Lompat ke isi

Takhta Serunai: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: hr:Krizantemino prijestolje
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 14 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q1981690
Baris 19: Baris 19:


[[Kategori:Jepang]]
[[Kategori:Jepang]]

[[ca:Tron del Crisantem]]
[[en:Chrysanthemum Throne]]
[[es:Trono del Crisantemo]]
[[eu:Krisantemo Tronua]]
[[fr:Trône du chrysanthème]]
[[he:כס החרצית]]
[[hr:Krizantemino prijestolje]]
[[ja:皇位]]
[[ms:Takhta Bunga Kekwa]]
[[pl:Chryzantemowy Tron]]
[[pt:Trono do Crisântemo]]
[[ru:Хризантемовый трон]]
[[sh:Tron Krizanteme]]
[[tl:Tronong Krisantemo]]

Revisi per 6 April 2013 23.08

Takhta Krisantemum merupakan gelar yang diberikan untuk takhta kerajaan Jepang. Bunga krisantemum (菊花, kikuka dalam bahasa Jepang), terpapar dalam tanda kepangkatan yang digunakan oleh Kaisar Jepang.

Takhta Krisantemum merupakan monarki tertua di dunia. Menurut buku sejarah Jepang, Nihonshoki, Kekaisaran Jepang didirikan oleh Kaisar Jinmu pada 660 SM dan kaisar yang terkini, Akihito, merupakan keturunannya yang ke-125. Ini berdasarkan catatan yang tertulis sejak masa pemerintahan Kaisar Ojin pada awal abad ke-5. Walaupun delapan orang Maharani pernah memerintah Jepang pada suatu masa, ini tidak mungkin lagi terjadi pada masa kini akibat undang-undang yang diciptakan oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran dan Badan Penasehat Raja pada pertengahan abad ke-19.

Kaisar Jepang (tennō 天皇, "raja sorgawi") bertindak sebagai pendeta tertinggi dalam agama Shinto, walaupun kuasanya telah dikurangkan oleh konstitusi setelah Perang Dunia II.

Menurut konstitusi Jepang, sang Kaisar merupakan simbol kesatuan negara dan rakyat. Ia tidak memiliki kuasa politik yang asli dan dianggap sebagai kepala negara seremonial dan seorang monarki konstitusional.

Pemerintah Jepang saat ini tengah menyusun rancangan undang-undang guna merevisi Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran yang terutama bermaksud untuk memungkinkan pengangkatan kaisar wanita, juga kaisar dari garis keturunan wanita. Rancangan undang-undang tersebut ditargetkan akan diserahkan pada badan legislatif/Diet bulan Maret 2006.

Badan konsultatif yang dibentuk Perdana Menteri Koizumi guna membahas revisi ini November 2005 mengajukan laporan proposal- yaitu Konferensi Pakar Mengenai Undang-Undang Rumah Tangga Kekaisaran, diketuai oleh Hiroyuki Yoshikawa, mantan Rektor Universitas Tokyo-, antara lain tentang nama sebutan untuk pria yang masuk ke dalam keluarga kaisar dengan jalan menjadi suami dari kaisar wanita. Muncul beberapa usulan untuk menetapkan julukan 'kouhai' (皇配) atau 'kousei' (皇婿) bagi suami kaisar wanita.

Poin-poin penting dalam laporan akhir itu, yakni: (1)Sebutan 'tennou' (天皇,kaisar) dan 'koutaishi' (皇太子, putra mahkota) juga dipergunakan untuk wanita. (2)Sebutan untuk suami kaisar wanita ditentukan sebagai 'heika' (陛下, yang terhormat/Majesty) sama seperti sebutan untuk kaisar dan permaisuri, sedangkan keluarga kaisar lain disebut 'denka' (殿下,yang terhormat/Imperial Highness), dan poin lainnya.

Lihat pula