Lompat ke isi

Republik Maluku Selatan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 47: Baris 47:
"Pada saat [[Kerusuhan Ambon]] yang terjadi antara [[1999]]-[[2004]], RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku.
"Pada saat [[Kerusuhan Ambon]] yang terjadi antara [[1999]]-[[2004]], RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku.


Pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen aktivis RMS berhasil menyusup masuk ke tengah upacara Hari Keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu asing. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi, tetapi pernah disiksa dan dianiaya. namun kemudian RMS dan Pendukung yang mayoritas orang Kristen di Maluku membuat berita bohong seolah-olah Penari Cakalele tersebut Dipukul sampai babak belur oleh DENSUS 88 atas perintah Presiden SBY sendiri. Sebagian yang mencoba melarikan diri dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat tetapi tidak pernah terbukti beritya ini. Pada saat ini (30 Juni 2007) insiden ini sedang diselidiki.
Pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen aktivis RMS berhasil menyusup masuk ke tengah upacara Hari Keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu asing. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi, tetapi pernah disiksa dan dianiaya. namun kemudian RMS dan Pendukung yang mayoritas orang Kristen di Maluku membuat berita bohong seolah-olah Penari Cakalele tersebut Dipukul sampai babak belur oleh DENSUS 88 atas perintah Presiden SBY sendiri. Sebagian yang mencoba melarikan diri dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat tetapi tidak pernah terbukti beritya ini. Pada saat ini (30 Juni 2007) insiden ini sedang diselidiki.

banyak berita palsu yang disebarkan oleh gerombolan RMS & OPM yang sangat pro Belanda bahwa TAPOL yang terbanyak di Indonesia pada saat ini terdapat di Maluku dan Papua. Hal ini menoda wajah NKRI sebagai demokrasi, sebab di negara-negara demokratis lain-lain didunia orang tidak dijatuhkan hukuman 15 tahun penjara hanya menaikkan lambang negara yang terlarang. padahal dinegara manapun jika ada anggota gerakan separatis mencoba mengibarkan lambang gerakan separatis tersebut pasti akan ditindak keras seperti di New Kaledonia dan Tahiti. di Belanda sendiri RMS dan OPM tidaklah lebih daripada kelompok Terroris dan pengacau Bodoh.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 29 Juni 2012 14.07

Republik Maluku Selatan
1950–1950
Bendera Maluku Selatan
Bendera
{{{coat_alt}}}
Lambang
Lagu kebangsaanMaluku tanah airku
Hijau: wilayah yang diklaim Republik Maluku Selatan
Hijau: wilayah yang diklaim Republik Maluku Selatan
StatusDalam pembuangan sejak tahun 1950
Ibu kotaAmbon
PemerintahanRepublik
Presiden (dalam pembuangan dari tahun 1950) 
• 1939–1966
Chris Soumokil
• 1966-1992
Johan Manusama
• 1993-2010
Frans Tutuhatunewa
• 2010-sekarang
John Wattilete
Sejarah 
• Didirikan
25 April 1950
• Dibubarkan
1950
Didahului oleh
Digantikan oleh
Hindia Belanda
Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan terror di pengasingan, Belanda [1].

Pemimpin

Pemerintah RMS yang pertama dibawah pimpinan dari J.H. Manuhutu, Kepala Daerah Maluku dalam Negara Indonesia Timur (NIT).

Setelah Mr. dr. Chris Soumokil(Mantan Jaksa Agung NIT yang merupakan underdog Belanda) dibunuh secara illegal atas perintah Pemerintah Indonesia, maka dibentuk Pemerintah dalam pengasingan di Belanda dibawah pimpinan Ir. [Johan Alvarez Manusama], pemimpin kedua [drs. Frans Tutuhatunewa] turun pada tanggal 24 april 2009. Kini mr. John Wattilete adalah pemimpin RMS pengasingan di Belanda.

Tagal serangan dan anneksasi illegal oleh tentara RI, maka Pemerintah RMS - diantaranya Mr. Dr. Soumokil, terpaksa mundur ke Pulau Seram dan memimpin guerilla di pedalaman Nusa Ina (pulau Seram). Ia ditangkap di Seram pada 2 Desember 1962, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer, dan dilaksanakan di Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 12 April 1966.

Kerusuhan

Dalam bulan september 2011 Jendral Kivlan Zen purn. mengaku dalam wawancara dengan Global Post bahwa KERUSUHAN AMBON sebenarnya REKAYASA dari para elit RMS dan Pendukung RMS di Belanda. mereka membuat skenario seolah-olah TNI dan Pemerintah Republik Indonesia telah lakukan mendestabilisasi Maluku secara politik dan ekonomis. Dalam skenario ini dibuat seolah-olah RMS dipersalahkan dengan sengaja dan kambinghitamkan. Mereka memakai kalimat-kalimat seperti:

"Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku.

Pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen aktivis RMS berhasil menyusup masuk ke tengah upacara Hari Keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu asing. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi, tetapi pernah disiksa dan dianiaya. namun kemudian RMS dan Pendukung yang mayoritas orang Kristen di Maluku membuat berita bohong seolah-olah Penari Cakalele tersebut Dipukul sampai babak belur oleh DENSUS 88 atas perintah Presiden SBY sendiri. Sebagian yang mencoba melarikan diri dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat tetapi tidak pernah terbukti beritya ini. Pada saat ini (30 Juni 2007) insiden ini sedang diselidiki.

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Tempo Interaktif: RMS Dari Masa Ke Masa