Elang bondol: Perbedaan antara revisi
k ←Suntingan 202.152.204.124 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Iwan Novirion |
|||
Baris 25: | Baris 25: | ||
* ''girrenera'' (Vieillot, 1822) is found in New Guinea, Bismarck Archipelago and Australia |
* ''girrenera'' (Vieillot, 1822) is found in New Guinea, Bismarck Archipelago and Australia |
||
* ''intermedius'' [[Edward Blyth|Blyth]], 1865 is found in the Malay Peninsula and into the islands of the Sundas, Sulawesi and the Philippines--> |
* ''intermedius'' [[Edward Blyth|Blyth]], 1865 is found in the Malay Peninsula and into the islands of the Sundas, Sulawesi and the Philippines--> |
||
the taksonomi is : |
|||
- kingdom : ''Animalia''''Teks miring'' |
|||
- classic : ''Aves''''Teks miring'' |
|||
- ordo : ''Falconiformes'' |
|||
- familia : ''Accipitridae'' |
|||
- genus : ''Haliastur''''Teks miring'' |
|||
- species : ''H. indus'' |
|||
== Penyebaran == |
== Penyebaran == |
Revisi per 23 April 2013 12.40
Elang bondol | |
---|---|
Di Pilbara, Australia Barat | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | H. indus
|
Nama binomial | |
Haliastur indus Boddaert, 1783
|
Elang bondol atau dalam nama ilmiahnya adalah Haliastur Indus adalah spesies dari genus dari Haliastur. Burung Elang Bondol berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Elang bondol yang remaja berkarakter seluruh tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga.Ujung ekor bundar.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, kaki dan tungkai kuning suram.Ketika dewasa,karakter tubuhnya adalah,kepala, leher, dada putih. Sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang. Kontras dengan bulu primer yang hitam. Makanannya adalah, hampir semua binatang, hidup atau mati.Di perairan, makanannya berupa kepiting, dan di daratan memakan anak ayam, serangga, dan mamalia kecil. Sarang berukuran besar, dari ranting pada puncak pohon. Telur berwarna putih, sedikit berbintik merah, jumlah 2-3 butir.[2]Berkembang biak pada bulan Januari-Agustus, dan Mei-Juli.
Taksonomi
Penyebaran
India, Cina selatan, Asia tenggara, Indonesia, Australia.Di Indonesia, penyebaran nya ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua[3][4]. Sedangkan di Indonesia dan India, dapat ditemukan di daerah pedalaman. Di Kalimantan sendiri, elang bondol dapat di temui di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Keberadaan elang bondol disana melimpah[5].
Kebiasaan
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang-ulang. Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah mencari semut dan rayap. Menyerang burung camar, dara laut, burung air besar, dan burung pemangsa lain yang lebih kecil untuk mencuri makanan. Elang bondol suka melakukan akrobatik selama musim kawin selama (November-Desember)baik dekat pasangannya maupun didekat sarangnya[2].
Habitat
Habitat elang bondol adalah di rawa rawa.
Perkembangbiakan
Berkembang biak pada bulan Januari-Agustus, dan Mei-Juli. Dierami selama 28-35 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 40-56 hari, menjadi dewasa mandiri setelah 2 bulan kemudian.
Dalam kebudayaan
Pada tahun 1989, elang bondol dan salak condet dijadikan sebagai maskot kota Jakarta.[6] Hal itu bisa dilihat di kawasan Cempaka Putih. Di sana terdapat sebuah patung tegak berdiri, yakni patung "burung bondol membawa salak condet".[6] Di India, dianggap sebagai representasi kontemporer Garuda, burung suci Wisnu. Di Malaysia, Pulau Langkawi setelah burung ('kawi' menunjukkan sebuah batu seperti-oker used yang digunakan untuk menghias tembikar, dan mengarah pada warna bulu primer burung).
Sebuah fabel dari tengah Pulau Bougainville menceritakan seorang ibu yang meninggalkan anaknya di bawah pohon pisang sambil berkebun, dan si bayi melayang ke langit sambil menangis dan berubah menjadi Kaa'nang, yaitu elang bondol, Dan kalungnya berubah menjadi bulu burung.[7]
Referensi
- ^ BirdLife International (2009). "Haliastur indus". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 29 May 2010.
- ^ a b ELANG BONDOL MENUNTUT ILMU DI JANTOENG HATEE RAKYAT ACEH
- ^ [1]
- ^ Elang Bondol di Kepulauan Seribu
- ^ Elang Bondol(Haliastur indus) di Kabupaten Kapuas Hulu
- ^ a b "Elang Bondol dan Salak Condet Maskot Kota Jakarta". 29 March 2012. Diakses tanggal 27 April 2012.
- ^ Hadden, p. 244
Informasi Lanjutan
- Hadden, Don (2004). Birds and Bird Lore of Bougainville and the North Solomons. Alderley, Qld: Dove Publications. ISBN 0-9590257-5-8.