Lompat ke isi

Narasinga: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14: Baris 14:
=== Narasimha membunuh Hiranyakashipu ===
=== Narasimha membunuh Hiranyakashipu ===


Mengetahui para [[Dewa]] melindungi iatrinya, [[Hiranyakashipu]] menjadi sangat marah. Ia semakin membenci Dewa [[Wisnu]], dan anaknya ([[Prahlada]]), kini menjadi pemuja Dewa [[Wisnu]]. Ia pun membenci puteranya. Namun, setiap kali ia membunuh puteranya, ia selalu tak pernah berhasil karena dihalangi oleh kekuatan ajaib yang merupakan perlindungan dari Dewa Wisnu. Ia kesal karena selalu gagal oleh kekuatan Dewa [[Wisnu]], namun ia tidak menyaksikan Dewa [[Wisnu]] yang melindungi [[Prahlada]] secara langsung. Ia menantang [[Prahlada]] untuk menunjukkan Dewa [[Wisnu]]. [[Prahlada]] menjawab, “Ia ada dimana-mana, Ia ada di sini, dan Ia akan muncul”.
Mengetahui para [[Dewa]] melindungi istrinya, [[Hiranyakashipu]] menjadi sangat marah. Ia semakin membenci Dewa [[Wisnu]], dan anaknya ([[Prahlada]]), kini menjadi pemuja Dewa [[Wisnu]]. Ia pun membenci puteranya. Namun, setiap kali ia membunuh puteranya, ia selalu tak pernah berhasil karena dihalangi oleh kekuatan ajaib yang merupakan perlindungan dari Dewa Wisnu. Ia kesal karena selalu gagal oleh kekuatan Dewa [[Wisnu]], namun ia tidak menyaksikan Dewa [[Wisnu]] yang melindungi [[Prahlada]] secara langsung. Ia menantang [[Prahlada]] untuk menunjukkan Dewa [[Wisnu]]. [[Prahlada]] menjawab, “Ia ada dimana-mana, Ia ada di sini, dan Ia akan muncul”.


Mendengar jawaban itu, ayahnya sangat marah, mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara yang menggemparkan. Pada saat itulah Dewa Wisnu sebagai Narasimha muncul menyelamatkan [[Prahlada]] dari amukan ayahnya. Pada waktu itu juga ia hendak membunuh [[Hiranyakashipu]]. Namun, atas anugerah dari Dewa Brahma, [[Hiranyakashipu]] tidak bisa mati. Agar berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku, ia memilih wujud sebagai manusia berkepala singa untuk membunuh [[Hiranyakashipu]]. Ia juga memilih waktu dan tempat yang tepat.
Mendengar jawaban itu, ayahnya sangat marah, mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara yang menggemparkan. Pada saat itulah Dewa Wisnu sebagai Narasimha muncul menyelamatkan [[Prahlada]] dari amukan ayahnya. Pada waktu itu juga ia hendak membunuh [[Hiranyakashipu]]. Namun, atas anugerah dari Dewa Brahma, [[Hiranyakashipu]] tidak bisa mati. Agar berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku, ia memilih wujud sebagai manusia berkepala singa untuk membunuh [[Hiranyakashipu]]. Ia juga memilih waktu dan tempat yang tepat.

Revisi per 16 Februari 2007 02.05

Narasimha membunuh Hiranyakashipu dalam pangkuannya

Narasimha Awatara (Devanagari:नरसिंह ; disebut juga Narasingh, Narasinga) (di Bali biasa disebut Narasinga) adalah Awatara Wisnu yang turun ke dunia, berwujud manusia dengan kepala singa, kukunya tajam seperti pedang, dan memiliki banyak tangan yang memegang senjata. Narasimha merupakan simbol Dewa pelindung yang melindungi setiap pemuja Wisnu jika terancam bahaya.

Kisah Narasimha Awatara

Raksasa Hiranyakashipu yang sakti

Pada menjelang akhir masa Satya Yuga, ada seorang bangsa Asura yang bernama Hiranyakashipu, kakak Hiranyaksa. Semenjak adiknya dibunuh oleh Waraha (Awatara Wisnu), ia membenci Dewa Wisnu dan menjadikannya busuh bebuyutan.

Hiranyakashipu memohon kepada Brahma, agar memberinya kehidupan abadi, tak akan bisa mati dan tak akan bisa dibunuh. Namun Dewa Brahma menolak, dan menyuruhnya untuk meminta permohonan lain. Akhirnya Hiranyakashipu meminta, bahwa ia tidak akan bisa dibunuh oleh manusia, hewan ataupun Dewa, tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam, tidak bisa dibunuh di darat, air, api, ataupun udara, tidak bisa dibunuh di dalam ataupun di luar rumah, dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata. Mendengar permohonan tersebut, Dewa Brahma mengabulkannya. Namun, kesaktian itu justru membuatnya sangat angkuh dan terjerumus ke dalam kegelapan.

Sementara ia meninggalkan rumahnya untuk memohon berkah, para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Indra, menyerbu rumahnya. Narada datang untuk menyelamatkan istri Hiranyakashipu yang tak berdosa, Lilawati (Leelavathi). Akhirnya anaknya yang diberi nama Prahlada lahir dan dididik oleh Narada untuk menjadi anak yang budiman, menyuruhnya menjadi pemuja Wisnu, dan menjauhkan diri dari sifat-sifat keraksasan ayahnya.

Narasimha membunuh Hiranyakashipu

Mengetahui para Dewa melindungi istrinya, Hiranyakashipu menjadi sangat marah. Ia semakin membenci Dewa Wisnu, dan anaknya (Prahlada), kini menjadi pemuja Dewa Wisnu. Ia pun membenci puteranya. Namun, setiap kali ia membunuh puteranya, ia selalu tak pernah berhasil karena dihalangi oleh kekuatan ajaib yang merupakan perlindungan dari Dewa Wisnu. Ia kesal karena selalu gagal oleh kekuatan Dewa Wisnu, namun ia tidak menyaksikan Dewa Wisnu yang melindungi Prahlada secara langsung. Ia menantang Prahlada untuk menunjukkan Dewa Wisnu. Prahlada menjawab, “Ia ada dimana-mana, Ia ada di sini, dan Ia akan muncul”.

Mendengar jawaban itu, ayahnya sangat marah, mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara yang menggemparkan. Pada saat itulah Dewa Wisnu sebagai Narasimha muncul menyelamatkan Prahlada dari amukan ayahnya. Pada waktu itu juga ia hendak membunuh Hiranyakashipu. Namun, atas anugerah dari Dewa Brahma, Hiranyakashipu tidak bisa mati. Agar berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku, ia memilih wujud sebagai manusia berkepala singa untuk membunuh Hiranyakashipu. Ia juga memilih waktu dan tempat yang tepat.

Berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku. Narasimha berhasil merobek-robek perut Hiranyakashipu. Akhirnya Hiranyakashipu berhasil dibunuh oleh Narasimha, karena ia dibunuh bukan oleh manusia, binatang, atau Dewa. Ia dibunuh bukan pada saat pagi, siang, atau malam, tapi senja hari. Ia dibunuh bukan di luar atau di dalam rumah. Ia dibunuh bukan di darat, air, api, atau udara, tapi di pangkuan Narasimha. Ia dibunuh bukan dengan senjata, melainkan dengan kuku.

Makna dari cerita

  • Narasimha memberi contoh bahwa Tuhan itu ada dimana-mana
  • Rasa bakti yang tulus dari Prahlada menunjukkan bahwa kita menilai seseorang bukan dari golongannya, ataupun jangan menilainya karena berasal dari keturunan yang jelek, melainkan dari sifatnya. Meskipun Prahlada seorang keturunan Asura, namun ia juga seorang penyembah Wisnu yang taat.

Membunuh Hiranyakashipu dengan mengambil wujud sebagai Narasimha merupakan salah satu cara menghukum yang paling sadis dari Dewa Wisnu. Di India, Narasimha sangat terkenal. Dalam festival tradisional India, kisah ini berhubungan dengan perayaan Holi, salah satu perayaan terpenting di India. Dari sinilah Narasimha menjadi terkenal. Di India Selatan, Narasimha sering dituangkan ke dalam bentuk seni pahatan dan lukisan. Narasimha merupakan Awatara yang paling terkenal setelah Rama dan Kresna.

Lihat pula