Lompat ke isi

Suku Tolaki: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Andreas Sihono (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 5639885 oleh 125.162.220.215 (Bicara)
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
{{rapikan}}
{{disambig info|Tolaki|Tolaki}}
{{disambig info|Tolaki|Tolaki}}
'''Tolaki''' adalah salah satu suku yang ada di [[Sulawesi Tenggara]].mendiami daerah yang berada di sekitar [[kabupaten Kendari]] dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari kerajaan ''Konawe''. Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu (sinonggi/papeda), yang hingga kini belum dibudidayakan atau dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam. Raja Konawe yang terkenal adalah ''Haluoleo'' (delapan hari). Masyarakat Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Kini masyarakat Tolaki umumnya hidup berladang dan bersawah, maka ketergantungan terhadap air sangat penting untuk kelangsungan pertanian mereka. untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai ini dinamai sungai ''Konawe''. yang membelah daerah ini dari barat ke selatan menuju [[Selat Kendari]].
'''Tolaki''' adalah nama suku dan penduduk asli kabupaten Kendari sejak jaman kerajaan sebelum masehi. dua kerajaan terbesar suku tolaki yaitu kerajaan Konawe (daerah kendari)dan Mekongga (daerah Kolaka). Sejak dahulu, masyarakat Tolaki adalah masyarakat yg sabar mau menerima kedatangan suku-suku lain di daerahnya dan hidup berdampingan. sejarah kerajaan suku tolaki tidak terhubung keturunan dengan kerajaan suku Buton dan Muna. Halu oleo adalah Raja di kerajaan suku tolaki bukan punya orang muna seperti pada artikel yang di ceritakan oleh Muhammad Alimuddin, Muhammad Alimuddin adalah satu orang gila yang mencoba mengubah sejarah kerajaan suku-suku di Sulawesi tenggara dengan mengangkat suku muna sebagai induk keturunan raja-raja di sulawesi tenggara dan ini sangat mengundang SARA karena diskriminasi penuh penghinaan kepada suku Tolaki. situs Muna.com dan Muna kita adalah situs berbahaya yang mendiskriminasi suku lain utamanya suku Tolaki yang banyak di ceritakan di dalamnya dengan memutar balikkan fakta-fakta sejarah dan mengangkat orang belanda sebagai penulis sejarah yang diyakini benar padahal itu sangat salah. persatuan Tamalaki tidak akan tinggal diam menanggapi hal ini, Trima kasi.

<!-- pindahan dari [[Tolaki]]
===== Awal mula =====
Asal kata TOLAKI, TO=orang atau manusia, LAKI= Jenis kelamin laki-laki,..manusia yang memiliki kejantanan yang tinggi, berani dan menjunjung tinggi kehormatan diri/harga diri.Suku [[Tolaki]], salah satu suku terbesar yang ada di Propinsi [[Sulawesi Tenggara]] di samping Suku [[Buton]] dan Suku [[Muna]], tersebar di Kota. [[Kendari]] Kab. Konawe, Kab. Konawe Selatan, Kab. Konawe Utara dan Kab. [[Kolaka]]; yang berada di Kab. Kolaka mendiami daerah Mowewe, Rate-rate dan Lambuya sedangkan yang berada di Kab. Kendari mendiami daerah Asera, Lasolo, Wawotobi, Abuki dan Tinanggea. Orang [[Tolaki]] pada mulanya menamakan dirinya Tolohianga (orang dari langit). Menurut Tarimana (1993), mungkin yang dimaksud “langit” adalah “kerajaan langit” sebagaimana dikenal dalam budaya Cina (Granat, dalam Needhan 1973 yang dikutip Tarimana). Dalam dugaannya, ada keterkaitan antara kata “hiu” yang dalam bahasa Cina berarti “langit” dengan kata “heo” (Tolaki) yang berarti “ikut pergi ke langit”.

== Kalo: pedoman hidup suku Tolaki ==

Secara harfiah “Kalo” adalah suatu benda yang berbentuk lingkaran, cara-cara mengikat yang melingkar, dan pertemuan-pertemuan atau kegiatan bersama di mana para pelaku membentuk lingkaran. Kalo dapat dibuat dari rotan, emas, besi, perak, benang, kain putih, akar, daun pandan, bambu dan dari kulit kerbau. Pembuatan kalo pada dasarnya adalah dengan jalan mempertalikan atau mempertemukan kedua ujung dari bahan-bahan tersebut pada suatu simpul. Kalo meliputi osara ([[adat istiadat]]) yang berkaitan dengan adat pokok dalam pemerintahan, hubungan kekeluargaan-kemasyarakatan, aktivitas agama- kepercaya-an, pekerjaan-keahlian dan pertanian (Tarimana 1993: 20). Dari berbagai jenis kalo, yang dikenal luas adalah yang terbuat dari rotan, kain putih dan anyaman. Lingkaran rotan adalah simbol dunia atas, kain putih adalah simbol dunia tengah dan wadah anyaman adalah simbol dunia bawah. Kadang-kadang juga ada yang mengatakan bawah lingkaran rotan itu adalah simbol matahari, bulan dan bintang-bintang; Kain putih adalah langit dan wadah anyaman adalah simbol permukaan bumi. Mereka juga mengekspresikan bahwa lingkaran rotan adalah simbol Sangia Mbu’u (Dewa Tertinggi), Sangia I Losoanooleo (Dewa di Timur) dan Sangia I Tepuliano Wanua (Dewa penguasa kehidupan di bumi), dan wadah anyaman adalah simbol Sangia I Puri Wuta (Dewa di Dasar Bumi). Kalo juga adalah simbol manusia: lingkaran rotan adalah simbol kepala manusia, kain putih adalah simbol badan dan wadah anyaman adalah simbol tangan dan kaki (angota).Demikianlah kalo pada pola pikir dan mentalitas [[Tolaki]] menyangkut seluruh aspek kehidupan mereka. Kalo juga merupakan ekspresi konsepsi orang Tolaki mengenai unsur-unsur manusia, alam, masyarakat dan hubungan selaras antarmanusia dan antara manusia dengan unsur-unsur tersebut, termasuk dalam komunitas dan pola permukiman, organisasi [[kerajaan]] dan adat dan norma agama yang mengatur tata kehidupan mereka. Akhirnya dapat dikatakan bahwa kalo melambangkan keselarasan dalam kesatuan-persatuan antara segala hal yang bertentangan dan tampak bertentangan dalam alam tempat berhuni manusia [[Tolaki]]. Melihat apa yang dapat disumbangkan konsep kalo tersebut bagi pengembangan filsosofi arsitektur permukiman rakyat, sudah sepantasnya untuk diketahui lanjut dari manakah asal-usul kalo.

Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah kelompok bahasa daerah dengan dialek yang berbeda. Perbedaan dialek ini memperkaya kebudayaan Indonesia. Kelompok bahasa daerah dan dialek di Sulawesi Tenggara, masing-masing, adalah sebagai berikut:
Kelompok [[Bahasa Tolaki]] terdiri dari:
# Dialek [[Mekongga]]
# Dialek [[Konawe]]
# Dialek [[Moronene]]
# Dialek [[Wawonii]]
# Dialek [[Kulisusu]]
# Dialek [[Kabaena]]

==Pranala Luar==
* {{id}} [http://www.kendarikota.go.id Situs Resmi]
-->

{{suku-stub}}

[[Kategori:Sulawesi Tenggara]]
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Tolaki]]

Revisi per 1 Juni 2012 03.00

Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara.mendiami daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari kerajaan Konawe. Dahulu, masyarakat Tolaki umumnya merupakan masyarakat nomaden yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu (sinonggi/papeda), yang hingga kini belum dibudidayakan atau dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam. Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo (delapan hari). Masyarakat Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Kini masyarakat Tolaki umumnya hidup berladang dan bersawah, maka ketergantungan terhadap air sangat penting untuk kelangsungan pertanian mereka. untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai ini dinamai sungai Konawe. yang membelah daerah ini dari barat ke selatan menuju Selat Kendari.