”transubstansi”.[3]Akan tetapi, definisi secara eksplisit mengenai arti dan istilah tersebut tidak terungkap didalamnya.[3]Formulasi ini tidaklah diperbincangkan hingga masa reformasi, walaupun arti yang tepat mengenai”transubstansi “masih menjadi masalah yang diperbincangkan.[3] Di lain pihak, Thomas Aquinas beranggapan bahwa substansi dari roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, sifat-sifat yang tidak hakiki(aksiden), seperti warna dan rasa tetap tidak berubah.[3] Teori ini didasarkan pada suatu pandangan filosofis kuno, yaitu suatu objek fisik memiliki lapisan yang mendasarinya, yakni substansinya, sifat-sifat empirisnya, aksiden-aksidennya, yang melekat didalamnya.[3]
Sumbangan Petrus Lombardus
Sumbangan utama dari Petrus Lombardus adalah karyanya,” Sententiarum Libri IV(Empat Buku Pemerian), yang ditulis antara 1147 dan 1151. [2]Persoalan-persoalan yang dibahas mencakup ajaran tentang Allah, penciptaan,penebusan, sakramen-sakramen dan hal-hal yang terakhir.[4] Karya ini merupakan kumpulan petikan(“Pemerian-sententiae berarti dalil-dalil dan pendapat-pendapat“)dari Alkitab, karya Bapa-Bapa Gereja, dan orang yang beribawa lainnya. [2] Sententiarum kemudian menjadi buku pegangan teologi hingga zaman sesudah reformasi.[2] Selain itu, menulis komentar terhadap buku ini menjadi sebuah persyaratan untuk meraih gelar Doktor Teologi.[2] Petrus Lombardus pun dikenal sebagai “Guru Pemerian”. [2]
Selain itu, Petrus Lombardus adalah orang pertama yang mendaftarkan ketujuh sakramen Katolik Roma.[2]Daftar ini pun digunakan menjadi daftar standar.[2] Gereja mula-mula mengartikan “Sakramen” dengan arti sempit dan arti luas.[2]Arti sempitnya, yaitu baptisan dan ekaristi sedangkan arti luasnya, yaitu meliputi berbagai upacara (seperti pengusiran roh jahat atau Doa Bapa Kami). [2] Hingga zaman Petrus Lombardus, sakramen berjumlah antara dua hingga dua belas.[2] Namun, ketika ia menganjurkan sakramen berjumlah tujuh(tujuh adalah angka yang sempurna), dengan segera idenya diterima.[2]Daftar yang diajukan Lombardus disahkan sebagai ajaran yang benar oleh Konsili Firenze pada tahun 1739.[2] Setelah ia wafat, banyak yang meragukan dan mempertanyakan teologi Lombardus.[2] Namun, pada Konsili Lateran keempat tahun 1215, teologi Lombardus mengenai sakramen disahkan dengan jumlah tujuh sakramen.[2]
Referensi
- ^ a b c H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
- ^ a b c d e f g Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
- ^ a b c Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah: Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
- ^ a b c Donald K.NcKim. Theological Turning Point: Major Issues In Christian Thought. Atlanta: John Knox Press, 1988.