Lompat ke isi

Suster Misi Abdi Roh Kudus: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Ines setiono (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17: Baris 17:
Pada tanggal 15 Agustus 1861, ia ditahbiskan di Muenster. Bacaan-bacaan pada Misa perdananya menggambarkan motto hidupnya: “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6); dan “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24). Segera setelah tahbisannya, Arnoldus diminta untuk mengajar di Sekolah Lanjutan di Bocholt dan selama 12 tahun ia mengajar hampir semua mata pelajaran. Disamping mengajar, ia terus mengembangkan pengetahuan teologi dengan mempelajari karya-karya Thomas Aquino dan Matthias Scheeben, teolog Koln; teolog terakhir ini mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan hidup rohaninya.
Pada tanggal 15 Agustus 1861, ia ditahbiskan di Muenster. Bacaan-bacaan pada Misa perdananya menggambarkan motto hidupnya: “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6); dan “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24). Segera setelah tahbisannya, Arnoldus diminta untuk mengajar di Sekolah Lanjutan di Bocholt dan selama 12 tahun ia mengajar hampir semua mata pelajaran. Disamping mengajar, ia terus mengembangkan pengetahuan teologi dengan mempelajari karya-karya Thomas Aquino dan Matthias Scheeben, teolog Koln; teolog terakhir ini mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan hidup rohaninya.


Misteri Allah Tritunggal dan pewahyuan-Nya dalam sejarah keselamatan merupakan pusat kehidupan doanya. Pada tahun 1866 Arnoldus bergabung dengan Kerasulan Doa yang mempromosikan devosi kepada Hati Kudus; ia berusaha mencari anggota-anggota baru dengan tak kenal lelah, terutama selama masa liburan. Bekerja untuk Kerasulan Doa telah mengubahnya, membantunya untuk memperluas cakrawala di luar tugas mengajarnya. Kebutuhan-kebutuhan Gereja yang besar dan perpecahan diantara orang-orang Kristen menjadi pikirannya. Pada bulan Maret 1873 ia mengundurkan diri dari tugas mengajarnya di sekolah lanjutan dan mengabdikan dirinya secara penuh kepada Kerasulan Doa. Sementara banyak orang mengatakan bahwa tindakannya itu merupakan sebuah langkah yang kurang bijaksana, kenyataannya ini merupakah sebuah langkah yang penting yang menuntun Arnoldus pada tugas hidupnya yang sesungguhnya.
Misteri Allah Tritunggal dan pewahyuan-Nya dalam sejarah keselamatan merupakan pusat kehidupan doanya. Pada tahun 1866 Arnoldus bergabung dengan Kerasulan Doa yang mempromosikan devosi kepada Hati Kudus; ia berusaha mencari anggota-anggota baru dengan tak kenal lelah, terutama selama masa liburan. Bekerja untuk Kerasulan Doa telah mengubahnya, membantunya untuk memperluas cakrawala di luar tugas mengajarnya. Kebutuhan-kebutuhan Gereja yang besar dan perpecahan diantara orang-orang Kristen menjadi pikirannya. Pada bulan Maret 1873 ia mengundurkan diri dari tugas mengajarnya di sekolah lanjutan dan mengabdikan dirinya secara penuh kepada Kerasulan Doa. Sementara banyak orang mengatakan bahwa tindakannya itu merupakan sebuah langkah yang kurang bijaksana, kenyataannya ini merupakah sebuah langkah yang penting yang menuntun Arnoldus pada tugas hidupnya yang sesungguhnya. Perhatiannya semakin terfokus pada misi universal Gereja. Pada tahun 1874 ia menerbitkan sebuah majalah bulanan, “Utusan Kecil Hati Kudus”, untuk memberitakan kebutuhan-kebutuhan karya misi kepada umat Katolik yang lebih luas.Ia semakin menyadari kebutuhan sebuah rumah misi Jerman yang dapat mengirim imam-imam misionaris ke luar negeri. Akhirnya,Administrator Apostolik Hong Kong Msgr. Raimondi mendorongnya untuk mendirikan sendiri sebuah lembaga semacam itu.
<!--
Perhatiannya semakin terfokus pada misi universal Gereja. Pada tahun 1874 ia menerbitkan sebuah majalah bulanan, “Utusan Kecil Hati Kudus”, untuk memberitakan kebutuhan-kebutuhan karya misi kepada umat Katolik yang lebih luas.Ia semakin menyadari kebutuhan sebuah rumah misi Jerman yang dapat mengirim imam-imam misionaris ke luar negeri. Akhirnya,Administrator Apostolik Hong Kong Msgr. Raimondi mendorongnya untuk mendirikan sendiri sebuah lembaga semacam itu.


Setelah merasakan keragu-raguan yang amat sangat, akhirnya Arnoldus memutuskan mengambil tugas itu pada usia 38 tahun. Modalnya satu-satunya adalah kepercayaannya kepada Allah yang tak tergoncangkan, pegabdiannya yang tak bersyarat kepada Hati Kudus dan keyakinan bahwa Allah memanggilnya untuk melakukan karya ini. Sebuah pendirian tidak mungkin dilakukan di Jerman karena Kulturkampf, maka ia menyeberang ke Belanda di mana ia diterima dengan ramah.
When Arnold finally decided, after much hesitation, to take up the task, he was already 38. His only capital was his unshakable trust in God, his unconditional dedication to the Sacred Heart and the conviction that God was calling him to the work. A foundation was not possible in Germany due to the Kulturkampf, and consequently he crossed the border into the Netherlands where he was hospitably received


In September 1875 he laid the foundations for the “Society of the Divine Word” in Steyl, near the town of Venlo, a society dedicated to spreading the faith. His mottos were: “May the heart of Jesus live in the hearts of all people!” and also: “May the holy triune God live in our hearts and in the hearts of all people!”
In September 1875 he laid the foundations for the “Society of the Divine Word” in Steyl, near the town of Venlo, a society dedicated to spreading the faith. His mottos were: “May the heart of Jesus live in the hearts of all people!” and also: “May the holy triune God live in our hearts and in the hearts of all people!”

Revisi per 29 Januari 2012 04.01

Kongregasi Suster-Suster Misi Abdi Roh Kudus didirikan pada tanggal 8 Desember 1889 oleh Santo Arnoldus Janssen[1], bersama dua rekan pendiri yakni Beata Maria Helena Stollenwerk dan Beata Josefa Hendrina Stenmanns, di Steyl, suatu tempat di negara Belanda yang sangat dekat dengan Jerman.

Santo Arnoldus Janssen, sebelumnya, mendirikan Serikat Sabda Allah (Latin: Societas Verbi Divini-SVD), yakni suatu serikat misionaris biarawan imam dan bruder. Berikutnya, beliau juga mendirikan Kongregasi Abdi roh Kudus Penyembahan Abadi, suatu kongregasi suster-suster kontemplatif.

"Hiduplah Allah Tritunggal Mahakudus dalam hati umat manusia" menjadi moto yang menyemangati hidup spiritualitas mereka, untuk menjalankan misinya yang meliputi seluruh dunia. Saat ini, jumlah mereka tidak kurang dari 3300 (tiga ribu) suster terdiri dari sekitar 40 kebangsaan menyebar di seluruh dunia, tidak kurang dari 30 negara.

Para suster Misi Abdi Rohkudus lebih dikenal dengan SSpS, singkatan dari bahasa Latin Servae Spiritus Sanctus. Di negara-negara berbahasa Inggris, dikenal dengan sebutan Holy Spirit Sisters.

Di Indonesia, para suster Misi Abdi Roh Kudus masuk pertama kali di Flores pada tahun 1917. Sekarang sudah berkarya juga di Timor, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, dan bahkan Sumatera. Karya yang ditangani sangat beraneka-ragam, pendidikan, kesehatan, pastoral, dan sebagainya, sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan bimbingan Roh Kudus.

Riwayat Pendiri Arnoldus Janssen lahir di Goch, Jerman, pada tanggal 5 November 1837. Ia berasal dari keluarga yang sederhana namun saleh. Mereka mempunyai devosi yang kuat terhadap Bunda Maria di Kevelaer. Sejak kecil Arnoldus ingin menjadi imam dan juga menjadi guru. Ia adalah seorang pendiam dan tertutup, seperti kebanyakan orang-orang di desanya. Ia mengungkapkan religiositasnya dalam doa dan puisi daripada dengan kata-kata lisan. Ketika ia masih bersekolah, ia sudah mengarang doa sore untuk keluarganya. Di sini sudah dapat terlihat spiritualitasnya di masa-masa mendatang. Sebelum menjadi seorang imam, ia memperoleh ijasah mengajar mata pelajaran kesenangannya, matematika dan IPA.

Pada tanggal 15 Agustus 1861, ia ditahbiskan di Muenster. Bacaan-bacaan pada Misa perdananya menggambarkan motto hidupnya: “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6); dan “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24). Segera setelah tahbisannya, Arnoldus diminta untuk mengajar di Sekolah Lanjutan di Bocholt dan selama 12 tahun ia mengajar hampir semua mata pelajaran. Disamping mengajar, ia terus mengembangkan pengetahuan teologi dengan mempelajari karya-karya Thomas Aquino dan Matthias Scheeben, teolog Koln; teolog terakhir ini mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan hidup rohaninya.

Misteri Allah Tritunggal dan pewahyuan-Nya dalam sejarah keselamatan merupakan pusat kehidupan doanya. Pada tahun 1866 Arnoldus bergabung dengan Kerasulan Doa yang mempromosikan devosi kepada Hati Kudus; ia berusaha mencari anggota-anggota baru dengan tak kenal lelah, terutama selama masa liburan. Bekerja untuk Kerasulan Doa telah mengubahnya, membantunya untuk memperluas cakrawala di luar tugas mengajarnya. Kebutuhan-kebutuhan Gereja yang besar dan perpecahan diantara orang-orang Kristen menjadi pikirannya. Pada bulan Maret 1873 ia mengundurkan diri dari tugas mengajarnya di sekolah lanjutan dan mengabdikan dirinya secara penuh kepada Kerasulan Doa. Sementara banyak orang mengatakan bahwa tindakannya itu merupakan sebuah langkah yang kurang bijaksana, kenyataannya ini merupakah sebuah langkah yang penting yang menuntun Arnoldus pada tugas hidupnya yang sesungguhnya. Perhatiannya semakin terfokus pada misi universal Gereja. Pada tahun 1874 ia menerbitkan sebuah majalah bulanan, “Utusan Kecil Hati Kudus”, untuk memberitakan kebutuhan-kebutuhan karya misi kepada umat Katolik yang lebih luas.Ia semakin menyadari kebutuhan sebuah rumah misi Jerman yang dapat mengirim imam-imam misionaris ke luar negeri. Akhirnya,Administrator Apostolik Hong Kong Msgr. Raimondi mendorongnya untuk mendirikan sendiri sebuah lembaga semacam itu.

Setelah merasakan keragu-raguan yang amat sangat, akhirnya Arnoldus memutuskan mengambil tugas itu pada usia 38 tahun. Modalnya satu-satunya adalah kepercayaannya kepada Allah yang tak tergoncangkan, pegabdiannya yang tak bersyarat kepada Hati Kudus dan keyakinan bahwa Allah memanggilnya untuk melakukan karya ini. Sebuah pendirian tidak mungkin dilakukan di Jerman karena Kulturkampf, maka ia menyeberang ke Belanda di mana ia diterima dengan ramah.

In September 1875 he laid the foundations for the “Society of the Divine Word” in Steyl, near the town of Venlo, a society dedicated to spreading the faith. His mottos were: “May the heart of Jesus live in the hearts of all people!” and also: “May the holy triune God live in our hearts and in the hearts of all people!”

Although initially beset by great difficulties, the work grew rapidly. The foundations of a large mission house were laid, he opened an apostolic school to educate prospective missionaries in his spirit, and he established his own printing press to serve the developing apostolate of the press. The modest beginning developed into a religious institute that included priests and lay brothers. In 1879, the first missionaries were already sent to China. That was the beginning of annual mission departures to countries in all continents.

Very soon Arnold Janssen also thought of rousing the enthusiasm of women for world missions. In 1889, together with Helena Stollenwerk and Hendrina Stenmanns, he founded the “Mission Congregation of the Servants of the Holy Spirit”. That was followed in 1896 by the “Servants of the Holy Spirit of Perpetual Adoration”, or “Adoration Sisters” for short.

Arnold Janssen was deeply concerned for the spiritual growth of his foundations. He passed on the missionary fire burning within him to his young foundations. He wished to help others look beyond their own horizons, forget themselves and dedicate their lives to God’s work. Constant growth can also be detected in his own spiritual life. The mysteries of faith: life of the Trinity, the Incarnation of the Divine Word, God’s presence in the Eucharist and the action of the Holy Spirit became the wellsprings of his life.

When Arnold Janssen died in 1909, his foundations numbered around 600 finally professed brothers, 430 priests and over 800 sisters, including sister novices and postulants. On October 5, 2003, he was “canonized” by the Church. Today around 10,000 “Missionaries of Steyl” are active on all continents.

October 5, 2003

He was canonized by Pope John Paul II-->

SSpS di Indonesia

Ada 5 provinsi: 1. Provinsi Flores Timur 2. Provinsi Flores Barat 3. Provinsi Timor 4. Provinsi Jawa 5. Provinsi Kalimantan

Referensi

  1. ^ (Inggris) Holy Spirit Missionary Sister www.ozvocations.catholic.org.au Retrieved 22 November 2006.

Pranala luar