Masjid Merah Panjunan: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi ''''Masjid Panjunan''' atau Masjid Merah Panjunan adalah sebuah masjid tua yang berada di Desa Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk Cirebon. Masjid ini merupakan sebuah...' |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox religious building |
|||
|image = Masjid batu-merah.jpg |
|||
|caption = Masjid Panjunan |
|||
|building_name = Masjid Merah Panjunan |
|||
|location = [[Cirebon]], [[Indonesia]] |
|||
|religious_affiliation = [[Islam]] |
|||
|website = |
|||
|architect = |
|||
|architecture_type = Masjid |
|||
|architecture_style = |
|||
|groundbreaking = |
|||
|year_completed = |
|||
|construction_cost = |
|||
|capacity = |
|||
|dome_quantity = |
|||
|dome_height_outer = |
|||
|minaret_quantity = |
|||
|minaret_height = |
|||
}} |
|||
'''Masjid Panjunan''' atau Masjid Merah Panjunan adalah sebuah masjid tua yang berada di Desa Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk [[Cirebon]]. Masjid ini merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada [[1480]] oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan, seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak pengrajin keramik atau jun. |
'''Masjid Panjunan''' atau Masjid Merah Panjunan adalah sebuah masjid tua yang berada di Desa Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk [[Cirebon]]. Masjid ini merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada [[1480]] oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan, seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak pengrajin keramik atau jun. |
||
Baris 6: | Baris 26: | ||
==Arsitektur== |
==Arsitektur== |
||
[[Berkas:Mihrab panjunan 05.jpg|thumb|left|Mihrab Masjid Panjungan]] |
|||
Arsitektur Masjid Panjunan merupakan perpaduan budaya Hindu Cina dan Islam. Sekilas masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya karena memang bentuk bangunannya menyerupai kuil hindu, adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada dinding. Beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio. |
Arsitektur Masjid Panjunan merupakan perpaduan budaya Hindu Cina dan Islam. Sekilas masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya karena memang bentuk bangunannya menyerupai kuil hindu, adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada dinding. Beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio. |
||
Revisi per 19 Maret 2012 16.29
Masjid Merah Panjunan | |
---|---|
Berkas:Masjid batu-merah.jpg | |
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Cirebon, Indonesia |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Masjid Panjunan atau Masjid Merah Panjunan adalah sebuah masjid tua yang berada di Desa Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk Cirebon. Masjid ini merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan, seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak pengrajin keramik atau jun.
Meskipun pendiri Masjid Merah Panjunan adalah seorang keturunan Arab, dan Kampung Panjunan adalah merupakan daerah permukiman warga keturunan Arab, namun pengaruh budaya Arab terlihat sangat sedikit pada arsitektur bangunan Masjid Merah Panjunan ini. Barangkali ini adalah sebuah pendekatan kultural yang digunakan dalam penyebaran Agama Islam pada masa itu.
Masjid Panjunan semula bernama mushala Al-Athya namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan, Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan Tajug atau Mushola sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama sejak sebelum Islam, yaitu Hindu – Budha. Selain faktor agama tersebut, arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh gaya Jawa dan Cina. Bangunan lama mushala itu berukuran 40 meter persegi saja, kemudian dibangun menjadi berukuran 150 meter persegi karena menjadi masjid. Pada tahun 1949, Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati) membangun pagar Kutaosod dari bata merah setebal 40 cm dengan tinggi 1,5 m untuk mengelilingi kawasan masjid.
Arsitektur
Arsitektur Masjid Panjunan merupakan perpaduan budaya Hindu Cina dan Islam. Sekilas masjid ini tidak seperti masjid pada umumnya karena memang bentuk bangunannya menyerupai kuil hindu, adanya mihrab yang membuat bangunan Masjid Merah Panjunan ini menjadi terlihat seperti sebuah masjid, serta adanya beberapa tulisan berhuruf Arab pada dinding. Beberapa keramik buatan Cina yang menempel pada dinding konon merupakan bagian dari hadiah ketika Sunan Gunung Jati menikah dengan Tan Hong Tien Nio.
Tampak muka Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari susunan batu bata merah yang pintu gapuranya memperlihatkan pengaruh Hindu dari jaman Majapahit yang banyak bertebaran di daerah Cirebon. Masjid Merah Panjunan ini telah dimasukkan sebagai sebuah Benda Cagar Budaya.
Gapura Masjid Merah Panjunan yang susunan bata warna merahnya memberikan nama tengah kepada masjid ini. Adalah Panembahan Ratu yang merupakan cicit Sunan Gunung Jati yang membangun tembok keliling Masjid Merah Panjunan yang terbuat dari bata merah setinggi 1,5 m dan ketebalan 40 cm pada tahun 1949.
Ruangan utama Masjid Merah Panjunan langit-langitnya ditopang oleh lebih dari lima pasang tiang kayu. Umpak pada tiang penyangga juga memperlihatkan pengaruh kebudayaan lama. Sementara keramik yang menempel pada dinding memperlihatkan pengaruh budaya Cina dan Eropa.
Pada bagian mihrab dihiasi dengan keramik yang indah. Lengkung pada mihrab pun yang berbentuk Paduraksa juga memperlihatkan pengaruh budaya lama. Menariknya, selain keramik Cina juga terdapat keramik buatan Belanda yang menempel pada dinding Masjid Merah Panjunan ini. Di Masjid Merah Panjunan ini tidak ada mimbar, karenanya hanya digunakan untuk sholat sehari-hari, tidak untuk ibadah sholat Jumat, atau sholat berjamaah di Hari Raya Islam.