Lompat ke isi

Yenny Wahid: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri.h (bicara | kontrib)
+kat
Chaerani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
[[Image:Yenny_wahid.jpg|thumb|Yenny Wahid]]
[[Image:Yenny_wahid.jpg|thumb|Yenny Wahid]]
{| class="wikitable"
|-
!
!
|-
| Nama
| Yenny Wahid
|-
| Nama Lengkap
| Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid
|-
| Tempat & Tanggal Lahir
| Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974
|-
| Pendidikan
|
* S1: komunikasi visual Universitas Trisakti Jakarta
* S2-nya dari John F Kennedy School of Government, Harvard University, Michigan, Massachusetts.
|-
| Pekerjaan
* Koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne), 1997-1999
* Direktur The Wahid Istitute (2004-sekarang)
* Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Bidang Komunikasi Politik
|
|-
| Penghargaan
| Australia's Premier Journalistic Award - The Walkleys
|-
| Orang Tua
| [[Abdurrahman Wahid]] dan Sinta Wahid
|}


'''Yenny Wahid''' yang bernama lengkap <code>“Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid”</code> lahir di [[Jombang]], [[Jawa Timur]], [[29 Oktober]] [[1974]] dalam lingkungan keluarga [[NU]]. Pola pikirnya pun tidak jauh dengan ayahnya yang lebih mengedepankan [[Islam]] yang moderat, menghargai ''pluralisme'' dan pembawa [[damai]]. Dengan adanya ''The Wahid Institute'' diharapkan dapat meneruskan apa yang selama ini [[Gus Dur]] perjuangkan bahkan tidak tertutup kemungkinan muncul pemikiran-pemikiran Islam yang lebih progresif.
'''Yenny Wahid''' yang bernama lengkap '''“Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid”''' (lahir di [[Jombang]], [[Jawa Timur]], [[29 Oktober]] [[1974]]) adalah seorang aktivis Islam dan politisi Indonesia


==Latar Belakang==
<code>““Tujuan The Wahid Institute sejalan dengan visi Gus Dur, yaitu membangun pemikiran Islam moderat, yang mendorong terciptanya demokrasi, pluralisme agama-agama, multikulturalisme dan toleransi di kalangan kaum Muslim Indonesia,””</code> kata Yenny dalam acara peresmian The Wahid Institute yang diselenggarakan di ballroom Hotel Four Seasons (dahulu Regent), [[Jakarta]], Selasa (7/9/2004).


Seperti halnya ayahnya, ia terlahir dalam lingkungan keluarga [[NU]]. Pola pikirnya pun tidak jauh dengan ayahnya yang lebih mengedepankan [[Islam]] yang moderat, menghargai ''pluralisme'' dan pembawa [[damai]]. Meskipun mendapatkan gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas [[Trisakti]], tetapi ia memutuskan untuk menjadi wartawan.
Salah satu program The Wahid Institute, tambah Yenny, antara lain mengkampanyekan pemikiran Islam yang menghargai pluralitas dan demokrasi. Selain itu melalui program pendidikan, kita akan mendidik kyai-kyai muda yang ada di desa berdasarkan visi Gus Dur tadi,” jelas alumnus Harvard University ini.


Sebelum terjun secara khusus mendampingi ayahnya, Yenny bertugas sebagai reporter di Timor-Timur, sebuah provinsi di Indonesia yang penuh kekerasan militer yang kini memisahkan diri menjadi negara sendiri. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara tahun 1997 dan 1999. Saat itu, meski banyak reporter keluar dari Timor Timur, Yenny tetap bertahan dan melakukan tugasnya. Ia sempat kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi, namun seminggu kemudian ia kembali ke sana.
Sebelum terjun secara khusus mendampingi ayahnya, Yenny bertugas sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara tahun 1997 dan 1999. Saat itu, meski banyak reporter keluar dari Timor Timur, Yenny tetap bertahan dan melakukan tugasnya. Ia sempat kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi, namun seminggu kemudian ia kembali ke sana. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award.<ref>[http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/y/yenny-wahid/biografi/index.shtml Yenny Wahid's Biography]</ref>


Belum terlalu lama menekuni pekerjaannya, ia berhenti bekerja karena ayahnya, Gus Dur terpilih menjadi presiden RI ke-4 (20 Oktober 1999-24 Juli 2001). Ia menelepon kantornya dan mengatakan kepada pimpinannya bahwa ia tidak bisa pergi ke kantor karena ayahnya terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia. Sejak itu, kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya.
Belum terlalu lama menekuni pekerjaannya, ia berhenti bekerja karena ayahnya, [[Gus Dur]], terpilih menjadi presiden RI ke-4. Sejak itu, kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya, dengan posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.


Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny menempuh studi S2 di [[Harvard]] [[Kennedy School of Government]] di bawah beasiswa Mason<ref>[http://www.ksg.harvard.edu/mason/students_class2003.htm KSG Mason Fellow List 2003]</ref>. Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai direktur [[Wahid Institute]] yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia menduduki jabatan tersebut.
Kini, dengan adanya kesibukan baru sebagai Direktur The Wahid Institute, Yenny harus semakin arif mengatur waktu. Ketika ditanya kapan waktu untuk pacaran, ia dengan tangkas mengatakan, "Sampai saat ini saya masih sendiri. Tidak ada waktu untuk pacaran. Bayangkan, dari pagi sampai malam saya melayani Bapak. Kalau ada yang menanyakan tentang pacar, tolong katakan saja bahwa hanya ada satu laki-laki dalam hidup saya."


Yenny juga aktif dalam [[Partai Kebangkitan Bangsa]].
Dengan penuh penasaran wartawan balik bertanya, siapa orangnya. "Yaitu KH Abdurrahman Wahid," kata Yenny dengan wajah serius tanpa senyum. "Bagaimana saya bisa pacaran, saya sesibuk ini. Saya tidak punya kehidupan pribadi," tambah perempuan yang suka belanja sendiri bahan busananya ke Pasar Mayestik ini dengan singkat.


==Referensi==
Meski mengaku sibuk, perempuan manis seperti Yenny pasti mempunyai segudang penggemar. Kecantikan yang terpancar dari dalam dirinya cukup membuat banyak lelaki jatuh hati padanya. Lihat saja senyumannya, gaya bicara saat berpidato, kecerdasannya dan keramahaannya sudah akrab kita temui dimanapun ia berada.


<references/>


[[Kategori:Kelahiran 1974]]
== Pranala Luar ==


[[en:Yenny Wahid]]
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/y/yenny-wahid/biografi/index.shtml

[[Kategori:Kelahiran 1974]]

Revisi per 28 Maret 2007 11.48

Berkas:Yenny wahid.jpg
Yenny Wahid

Yenny Wahid yang bernama lengkap “Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid” (lahir di Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 1974) adalah seorang aktivis Islam dan politisi Indonesia

Latar Belakang

Seperti halnya ayahnya, ia terlahir dalam lingkungan keluarga NU. Pola pikirnya pun tidak jauh dengan ayahnya yang lebih mengedepankan Islam yang moderat, menghargai pluralisme dan pembawa damai. Meskipun mendapatkan gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti, tetapi ia memutuskan untuk menjadi wartawan.

Sebelum terjun secara khusus mendampingi ayahnya, Yenny bertugas sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara tahun 1997 dan 1999. Saat itu, meski banyak reporter keluar dari Timor Timur, Yenny tetap bertahan dan melakukan tugasnya. Ia sempat kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi, namun seminggu kemudian ia kembali ke sana. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award.[1]

Belum terlalu lama menekuni pekerjaannya, ia berhenti bekerja karena ayahnya, Gus Dur, terpilih menjadi presiden RI ke-4. Sejak itu, kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya, dengan posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.

Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny menempuh studi S2 di Harvard Kennedy School of Government di bawah beasiswa Mason[2]. Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia menduduki jabatan tersebut.

Yenny juga aktif dalam Partai Kebangkitan Bangsa.

Referensi

  1. ^ Yenny Wahid's Biography
  2. ^ KSG Mason Fellow List 2003