Guangzhou: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
add ms, modify en |
||
Baris 36: | Baris 36: | ||
[[es:Guangzhou]] |
[[es:Guangzhou]] |
||
[[eo:Kantono (Ĉinio)]] |
[[eo:Kantono (Ĉinio)]] |
||
[[en:Canton ( |
[[en:Canton (city)]] |
||
[[eu:Guangzhou]] |
[[eu:Guangzhou]] |
||
[[fa:گوانگژو]] |
[[fa:گوانگژو]] |
Revisi per 2 Januari 2007 18.13
Guangzhou (Tionghoa Tradisional: 廣州; Tionghoa Sederhana: 广州; pinyin: Guǎngzhōu; Wade-Giles: Kuang-chou; Jyutping: Gwong2zau1; Yale: Gwóngjaū; transliterasi Indonesia: Kuangcou) ialah kota terbesar di Tiongkok selatan dan ibukota Provinsi Guangdong. Guangzhou merupakan kota terbesar di dunia di awal abad ke-19. Penduduknya yang berpendidikan tinggi selalu aktif dalam kegiatan politik, terlibat dalam Kebangkitan Kanton 1911 yang mengarah pada Revolusi China menentang Dinasti Manchu.
Di sini Festival Musim Semi tahunan memperlihatkan koleksi bunga tak tertandingi, museum kota yang penuh, serta universitas berkembang pesat termasuk Universitas Sun Yat Sen, Perguruan Tinggi Guangzhou untuk Pengobatan Tradisional Tiongkok dan Lembaga Teknik Mesin Guangzhou.
Daerah
Guangzhou terletak terutama di tepi utara Sungai Mutiara. Distrik Yueh Hsiu di lokasi tua tetap menjadi pusat perdagangan dan kedudukan pemerintahan. Seperti lalu, jalanan berliku yang dipadati manusia bisa ketemu, namun gedung pencakar langit, taman, dan jalan raya lebih mendominasi. Di antara monumen terbaik di distrik ini ialah Museum Pemerintah Kota Guangzhou, mengambil tempat di sebuah pagoda merah sejak 1380, Lembaga Gerakan Petani, terletak dekat pusat kota, dan Masjid Huai Sheng (dibangun pada 627 M) dianggap masjid tertua di Tiongkok.
Penduduk
Juga memadati pusat kota ialah kebanyakan penduduk Guangzhou sejumlah 3 juta jiwa, dengan logat Tiongkok yang digunakan dikenal sebagai logat Guangzhou.
Sejarah
Kota ini berdiri di tahun 214 SM. Kota ini tumbuh makmur di bawah rezim Tiongkok asli, membangun kuil Buddha dan mengembangkan komunitas yang dikelola pedagang Arab dan Hindu. Tembok kota diperluas buat menampung pertumbuhan selama Dinasti Sung (960-1279) dan banyak keluarga Tionghoa membanjiri bagian selatan untuk menghindari serangan Mongol dari utara abad 13-14. Dinasti Man Chu memerintah 1644-1911, dan Guangzhou menjadi ibukota Guangdong dan Guangxi. EIC mulai berdagang pada 1699, dan Perang Candu I (1839-1842) pecah saat orang Guangzhou menyita dan menghancurkan candu-candu ilegal selundupan Inggris, yang mendorong pemakainya melemahkan pekerja India dan Tionghoa. Perlu biaya $ 6 juta untuk menyelamatkannya dari kehancuran setalah kekalahan besar-besaran Tiongkok.
Perang Candu II terjadi antara Inggris, Prancis, dan Tiongkok pada 1856, dan Guangzhou diduduki pasukan Inggris-Prancis sampai 1861. Saat itu juga permusuhan pada dinasti yang berkuasa meletuskan Pemberontakan Tai Ping (1820-1864). Gerakan ini menjadi gerakan bawah tanah setelah kekalahan pertama pemberontak dalam upayanya namun muncul lagi ke permukaan bersama Sun Yat Sen yang dinamis pada 1885.
Pada 1949, setelah pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, pemerintahan komunis mengambil alih kekuasaan dan pertumbuhan kotapun berlanjut di tengah periode perselisihan yang berlanjut, termasuk dalam wujud Revolusi Kebudayaan pada 1966-1967.
Ekonomi
Kini Guangzhou muncul sebagai salah satu kota padat di Tiongkok. Menjadi pusat dagang penting, dicirikan peradaban gaya Barat yang kian tumbuh dan menghargai kapitalisme.
Bibiliografi
Beckner, Chrisanne dan Soetrisno, Eddy.2001.Buku Pintar 100 Kota Besar Bersejarah di Dunia.Jakarta:Ladang Pustaka & Intimedia