Lompat ke isi

Iskandar Widjaja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26: Baris 26:
"Sebagai seorang pemain biola Iskandar Widjaja lima tahun yang lalu untuk pertama kalinya ke Indonesia, memainkan musik dan penonton mengabaikan etika musik klasik, bertepuk tangan setelah setiap lagu ... Dia tidak bisa merasa cukup."<ref>nach [[The Jakarta Post]] vom 18. Oktober 2010: [http://www.thejakartapost.com/news/2010/10/18/iskandar-widjajahadar-flying-fingers.html "Iskandar Widjaja - Fliegende Finger"]</ref>
"Sebagai seorang pemain biola Iskandar Widjaja lima tahun yang lalu untuk pertama kalinya ke Indonesia, memainkan musik dan penonton mengabaikan etika musik klasik, bertepuk tangan setelah setiap lagu ... Dia tidak bisa merasa cukup."<ref>nach [[The Jakarta Post]] vom 18. Oktober 2010: [http://www.thejakartapost.com/news/2010/10/18/iskandar-widjajahadar-flying-fingers.html "Iskandar Widjaja - Fliegende Finger"]</ref>


"Saya melihat Indonesia sebagai rumah kedua saya di mana saya diperlakukan sebagai bintang yang bersinar di kancah musik klasik."
== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

Revisi per 20 Maret 2013 12.35

Iskandar Widjaja
Iskandar Widjaja pada saat konser di Berlin pada tahun 2011
Lahir6 Juni 1986 (umur 38)
PekerjaanMusisi
Dikenal atasPemain Biola
Facebook: Iskandar-Widjaja-233075790071006 X: violissi Instagram: iskandar.widjaja Last fm: Iskandar+Widjaja Musicbrainz: 13764a9d-1982-4d63-a689-56326871cb1f Discogs: 4543434 Modifica els identificadors a Wikidata

Iskandar Widjaja (lahir 6 Juni 1986) adalah seorang pemain biola asal Jerman dan pemenang berbagai kompetisi internasional.

Biografi

Penghargaan

Publikasi

  • 2011 Bach 'N' Blues (OehmsClassics Musikproduktion GmbH, ASIN B0056DHCV6)

Kutipan

"Sebagai seorang pemain biola Iskandar Widjaja lima tahun yang lalu untuk pertama kalinya ke Indonesia, memainkan musik dan penonton mengabaikan etika musik klasik, bertepuk tangan setelah setiap lagu ... Dia tidak bisa merasa cukup."[1]

Referensi

Pranala luar