Lompat ke isi

Kakawin Bhāratayuddha: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Indah blestari (bicara | kontrib)
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 3 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q2376521
Baris 37: Baris 37:
[[Kategori:Kakawin|Bharatayuddha]]
[[Kategori:Kakawin|Bharatayuddha]]
[[Kategori:Mahabharata]]
[[Kategori:Mahabharata]]

[[en:Kakawin Bhāratayuddha]]
[[fr:Bharatayuddha]]
[[jv:Kakawin Bhāratayuddha]]

Revisi per 6 April 2013 08.57

Halaman pertama edisi kakawin Bharatayuddha oleh Gunning (1903) dalam aksara Jawa.

Kakawin Bhāratayuddha (aksara Bali: Berkas:Kakawin Bharatayuddha-aksara Bali.png, Jawa: Berkas:Kakawin Bharatayuddha-aksara Jawa.png ) di antara karya-karya sastra Jawa Kuna, adalah yang paling termasyhur. Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.

Masa penulisan

Menurut suryasangkala yang terdapat pada awal kakawin ini, karya sastra ini ditulis ketika (tahun), sanga-kuda-śuddha-candramā. Sangkala ini memberikan nilai: 1079 Saka atau 1157 Masehi, pada masa pemerintahan prabu Jayabaya. Persisnya kakawin ini selesai ditulis pada tanggal 6 November 1157.

Penulis

Kakawin ini digubah oleh dua orang yaitu: mpu Sedah dan mpu Panuluh. Bagian permulaan sampai tampilnya prabu Salya ke medan perang adalah karya mpu Sedah, selanjutnya adalah karya mpu Panuluh.

Konon ketika mpu Sedah ingin menuliskan kecantikan Dewi Setyawati, permaisuri prabu Salya, ia membutuhkan contoh supaya dapat berhasil. Maka putri prabu Jayabaya yang diberikan kepadanya. Tetapi mpu Sedah berbuat kurang ajar sehingga ia dihukum dan karyanya harus diberikan kepada orang lain.

Tetapi menurut mpu Panuluh sendiri, setelah hasil karya mpu Sedah hampir sampai kisah sang prabu Salya yang akan berangkat ke medan perang, maka tak sampailah hatinya akan melanjutkannya. Maka mpu Panuluh diminta melanjutkannya. Cerita ini disebutkan pada akhir kakawin Bharatayuddha.

Bharatayuddha dalam budaya Jawa Baru

Kakawin Bharatayuddha adalah salah satu dari beberapa dari karya sastra Jawa Kuna yang tetap dikenal pada masa Islam. Dalam pertunjukan wayang, beberapa bagian dari Bharatayuddha dinyanyikan sebagai bagian dari nyanyian suluk, bahkan juga dalam pertunjukan wayang yang bernafaskan Islam, misalkan cerita wayang Menak. Terutama cuplikan dari pupuh kelima, bait satu sangat sering dipakai:

Pupuh V.1

  • lěnglěng ramyanikang śaśāngka kuměñar mangrěngga rūmning purī
  • mangkin tan pasiring halěpnikang umah mās lwir murub ring langit
  • těkwan sarwamaṇik tawingnya sinawung sākṣat sěkarning suji
  • unggwan Bhānumatī yan amrěm alangö mwang nātha Duryodhana

Terjemahan

  • Sinar bulan yang menawan sungguh menambah keindahan puri
  • Tiadalah bandingan keindahan pavilyun emas yang bersinar-sinar seakan-akan berkilau di langit
  • Dinding-dindingnya terbuat dari batu-batu ratna manikam yang dirangkai bagaikan bunga
  • Tempat sang Bhanumati dan prabu Duryodhana tidur dalam cinta

Daftar Pustaka