Arifin C. Noer: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
menambah data karya dan referensi |
||
Baris 28: | Baris 28: | ||
Naskah karyanya, ''Lampu Neon'', atau ''Nenek Tercinta'', telah memenangkan sayembara Teater Muslim, 1987. <ref name="arifin"/>Kemudian saat kuliah di Universitas Cokroaminoto, ia bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin Mohammad Diponegoro. Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968.<ref name="arifin"/> |
Naskah karyanya, ''Lampu Neon'', atau ''Nenek Tercinta'', telah memenangkan sayembara Teater Muslim, 1987. <ref name="arifin"/>Kemudian saat kuliah di Universitas Cokroaminoto, ia bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin Mohammad Diponegoro. Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968.<ref name="arifin"/> |
||
Di tengah minat dan impiannya sebagai seniman, ia sempat meniti karir sebagai manajer personalia Yayasan Dana Bantuan Haji Indonesia dan wartawan Harian ''Pelopor Baru''.<ref name="arifin"/> |
|||
Teater Kecil berhasil mementaskan cerita, dongeng, yang seperti bernyanyi.<ref name="arifin"/> Tentang orang-orang yang terempas, pencopet, pelacur, orang-orang kolong, dsb. Mencuatkan protes sosial yang transendental tetapi kocak dan religius.<ref name="arifin"/> |
Teater Kecil berhasil mementaskan cerita, dongeng, yang seperti bernyanyi.<ref name="arifin"/> Tentang orang-orang yang terempas, pencopet, pelacur, orang-orang kolong, dsb. Mencuatkan protes sosial yang transendental tetapi kocak dan religius.<ref name="arifin"/> |
||
Baris 37: | Baris 39: | ||
Teaternya akrab dengan publik. Ia memasukkan unsur-unsur lenong, stanbul, boneka (marionet), wayang kulit, wayang golek, dan melodi pesisir.<ref name="arifin"/> Menurut penyair Taufiq Ismail, Arifin adalah pembela kaum miskin.<ref name="arifin"/> |
Teaternya akrab dengan publik. Ia memasukkan unsur-unsur lenong, stanbul, boneka (marionet), wayang kulit, wayang golek, dan melodi pesisir.<ref name="arifin"/> Menurut penyair Taufiq Ismail, Arifin adalah pembela kaum miskin.<ref name="arifin"/> |
||
Arifin kemudian berkiprah di dunia layar perak sebagai sutradara. Pada film ''Pemberang'' ia dinyatakan sebagai penulis skenario terbaik di [[Festival Film Asia]] 1972 dan mendapat piala [[The Golden Harvest]]. Ia kembali terpilih sebagai penulis skenario terbaik untuk film ''[[Rio Anakku]]'' dan ''[[Melawan Badai]]'' pada [[Festival Film Indonesia]] 1978. Ia mendapat [[Piala Citra]]. |
|||
Arifin kemudian berkiprah di dunia layar perak sebagai sutradara. |
|||
Salah satu film Arifin yang paling kontroversial adalah ''[[Pengkhianatan G 30 S/PKI]]'' ([[1984]]). Film ini diwajibkan oleh pemerintah [[Orde Baru]] untuk diputar di semua stasiun televisi setiap tahun pada tanggal [[30 September]] untuk memperingati insiden [[Gerakan 30 September]] pada tahun [[1965]]. Peraturan ini kemudian dihapus pada tahun 1997. |
Salah satu film Arifin yang paling kontroversial adalah ''[[Pengkhianatan G 30 S/PKI]]'' ([[1984]]). Film ini diwajibkan oleh pemerintah [[Orde Baru]] untuk diputar di semua stasiun televisi setiap tahun pada tanggal [[30 September]] untuk memperingati insiden [[Gerakan 30 September]] pada tahun [[1965]]. Peraturan ini kemudian dihapus pada tahun 1997. |
Revisi per 8 Desember 2011 03.16
Templat:Infobox artis indonesia Arifin Chairin Noer (10 Maret 1941 – 28 Mei 1995), atau lebih dikenal sebagai Arifin C. Noer, adalah sutradara teater dan film asal Indonesia yang beberapa kali memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik dan penulis skenario terbaik.[1]
Arifin C. Noer adalah anak kedua Mohammad Adnan. Menamatkan SD di Taman Siswa, Cirebon, SMP Muhammadiyah, Cirebon, lalu SMA Negeri Cirebon tetapi tidak tamat, kemudian pindah ke SMA Jurnalistik, Solo. Setelah itu ia kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta.[1] Tahun 1972-1973 ia mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat.[2]
Mulai menulis cerpen dan puisi sejak SMP dan mengirimkannya ke majalah yang terbit di Cirebon dan Bandung.[1] Semasa sekolah ia bergabung dengan Lingkaran Drama Rendra, dan menjadi anggota Himpunan Sastrawan Surakarta.[1] Di sini ia menemukan latar belakang teaternya yang kuat.[1] Dalam kelompok drama bentukan Rendra tersebut ia juga mulai menulis dan menyutradarai lakon-lakonnya sendiri, seperti Kapai Kapai, Tengul, Madekur dan Tarkeni, Umang-Umang dan Sandek Pemuda Pekerja.[1]
Naskah karyanya, Lampu Neon, atau Nenek Tercinta, telah memenangkan sayembara Teater Muslim, 1987. [1]Kemudian saat kuliah di Universitas Cokroaminoto, ia bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin Mohammad Diponegoro. Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968.[1]
Di tengah minat dan impiannya sebagai seniman, ia sempat meniti karir sebagai manajer personalia Yayasan Dana Bantuan Haji Indonesia dan wartawan Harian Pelopor Baru.[1]
Teater Kecil berhasil mementaskan cerita, dongeng, yang seperti bernyanyi.[1] Tentang orang-orang yang terempas, pencopet, pelacur, orang-orang kolong, dsb. Mencuatkan protes sosial yang transendental tetapi kocak dan religius.[1]
Naskah-naskahnya menarik minat para teaterawan dari generasi yang lebih muda, sehingga banyak dipentaskan di mana-mana.[1] Karyanya memberi sumbangan besar bagi perkembangan seni peran di Indonesia dan menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu pencetus bentuk teater modern Indonesia.[1]
Naskah lakon Kapai-Kapai yang ditulis tahun 1970, terpilih sebagai salah satu karya dalam antologi seratus tahun drama Indonesia yang diterbitkan Yayasan Lontar,[3], diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Moths.[4]. Kapai-Kapai dipilih karena merupakan karya Arifin C Noer yang paling sering dipentaskan serta menandai titik balik penting dalam penulisan lakon di Indonesia, yakni dari teks drama realistis menjadi penulisan puitis yang menuntut agar dikonkretkan di atas panggung.[4] Kapai-Kapai berada di antara drama absurd Barat dan drama rakyat Indonesia. Menggambarkan dongeng masa kecil Arifin di Cirebon, Jawa Barat, dengan bahasa puitis yang kaya metafor, kata-kata berirama dan struktur ritmik.[4]
Teaternya akrab dengan publik. Ia memasukkan unsur-unsur lenong, stanbul, boneka (marionet), wayang kulit, wayang golek, dan melodi pesisir.[1] Menurut penyair Taufiq Ismail, Arifin adalah pembela kaum miskin.[1]
Arifin kemudian berkiprah di dunia layar perak sebagai sutradara. Pada film Pemberang ia dinyatakan sebagai penulis skenario terbaik di Festival Film Asia 1972 dan mendapat piala The Golden Harvest. Ia kembali terpilih sebagai penulis skenario terbaik untuk film Rio Anakku dan Melawan Badai pada Festival Film Indonesia 1978. Ia mendapat Piala Citra.
Salah satu film Arifin yang paling kontroversial adalah Pengkhianatan G 30 S/PKI (1984). Film ini diwajibkan oleh pemerintah Orde Baru untuk diputar di semua stasiun televisi setiap tahun pada tanggal 30 September untuk memperingati insiden Gerakan 30 September pada tahun 1965. Peraturan ini kemudian dihapus pada tahun 1997.
Selain itu Arifin jugalah yang pertama mengenali bakat aktris Joice Erna dan mengangkatnya ke jenjang popularitas dengan film Suci Sang Primadona di tahun 1977.
Istrinya adalah aktris Jajang C. Noer. Darinya, Arifin mendapat dua anak, yaitu: Nitta Nazyra dan Marah Laut.
Film yang di sutradarainya
- Rio Anakku - 1973
- Suci Sang Primadona - 1977
- Petualang-Petualang - 1978
- Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa - 1979
- Harmonikaku - 1979
- Serangan Fajar - 1981
- Djakarta 1966 - 1982
- Pengkhianatan G 30 S/PKI - 1984
- Matahari Matahari - 1985
- Biarkan Bulan Itu - 1986
- Taksi - 1990
- Bibir Mer - 1991
- Tasi oh Tasi - 1992
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Indonesia)http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/775-sutradara-film-g-30-s-pki. Diakses tanggal 7 Desember 2011. Biografi Arifin C. Noer.
- ^ (Indonesia) Rampan, Korrie Layun. Leksikon susastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 62. Biografi Arifin C. Noer
- ^ (Indonesia) Antologi Drama Indonesia Jilid IV. Yayasan Lontar, 2009, Jakarta. Halaman 23-65
- ^ a b c (Indonesia) The Lontar anthology of Indonesian Drama Vol. 3. Lontar Foundation, 2010, Jakarta. hlm x dan hlm 3-49
Pranala luar
- Arifin C. Noer di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- (Indonesia) Profil Arifin C. Noer
Penghargaan dan prestasi | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Teguh Karya Film : Pacar Ketinggalan Kereta (1989) |
Sutradara Terbaik (Festival Film Indonesia) Film : Taksi (1990) |
Diteruskan oleh: Imam Tantowi Film : Soerabaia 45 (1991) |
Didahului oleh: Ismail Soebardjo Film : Perempuan dalam Pasungan (1981) |
Sutradara Terbaik (Festival Film Indonesia) Film : Serangan Fajar (1982) |
Diteruskan oleh: Teguh Karya Film : Di Balik Kelambu (1983) |