Lompat ke isi

Kecerdasan hewan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Willybold (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Willybold (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:
Penelitian tentang kognitif hewan banyak melibatkan [[mamalia]], terutama [[primata]], [[cetacea]], dan [[gajah]], juga [[anjing]], [[kucing]], dan [[hewan pengerat]]. Namun demikian, penelitian juga dikembangkan terhadap hewan [[vertebrata]] non mamalia seperti [[kecerdasan burung|burung]], termasuk [[bayan (burung)|bayan]], [[corvidae]], dan [[merpati]], termasuk juga [[kadal]], [[ular]], dan [[ikan]], bahkan termasuk juga hewan [[invertebrata]] seperti [[Cephalopoda]], [[laba-laba]] dan [[serangga]].<ref name ="Shett" />
Penelitian tentang kognitif hewan banyak melibatkan [[mamalia]], terutama [[primata]], [[cetacea]], dan [[gajah]], juga [[anjing]], [[kucing]], dan [[hewan pengerat]]. Namun demikian, penelitian juga dikembangkan terhadap hewan [[vertebrata]] non mamalia seperti [[kecerdasan burung|burung]], termasuk [[bayan (burung)|bayan]], [[corvidae]], dan [[merpati]], termasuk juga [[kadal]], [[ular]], dan [[ikan]], bahkan termasuk juga hewan [[invertebrata]] seperti [[Cephalopoda]], [[laba-laba]] dan [[serangga]].<ref name ="Shett" />


== Latar belakang sejarah ==
=== Kognitif hewan dari anekdot ke laboratorium ===
Perilaku hewan telah memikat imajinasi manusia dari jaman dahulu, dan selama berabad-abad banyak penulis telah berspekulasi tentang apakah hewan memiliki pikiran atau tidak, seperti yang ditulis oleh [[René Descartes|Descartes]].<ref>Descartes, R. (1649), ‘’Passions of the Soul’’</ref> Spekulasi tentang kecerdasan hewan secara bertahap membawa terhadap penelitian ilmiah setelah [[Charles Darwin|Darwin]] menempatkan manusia dan hewan pada sebuah kontinum, meskipun pendekatan Darwin sebagian besar anekdot dengan topik yang tidak akan dianggap cukup ilmiah di kemudian hari.<ref>Darwin, C. 1871, ‘’The descent of man, and selection in relation to sex’’</ref> Tidak puas dengan metode anekdot dari Darwin dan anak didiknya Romanes,<ref>Romanes, J. G. 1883, ‘’Animal Intelligence’’</ref> [[E. L. Thorndike]] membawa perilaku hewan ke [[laboratorium]] untuk pemeriksaan yang lebih obyektif. Dengan cermat Thorndike mengamati kucing, anjing dan ayam dalam usaha melepaskan diri dari kotak teka-teki yang membuat dia menyimpulkan bahwa perilaku cerdas dapat bertambah dengan adanya asosiasi sederhana untuk itu inferensi untuk alasan hewan, wawasan, atau kesadaran adalah tidak diperlukan dan menyesatkan.<ref>Thorndike, E. L. 1911, ‘’Animal intelligence’’.</ref> Pada saat yang sama, [[I. P. Pavlov]] memulai penelitian tentang kondisi refleks pada [[anjing]]. Pavlov cepat meninggalkan usahanya dan mengambil kesimpulan tentang proses mental anjing ini; upaya tersebut, katanya, hanya menyebabkan pertentangan dan kebingungan. Namun demikian, dia, mengusulkan untuk dilakukan proses fisiologis tak terlihat yang mungkin dapat menjelaskan pengamatannya.<ref>Pavlov, I.P. 1928, ‘’Lectures on conditioned reflexes’’</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 6 Desember 2012 02.44

Berkas:Washoe chimpanzee.jpg
Washoe, seekor simpanse betina yang merupakan hewan pertama yang belajar komunikasi menggunakan bahasa isyarat Amerika, sebagai bagian dari penelitian terhadap binatang untuk mengetahui kemampuan binatang dalam belajar bahasa.

Kecerdasan hewan atau kognitif hewan adalah nama yang diberikan dalam mempelajari kapasitas mental hewan. Ilmu ini telah dikembangkan dari psikologi komparatif, termasuk studi tentang pengkondisian dan pembelajaran hewan, tetapi juga telah sangat dipengaruhi oleh penelitian dalam bidang etologi, ekologi perilaku, dan psikologi evolusioner. Nama alternatif yang sering digunakan adalah kognitif etologi.[1]

Penelitian tentang kognitif hewan banyak melibatkan mamalia, terutama primata, cetacea, dan gajah, juga anjing, kucing, dan hewan pengerat. Namun demikian, penelitian juga dikembangkan terhadap hewan vertebrata non mamalia seperti burung, termasuk bayan, corvidae, dan merpati, termasuk juga kadal, ular, dan ikan, bahkan termasuk juga hewan invertebrata seperti Cephalopoda, laba-laba dan serangga.[1]

Latar belakang sejarah

Kognitif hewan dari anekdot ke laboratorium

Perilaku hewan telah memikat imajinasi manusia dari jaman dahulu, dan selama berabad-abad banyak penulis telah berspekulasi tentang apakah hewan memiliki pikiran atau tidak, seperti yang ditulis oleh Descartes.[2] Spekulasi tentang kecerdasan hewan secara bertahap membawa terhadap penelitian ilmiah setelah Darwin menempatkan manusia dan hewan pada sebuah kontinum, meskipun pendekatan Darwin sebagian besar anekdot dengan topik yang tidak akan dianggap cukup ilmiah di kemudian hari.[3] Tidak puas dengan metode anekdot dari Darwin dan anak didiknya Romanes,[4] E. L. Thorndike membawa perilaku hewan ke laboratorium untuk pemeriksaan yang lebih obyektif. Dengan cermat Thorndike mengamati kucing, anjing dan ayam dalam usaha melepaskan diri dari kotak teka-teki yang membuat dia menyimpulkan bahwa perilaku cerdas dapat bertambah dengan adanya asosiasi sederhana untuk itu inferensi untuk alasan hewan, wawasan, atau kesadaran adalah tidak diperlukan dan menyesatkan.[5] Pada saat yang sama, I. P. Pavlov memulai penelitian tentang kondisi refleks pada anjing. Pavlov cepat meninggalkan usahanya dan mengambil kesimpulan tentang proses mental anjing ini; upaya tersebut, katanya, hanya menyebabkan pertentangan dan kebingungan. Namun demikian, dia, mengusulkan untuk dilakukan proses fisiologis tak terlihat yang mungkin dapat menjelaskan pengamatannya.[6]

Referensi

  1. ^ a b Shettleworth, S. J. (2010) Cognition, Evolution and Behavior (2nd ed) New York: Oxford.
  2. ^ Descartes, R. (1649), ‘’Passions of the Soul’’
  3. ^ Darwin, C. 1871, ‘’The descent of man, and selection in relation to sex’’
  4. ^ Romanes, J. G. 1883, ‘’Animal Intelligence’’
  5. ^ Thorndike, E. L. 1911, ‘’Animal intelligence’’.
  6. ^ Pavlov, I.P. 1928, ‘’Lectures on conditioned reflexes’’

Pranala luar