Lompat ke isi

Candra Naya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 21: Baris 21:


==Pemanfaatan Bangunan==
==Pemanfaatan Bangunan==
Sebuah perkumpulan sosial Sin Ming Hui (Perkumpulan Sinar Baru)yang bertujuan membantu korban perang, menyewa rumah di Jalan Gajah Mada 88 tersebut sebagai gedung perkumpulan sejak tahun 1946.<ref name="ga">[http://www.gatra.com/nusantara/jawa/13259-sejarah-panjang-candra-naya Sejarah Panjang Candra Naya], 29 Mei 2012. Dwitri Waluyo. Gatra News. Diakses pada 7 Mei 2013.</ref> Pada tahun 1965, Sin Ming Hui mengalami perubahan nama menjadi Candra Naya atas saran dari Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa. Hingga akhir tahun 1992, gedung Candra Naya tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai poliklinik, kantor yayasan, tempat berlatih olahraga, dan sekolah.<ref name="petra">[http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/jou/ars4/2003/jiunkpe-ns-jou-2003-na00000088-1456-candra_naya-resource1.pdf Candra Naya antara Kejayaan Masa Lalu dan Kenyataan Sekarang (Hasil Penelitian 1994-1998).] Naniek Widayati. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol 3 No. 2 Desember 2003: 88-101. Petra Christian University Library.</ref> Di antara tahun 1960-1970an, Candra Naya sering digunakan sebagai tempat pesta pernikahan mewah.<ref name="as">[http://aspertina.org/artikel/catatan-publik/2012/11/06/candra-naya-mayor-house-di-jakarta/ Candra Naya, "Mayor House" di Jakarta.] Asosiasi Peranakan Tionghoa di Indonesia (ASPERTINA). Diyah Wara. Diakses pada 8 Juni 2013.</ref>
Sebuah perkumpulan sosial Sin Ming Hui (Perkumpulan Sinar Baru)yang bertujuan membantu korban perang, menyewa rumah di Jalan Gajah Mada 88 tersebut sebagai gedung perkumpulan sejak tahun 1946.<ref name="ga">[http://www.gatra.com/nusantara/jawa/13259-sejarah-panjang-candra-naya Sejarah Panjang Candra Naya], 29 Mei 2012. Dwitri Waluyo. Gatra News. Diakses pada 7 Mei 2013.</ref> Pada tahun 1965, Sin Ming Hui mengalami perubahan nama menjadi Candra Naya atas saran dari Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa. Hingga akhir tahun 1992, gedung Candra Naya tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai poliklinik, kantor yayasan, tempat berlatih olahraga, dan sekolah.<ref name="petra">[http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/jou/ars4/2003/jiunkpe-ns-jou-2003-na00000088-1456-candra_naya-resource1.pdf Candra Naya antara Kejayaan Masa Lalu dan Kenyataan Sekarang (Hasil Penelitian 1994-1998).] Naniek Widayati. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol 3 No. 2 Desember 2003: 88-101. Petra Christian University Library.</ref> Di antara tahun 1960-1970an, Candra Naya sering digunakan sebagai tempat pesta pernikahan mewah.<ref name="as">[http://aspertina.org/artikel/catatan-publik/2012/11/06/candra-naya-mayor-house-di-jakarta/ Candra Naya, "Mayor House" di Jakarta.] Asosiasi Peranakan Tionghoa di Indonesia (ASPERTINA). Diyah Wara. Diakses pada 8 Juni 2013.</ref> Gedung ini juga menjadi tempat kompetisi pertama yang diadakan [[Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia]] maupun kompetisi [[bilyar]] dan [[angkat berat]] pertama di Jakarta.<ref name="jp"/>


Di tahun 1992, Candra Naya dijual kepada Modern Group yang dimiliki oleh Hartono Samadikun.<ref name="jp">[http://www.thejakartapost.com/news/2003/07/08/governor-turns-down-candra-naya-relocation.html Governor turns down Candra Naya relocation.] Bambang Nurbianto. The Jakarta Post. 8 Juli 2003. Diakses pada 7 Mei 2013.</ref> Dulunya Candra Naya direncanakan akan direlokasi ke [[Taman Mini Indonesia Indah]], namun [[Sutiyoso]], [[Gubernur Jakarta]] di tahun 2003 tidak menyetujui usulan tersebut.<ref name="jp"/> Pada Februari 2012, Candra Naya dipugar dan menjadi bagian dari kompleks hunian dan komersial terpadu, Green Central City (GCC). Kompleks GCC tersebut juga terdiri dari [[apartemen]] dan hotel.<ref name="ko">[http://oase.kompas.com/read/2012/01/31/12085465/Pemugaran.Candra.Naya.di.Kota.Tua Pemugaran Candra Naya di Kota Tua.] 31 Januari 2012. Ganet Dirgantoro. Diakses pada 7 mei 2013.</ref>
Di tahun 1992, Candra Naya dijual kepada Modern Group yang dimiliki oleh Hartono Samadikun.<ref name="jp">[http://www.thejakartapost.com/news/2003/07/08/governor-turns-down-candra-naya-relocation.html Governor turns down Candra Naya relocation.] Bambang Nurbianto. The Jakarta Post. 8 Juli 2003. Diakses pada 7 Mei 2013.</ref> Dulunya Candra Naya direncanakan akan direlokasi ke [[Taman Mini Indonesia Indah]], namun [[Sutiyoso]], [[Gubernur Jakarta]] di tahun 2003 tidak menyetujui usulan tersebut.<ref name="jp"/> Pada Februari 2012, Candra Naya dipugar dan menjadi bagian dari kompleks hunian dan komersial terpadu, Green Central City (GCC). Kompleks GCC tersebut juga terdiri dari [[apartemen]] dan hotel.<ref name="ko">[http://oase.kompas.com/read/2012/01/31/12085465/Pemugaran.Candra.Naya.di.Kota.Tua Pemugaran Candra Naya di Kota Tua.] 31 Januari 2012. Ganet Dirgantoro. Diakses pada 7 mei 2013.</ref>

Revisi per 5 Juni 2013 14.20

Gedung Candra Naya (2013)

Candra Naya adalah sebuah bangunan cagar budaya di daerah Jakarta, Indonesia, yang merupakan bekas rumah Khouw Kim An, mayor Tionghoa (Majoor de Chineezen) tahun 1910-1916 dan 1927-1942.[1] Bangunan seluas 2,4 hektar ini menjadi cagar budaya karena memiliki arsitektur Tionghoa yang khas dan merupakan satu-satunya rumah Mayor Cina yang masih berdiri di Jakarta.[2] Bangunan yang didirikan pada abad ke-19 ini merupakan salah satu dari 3 bangunan berarsitektur serupa yang pernah ada di Jalan Gajah Mada, yaitu Jalan Gajah Mada 168 yang merupakan gedung Tiong Hoa Siang Hwee (Kamar Dagang Tionghoa) dan kini menjadi gedung SMA Negeri 2 Jakarta, Jalan Gajah Mada 188 yang kini dikenal sebagai gedung Candra Naya itu sendiri, dan Jalan Gajah Mada 204 yang pernah digunakan sebagai gedung kedutaan besar Republik Rakyat Cina.[3][4]

Sejarah

Candra Naya di tahun 1870

Tidak ada catatan pasti yang menandakan tahun pendirian gedung Candra Naya, namun diperkirakan bangunan ini didirikan pada tahun kelinci yaitu tahun 1807 oleh Khouw Tian Sek untuk menyambut kelahiran anaknya, Khouw Tjeng Tjoan tahun 1808. Atau, versi lain dari sejarah gedung ini adalah bangunan tersebut didirikan oleh Khouw Tjeng Tjoan pada tahun 1867 yang juga merupakan tahun kelinci.

Khouw Tian Sek adalah seorang tuan tanah yang memiliki tiga putra dan masing-masing diberikan satu rumah. Salah satunya adalah Khouw Tjeng Tjoan yang mendapatkan bangunan Candra Naya di Jalan Gajah Mada 188. Tjeng Tjoan yang memiliki 14 istri dan 24 anak, menggunakan bangunan utama Candra Naya sebagai kantor dan bangunan belakang sebagai tempat tinggal. Bangunan tersebut kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Khouw Kim An yang lahir pada 5 Juni 1879. Rumah Candra Naya juga sering disebut sebagai Rumah Mayor karena Khouw Kim An mendapatkan pangkat mayor dari Belanda pada tahun 1910. Tugas seorang mayor Cina di masa itu adalah mengurusi kepentingan masyaratakat Cina di Batavia pada zaman Hindia-Belanda. Khouw Kim An juga merupakan seorang pengusaha dan pemegang saham Bataviaasche Bank. Khouw Kim An mulai menempati Gedung Candra Naya pada tahun 1934, setelah sebelumnya tinggal di daerah Bogor. Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Khouw Kim An ditangkap dan dimasukkan dalam kamp konsentrasi hingga meninggal pada 13 Februari 1945.[5]

Arsitektur

Bangunan 2 lantai Candra Naya

Bangunan utama Candra Naya diapit oleh dua gardu jaga di bagian kanan dan kiri. Dulunya di bagian depan terdapat taman yang cukup luas dan di bagian belakang terdapat kolam teratai. Bangunan Candra Naya terdiri dari beberapa ruang utama sebagai berikut:

  1. Ruang umum untuk menerima tamu dan merupakan kantor Khouw Kim An, terdiri dari bagian teras hingga ruang penerimaan tamu.
  2. Ruang semi-pribadi untuk tamu-tamu akrab yang mengikuti sembahyang. Ruangan ini dipisahkan dari ruang umum dengan adanya sebuah halaman. Di dalamnya tersedia suatu ruangan dilengkapi altar untuk menyembah dewa-dewi.
  3. Ruang pribadi sebagai tempat hunian keluarga yang terdiri dari bangunan 2 lantai dengan kamar-kamar tidur terletak berjejer di kedua lantai.
  4. Ruang pelayan yang berfungsi sebagai dapur, tempat para selir, dan anak-anak. Bangunan ini terdapat di kanan kiri ruang utama.
  5. Halaman atau taman. Kamar-kamar di Candra Naya dibuat menghadap taman utama di tengah bangunan. Selain itu, di bagian kanan dan kiri juga terdapat taman. Halaman di bagian belakang berisi taman yang dilengkapi gazebo[3].

Salah satu struktur yang istimewa dari Candra Naya adalah bentuk atap melengkung bergaya Cina yang disebut "Tou-Kung". Struktur atap yang melengkung ini juga menandakan status sosial penghuninya. Pada pemisah antara halaman utama dan halaman samping, terdapat jendela penghubung yang disebut jendela bulan atau moon gate[3].

Beberapa ornamen yang menempel pada gedung ini adalah Pa Kua yang berupa pengetuk pintu berbentuk segi delapan untuk penolak bala, hiasan berupa jamur linchi pada pintu masuk utama yang melambangkan umur panjang, dan ragam hias bergambar buku, papan catur, kecapi, dan gulungan lukisan di bagian atas teras depan yang melambangkan si pemilik rumah adalah cendikiawan dan kaya raya[3].

Pemanfaatan Bangunan

Sebuah perkumpulan sosial Sin Ming Hui (Perkumpulan Sinar Baru)yang bertujuan membantu korban perang, menyewa rumah di Jalan Gajah Mada 88 tersebut sebagai gedung perkumpulan sejak tahun 1946.[6] Pada tahun 1965, Sin Ming Hui mengalami perubahan nama menjadi Candra Naya atas saran dari Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa. Hingga akhir tahun 1992, gedung Candra Naya tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai poliklinik, kantor yayasan, tempat berlatih olahraga, dan sekolah.[3] Di antara tahun 1960-1970an, Candra Naya sering digunakan sebagai tempat pesta pernikahan mewah.[2] Gedung ini juga menjadi tempat kompetisi pertama yang diadakan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia maupun kompetisi bilyar dan angkat berat pertama di Jakarta.[7]

Di tahun 1992, Candra Naya dijual kepada Modern Group yang dimiliki oleh Hartono Samadikun.[7] Dulunya Candra Naya direncanakan akan direlokasi ke Taman Mini Indonesia Indah, namun Sutiyoso, Gubernur Jakarta di tahun 2003 tidak menyetujui usulan tersebut.[7] Pada Februari 2012, Candra Naya dipugar dan menjadi bagian dari kompleks hunian dan komersial terpadu, Green Central City (GCC). Kompleks GCC tersebut juga terdiri dari apartemen dan hotel.[8]

Referensi

  1. ^ Candra Naya dari Mayor Cina ke Cagar Budaya. National Geographic Indonesia. 26 Februari 2013. Christantiowati. Diakses pada 7 Mei 2013.
  2. ^ a b Candra Naya, "Mayor House" di Jakarta. Asosiasi Peranakan Tionghoa di Indonesia (ASPERTINA). Diyah Wara. Diakses pada 8 Juni 2013.
  3. ^ a b c d e Candra Naya antara Kejayaan Masa Lalu dan Kenyataan Sekarang (Hasil Penelitian 1994-1998). Naniek Widayati. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol 3 No. 2 Desember 2003: 88-101. Petra Christian University Library.
  4. ^ Candra Naya Bangun dari Mati Suri? Kompas. 11 November 2008. Mijarto, P. Diakses pada 5 Juni 2013.
  5. ^ (Inggris)Eminent Indonesian Chinese: Biographical Sketches. Leo Suryadinata. 2000. Institute of Southeast Asian Studies. Page 59-60
  6. ^ Sejarah Panjang Candra Naya, 29 Mei 2012. Dwitri Waluyo. Gatra News. Diakses pada 7 Mei 2013.
  7. ^ a b c Governor turns down Candra Naya relocation. Bambang Nurbianto. The Jakarta Post. 8 Juli 2003. Diakses pada 7 Mei 2013.
  8. ^ Pemugaran Candra Naya di Kota Tua. 31 Januari 2012. Ganet Dirgantoro. Diakses pada 7 mei 2013.