Lompat ke isi

Tauhid asma dan sifat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Imam Syafi'i menolak Akidah Anda
Baris 5: Baris 5:


== Penyimpangannya Dari Dalil ==
== Penyimpangannya Dari Dalil ==
Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita telah berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan dibenci dalam agama. Allah berfirman: “Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tampa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan (mengharamkan) kalian berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu.” (QS. Al A’raf: 33)
Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, wajib untuk melakukan takwil terhadap teks tajsim yang kufur dan menyeleweng daripada akidah Al-Asy'ariyin dan kaum Falsafah, tujuand aripada akidah ilmu Kalam adalah membantah kesesatan mereka yang kufur, betapa banyak penyimangan dalam akidah kaum muslimin dengan bid'ah yang dibuat oleh golongan Mujassimah dalam aqidah, sehingga kufurlah orang-orang menganggap bahwa al-Asma' adalah bermakna dengan al-wahyi yang shadiq, padahal al-Murawi dan al-Musyarah hadits ini adalah kekufuran dan menyimpang daripada aqidah yang sharih, yang menolak takwil sebagian hadits yang mengandung atribut tajsim (tubuh) seperti tangan (al-yad), tubuh (al-shurah), jari-jemari, kepala, kaki bahkan mereka menyifatkan Allah seenaknya dengan hadits durjana dan kufur,
Maka wajib untuk menakwilkan makna tangan sebagai al-ni'mat atau pun keagungan (al'azham) dan juga muka dengan al-Quwwah,

tidak boleh mengatakan Allah mempunyai tangan (al-yad) tetapi wajib untuk mengartikannya dengan tepat dengan mensucikannya daripada keserupaan, tidak benar bahwa maknawi daripada hadits ini dapat dipahami tanpa ilmu Nahwu (grammatik), bayan dan mantiq (logika), perlu mengkaji ilmu-ilmu tersebut agar tidak menyimpang daripad akidah Ahlus Sunnah wa al-Jama'ah yang sejati, dimana merek Ahli Tauhid sangat peduli dan menjauhi penyifatan Allah dan mereka menjauhi pertentangan sebagaimana kaum yang menyimpang.
“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungan jawaban.” (QS. Al Isra: 36)

Dikutip sebagian dari sumber:
# http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=9
# Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 41-45


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 8 Desember 2012 12.30

Kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah: “Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (Qs. Al A’raf: 186) “Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl: 60)

Kaidah Dasar Oleh Imam Syafi'i

Imam Asy-Syafi'i merupakan seorang pakar ilmu Kalam yang menolak akidah Asma' wa Ash-Shifat, sebagai bid'ah yang dibuat oleh kaum Zindik (menyimpang) yang tidak selaras dengan tuuan akidah para mutakalimin, beliau menegaskan bahwa Tauhid Asma' wa Ash-Shifat,kekufuran daripada golongan Muhaditsin Mujassimah,

Penyimpangannya Dari Dalil

Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, wajib untuk melakukan takwil terhadap teks tajsim yang kufur dan menyeleweng daripada akidah Al-Asy'ariyin dan kaum Falsafah, tujuand aripada akidah ilmu Kalam adalah membantah kesesatan mereka yang kufur, betapa banyak penyimangan dalam akidah kaum muslimin dengan bid'ah yang dibuat oleh golongan Mujassimah dalam aqidah, sehingga kufurlah orang-orang menganggap bahwa al-Asma' adalah bermakna dengan al-wahyi yang shadiq, padahal al-Murawi dan al-Musyarah hadits ini adalah kekufuran dan menyimpang daripada aqidah yang sharih, yang menolak takwil sebagian hadits yang mengandung atribut tajsim (tubuh) seperti tangan (al-yad), tubuh (al-shurah), jari-jemari, kepala, kaki bahkan mereka menyifatkan Allah seenaknya dengan hadits durjana dan kufur, Maka wajib untuk menakwilkan makna tangan sebagai al-ni'mat atau pun keagungan (al'azham) dan juga muka dengan al-Quwwah, tidak boleh mengatakan Allah mempunyai tangan (al-yad) tetapi wajib untuk mengartikannya dengan tepat dengan mensucikannya daripada keserupaan, tidak benar bahwa maknawi daripada hadits ini dapat dipahami tanpa ilmu Nahwu (grammatik), bayan dan mantiq (logika), perlu mengkaji ilmu-ilmu tersebut agar tidak menyimpang daripad akidah Ahlus Sunnah wa al-Jama'ah yang sejati, dimana merek Ahli Tauhid sangat peduli dan menjauhi penyifatan Allah dan mereka menjauhi pertentangan sebagaimana kaum yang menyimpang.

Pranala luar