Lompat ke isi

Daeng Soetigna: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mursito (bicara | kontrib)
Mursito (bicara | kontrib)
Baris 19: Baris 19:


=== Guru ===
=== Guru ===
Dalam menciptakan angklung Padaeng, Daeng Soetigna berguru kepada: <ref name=Sumarsono2009" />
Dalam menciptakan angklung Padaeng, Daeng Soetigna berguru kepada: <ref name="Sumarsono2009" />
* Pengemis tua (tidak tercatat namanya), yang memainkan lagu "Cis kacang Buncis" dengan angklung tradisionil. Pak Daeng kemudian membeli peralatan angklung tersebut, dan mendapat inspirasi untuk memakai angklung sebagai alat mengajar seni musik, menggantikan alat seperti mandolin dan biola yang saat itu sangat mahal.
* Pengemis tua (tidak tercatat namanya), yang memainkan lagu "Cis kacang Buncis" dengan angklung tradisionil. Pak Daeng kemudian membeli peralatan angklung tersebut, dan mendapat inspirasi untuk memakai angklung sebagai alat mengajar seni musik, menggantikan alat seperti mandolin dan biola yang saat itu sangat mahal.
* Pak Djaja (dibaca Jaya), seorang empu pembuat angklung yang saat itu sudah sepuh. Pak Djaja dengan senang hati menerima ide Pak Daeng untuk membuat angklung diatonis, dan menurunkan pengalaman puluhan tahunnya, sehingga angklung dengan tangga nada diatonis itu berhasil terwujud.
* Pak Djaja (dibaca Jaya), seorang empu pembuat angklung yang saat itu sudah sepuh. Pak Djaja dengan senang hati menerima ide Pak Daeng untuk membuat angklung diatonis, dan menurunkan pengalaman puluhan tahunnya, sehingga angklung dengan tangga nada diatonis itu berhasil terwujud.
* Pak Wangsa, adalah petani yang memberi tahu bahwa bambu akan awet jika di potong pada saat uir-uir berbunyi. Itu adalah tanda musim kemarau sudah mulai dan bambu berada pada keadaan kering.
* Pak Wangsa, adalah petani yang memberi tahu bahwa bambu akan awet jika di potong pada saat uir-uir berbunyi. Itu adalah tanda musim kemarau sudah mulai dan bambu berada pada keadaan kering.



=== Murid ===
=== Murid ===

Revisi per 8 Mei 2013 22.58

Daeng Soetigna adalah seorang guru yang lebih terkenal sebagai pencipta angklung diatonis. Karya beliau inilah yang berhasil mendobrak tradisi, membuat alat musik tradisionil Indonesia mampu memainkan musik-musik Internasional.

Biografi

Masa Kanak-kanak

Pak Daeng Soetigna Lahir di Garut pada tanggal 13 Mei 1908. Karena kedua orang tuanya termasuk bangsawan Sunda, Pak Daeng beruntung dapat menikmati pendidikan jaman Belanda yang saat itu masih sangat terbatas bagi pribumi. Sekolah yang sempat beliau enyam adalah: [1]

Masa Dewasa

Masa Tua

Karya

Karya terbesar Pak Daeng Soetigna adalah memodifikasi Angklung yang tadinya bernada pentatonis menjadi diatonis. Angklung ini kemudian diberi nama kehormatan sebagai Angklung Padaeng.

Guru

Dalam menciptakan angklung Padaeng, Daeng Soetigna berguru kepada: [1]

  • Pengemis tua (tidak tercatat namanya), yang memainkan lagu "Cis kacang Buncis" dengan angklung tradisionil. Pak Daeng kemudian membeli peralatan angklung tersebut, dan mendapat inspirasi untuk memakai angklung sebagai alat mengajar seni musik, menggantikan alat seperti mandolin dan biola yang saat itu sangat mahal.
  • Pak Djaja (dibaca Jaya), seorang empu pembuat angklung yang saat itu sudah sepuh. Pak Djaja dengan senang hati menerima ide Pak Daeng untuk membuat angklung diatonis, dan menurunkan pengalaman puluhan tahunnya, sehingga angklung dengan tangga nada diatonis itu berhasil terwujud.
  • Pak Wangsa, adalah petani yang memberi tahu bahwa bambu akan awet jika di potong pada saat uir-uir berbunyi. Itu adalah tanda musim kemarau sudah mulai dan bambu berada pada keadaan kering.

Murid

Sebagai guru, Murid Pak Daeng Soetigna sangat banyak. Namun mereka yang secara khusus kemudian berhasil menjadi tokoh-tokoh angklung adalah: [2]

  • Udjo Ngalagena, merupakan murid yang umurnya paling tua, dan kemudian terkenal sebagai pendiri Saung Angklung Udjo.
  • Obby A. Wiramihardja, adalah murid termuda yang kemudian sangat giat melatih angklung di berbagai sekolah di Bandung, dan mendirikan perkumpulan Kabumi
  • Handiman, murid yang mewarisi ketrampilan sebagai empu angklung.
  • Edi Permadi, murid yang dianggap paling jago dalam membuat aransemen lagu angklung.
  • Moh. Hidayat Winitasasmita
  • Agam Ngadimin
  • Sanu'i Edia
  • Opan Sopandi
  • Erwin Anwar
  • Satiamihardja

Penghargaan

Penghargaan yang diberikan kepada Pak Daeng diantaranya:

  1. Piagam Penghargaan, atas Jasanya Dalam Bidang KesenianKhususnya dan Kebudayaan Pada Umumnya, dari Gubernur Jawa Barat Brigjed Mashudi, 28 Februari 1968. [1]
  2. Piagam Penghargaan, dalam rangka mendorong pertumbuhan, pemekaran dan pengembangan keseniang angklung di ibukota, dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, 10 September 1968. [1]
  3. Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan, dari Presiden Republik Indonesia, Jend. Soeharto, 15 Oktober 1968. [1]
  4. Piagam Penghargaan, atas jasa dalam pembinaan dan pengembangan seni daerah, khususnya seni Angklung, dari Gubernur Jawa Barat H.A. Kunaefi, 17 Agustus 1979. [1]

Setelah meninggal, Pak Daeng masih terus menerima penghargaan, diantaranya:

  1. Piagam Penghargaan, sebagai perintis Pembangunan Pariwisata Jawa Barat, dari Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana, 18 Februari 1994. [1]
  2. Piagam Penghargaan, seniman angklung yang telah berkreasi dan berkarya mengharumkan nama Jawa Barat di tingkat Nasional, dari Gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan, 21 Juli 2005. [1]
  3. Piagam Penghargaan dan Metronome Award 2006, sebagai pengembang musik tradisional Angklung, dari Pusat Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia, 21 Juli 2005. [1]
  4. Penghargaan Nasional Hak Kekayaan Intelektual 2013, Pencipta Angklung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia, Amir Syamsudin, 26 April 2013.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i Tatang Sumarsono, Erna Ganarsih Pirous, Membela Kehormatan Angklung: Sebuah Biografi dan Bunga Rampai Daeng Soetigna, Yayasan Serambi Pirous, 2009.
  2. ^ Helius Sjamsudin dan Hidayat Winitasasmita, Daeng Soetigna bapak Angklung Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta, 1986.