Lompat ke isi

Teori disonansi kognitif: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
SassoBot (bicara | kontrib)
k r2.7.2) (bot Menambah: simple:Cognitive dissonance
06Ivonne (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:


Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:
Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:
* Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya.<ref name="Pengantar"/> Teori ini menekankan sebuah [[model]] mengenai [[sifat]] dasar dari manusia yang mementigkan adanya [[stabilitas]] dan [[konsistensi]]. <ref name="Pengantar"/>
* Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya.<ref name="Pengantar"/> Teori ini menekankan sebuah [[model]] mengenai [[sifat]] dasar dari manusia yang mementingkan adanya [[stabilitas]] dan [[konsistensi]]. <ref name="Pengantar"/>
* Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi [[biologis]]. <ref name="Pengantar"/> Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak konsisten secara [[psikologis]] satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif. <ref name="Pengantar"/>
* Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi [[biologis]]. <ref name="Pengantar"/> Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak konsisten secara [[psikologis]] satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif. <ref name="Pengantar"/>
* Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat di[[ukur]]. <ref name="Pengantar"/> Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut. <ref name="Pengantar"/>
* Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat di[[ukur]]. <ref name="Pengantar"/> Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut. <ref name="Pengantar"/>
Baris 18: Baris 18:
* Mengurangi pentingnya [[keyakinan]] disonan kita. <ref name="Pengantar"/>
* Mengurangi pentingnya [[keyakinan]] disonan kita. <ref name="Pengantar"/>
* Menambahkan keyakinan yang konsonan. <ref name="Pengantar"/>
* Menambahkan keyakinan yang konsonan. <ref name="Pengantar"/>
* Menghapus disonansi dengan cara tertentu. <ref name="Pengantar"/>
* Menghapus disonansi dengan cara mengubah persepsi (rasionalisasi). <ref name="Pengantar"/>


== Kritik Terhadap Teori ==
== Kritik Terhadap Teori ==

Revisi per 29 Januari 2012 16.35

Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. [1] Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger di tahun 1950an.[2]

Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:

  • Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya.[1] Teori ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi. [1]
  • Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi biologis. [1] Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif. [1]
  • Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. [1] Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut. [1]
  • Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. [1] Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi. [1]

Tingkat Disonansi

Merujuk kepada jumlah inkonsistensi yang dialami seseorang. [1] Tiga hal yang merujuk kepada tingkat disonansi seseorang:

  • Tingkat kepentingan, yaitu seberapa signifikan tingkat masalah tersebut berpengaruh pada tingkat disonansi yang dirasakan. [1]
  • Rasio disonansi, yaitu jumlah disonansi berbanding dengan jumlah konsistensi. [1]
  • Rasionalitas merupakan alasan yang dikemukakan oleh seseorang yang merujuk mengapa suatu inkonsistensi muncul. [1]

Mengatasi Disonansi

Ada banyak cara untuk mengatasi disonansi kognitif, namun cara yang paling efektif untuk ditempuh adalah:

  • Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita. [1]
  • Menambahkan keyakinan yang konsonan. [1]
  • Menghapus disonansi dengan cara mengubah persepsi (rasionalisasi). [1]

Kritik Terhadap Teori

  • Teori ini dinilai kurang memiliki kegunaan karena teori ini tidak menjelaskan secara menyeluruh kapan dan bagaimana seseorang akan mencoba untuk mengurangi disonansi. [1]
  • Kemungkinan pengujian tidak sepenuhnya terdapat dalam teori ini. Kemungkinan pengujian berarti kemampuan untuk membuktikan apakah teori tersebut benar atau salah. [1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r West, Richard dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: PT. Salemba Humanika. Bab 7.
  2. ^ (Inggris) Cognitive Consequences of Forced Compliance, Classics in the History of Psychology. Diakses pada 16 Januari 2012.