Lompat ke isi

Putu Wijaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 78: Baris 78:
* [[Jari-Jari Cinta]]
* [[Jari-Jari Cinta]]
* [[Balada Dangdut]]
* [[Balada Dangdut]]
* [[Dendam]]
* [[Cerpen Metropolitan]]
* [[Plot]]
* [[Klop]]
* [[Melangkah di Atas Awan]] (penyutradaraan)
* [[Nostalgia]]
* [[Api Cinta Antonio Blanco]]
* [[Tiada Kata Berpisah]]
* [[Intrik]]
* [[Pantang Menyerah]]
* [[Sejuta Makna dalam Kata]]
* [[Nona-Noni]]


=== Karya drama ===
=== Karya drama ===

Revisi per 30 Januari 2012 14.58

Putu Wijaya
Putu Wijaya
Putu Wijaya
PekerjaanPenulis: drama, novel, cerpen, skenario
KebangsaanIndonesia

I Gusti Ngurah Putu Wijaya (lahir 11 April 1944) adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel dan juga skenario film dan sinetron. [1]

Riwayat

Putu Wijaya adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat dan jauh, dan punya kebiasaan membaca. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Semula, ayahnya mengharapkan Putu jadi dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Ia akrab dengan sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.

Putu menulis sejak SMP. Tulisan pertamanya sebuah cerita pendek berjudul "Etsa" dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali. Pertama kali main drama ketika di SMA, memainkan drama sendiri dan menyutradarai dengan kelompok yang didirikannya sendiri di Yogyakarta. Ikut Bengkel Teater 1967-1969. Kemudian bergabung dengan Teater Kecil di Jakarta. Sempat main satu kali dalam pementasan Teater Populer. Selanjutnya dengan Teater Mandiri yang didirikan pada tahun 1971, dengan konsep "Bertolak dari Yang Ada. [2]

Putu Wijaya sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga telah menulis skenario film dan sinetron. Sebagai seorang dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Puluhan penghargaan ia raih atas karya sastra dan skenario sinetron.

Cerita pendek karangannya kerap mengisi kolom pada Harian Kompas dan Sinar Harapan. Novel-novel karyanya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison. Sebagai penulis skenario, ia telah dua kali meraih piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Sebagai seorang penulis fiksi sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak diperbincangkan adalah Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam, Sobat, Nyali.

Pendidikan

Karya dan karier

Teater

  • Pimpinan Teater Mandiri, Jakarta (1971-sekarang)

Penulis skenario film

Antara lain :

Penulis skenario sinetron

Antara lain :

Karya drama

  • Dalam Cahaya Bulan (1966)
  • Lautan Bernyanyi (1967)
  • Bila Malam Bertambah Malam (1970)
  • Invalid (1974)
  • Tak Sampai Tiga Bulan (1974)
  • Anu (1974)
  • Aduh (1975)
  • Dag-Dig-Dug (1976)
  • Gerr (1986)
  • Edan
  • Hum-Pim-Pah
  • Dor
  • Blong
  • Ayo
  • Awas
  • Los
  • Aum
  • Zat
  • Tai
  • Front
  • Aib
  • Wah
  • Hah
  • Jepret
  • Aeng
  • Aut
  • Dar-Dir-Dor

Karya novel

Karya cerpen

  • Karyanya yang berupa cerpen terkumpul dalam kumpulan cerpen Bom (1978)
  • Es (1980)
  • Gres (1982)

Karya esai

Karya esainya terdapat dalam kumpulan esai Beban, Kentut, Samar, Pembabatan, Klise, Tradisi Baru, Terror Mental, dan Bertolak dari yang Ada.

Penghargaan yang telah diterima

  • Pemenang penulisan lakon Depsos (Yogyakarta)
  • Pemenang penulisan puisi Suluh Indonesia Bali
  • Pemenang penulisan novel IKAPI
  • Pemenang penulisan drama BPTNI
  • Pemenang penulisan drama Safari
  • Pemenang penulisan cerita film Deppen (1977)

Kegiatan lainnya

Rujukan

  1. ^ (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 367.
  2. ^ (Indonesia) Wijaya, Putu. Bor: Esai-esai Budaya. Yayasan Bentang Budaya, 1999, Yogyakarta. Halaman 347.

Pranala luar