Lompat ke isi

Cipoh kacat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
+
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
+ref
Baris 18: Baris 18:
'''Common Iora''' (''Aegithina tiphia'') adalah [[burung pengicau]] kecil yang ditemukan di [[Anakbenua India]] dengan populasi yang menunjukkan variasi [[bulu]], beberapa di antaranya dianggap [[subspesies]]. Cipoh kacat ditemui di [[semak]]-semak, mudah ditemukan berdasarkan siulannya yang lantang dan warnanya yang terang. Selama masa perkawinan, burung jantan menunjukkan bulu mereka yang berputar di [[udara]] yang menunjukkan seperti [[bola]] hijau, hitam, kuning dan putih.
'''Common Iora''' (''Aegithina tiphia'') adalah [[burung pengicau]] kecil yang ditemukan di [[Anakbenua India]] dengan populasi yang menunjukkan variasi [[bulu]], beberapa di antaranya dianggap [[subspesies]]. Cipoh kacat ditemui di [[semak]]-semak, mudah ditemukan berdasarkan siulannya yang lantang dan warnanya yang terang. Selama masa perkawinan, burung jantan menunjukkan bulu mereka yang berputar di [[udara]] yang menunjukkan seperti [[bola]] hijau, hitam, kuning dan putih.


Cipoh kacat memiliki nama-nama seperti ''burung kunyit kecil'', ''cipo'', ''cito'', ''cipeuw'', ''sirpu'', ''sirtu'', ''cipoh'', ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]),<ref name=Turut>{{cite book |first=Rusli |last=Turut |authorlink=Rusli Turut |title=Memelihara 42 Burung Ocehan Populer |pages=62-63 |publisher=Penebar Swadaya |location=[[Jakarta]] |isbn=978-979-002-442-7}}</ref><ref name=HermawanRahasia>{{cite book |first=Rudi |last=Hermawan |title=Rahasia Sukses Mencetak Juara 50 Jenis Burung Kicau |pages=71-72 & 178-179 |publisher=Pustaka Baru Press |location=[[Yogyakarta]] |isbn=602-99884-8-4}}</ref> dan kelicap kunyet.
Cipoh kacat memiliki nama-nama seperti ''burung kunyit kecil'', ''cipo'', ''cito'', ''cipeuw'', ''sirpu'', ''sirtu'', ''cipoh'', ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]),<ref name=Turut>{{cite book |first=Rusli |last=Turut |authorlink=Rusli Turut |year=2011 |title=Memelihara 42 Burung Ocehan Populer |pages=62-63 |publisher=Penebar Swadaya |location=[[Jakarta]] |isbn=978-979-002-442-7}}</ref><ref name=HermawanRahasia>{{cite book |first=Rudi |last=Hermawan |title=Rahasia Sukses Mencetak Juara 50 Jenis Burung Kicau |pages=71-72 & 178-179 |publisher=Pustaka Baru Press |location=[[Yogyakarta]] |isbn=602-99884-8-4}}</ref> dan ''kělichap kunyét''.<ref name=Robinson&Chasen>{{cite book |first1=Herbert C. |last2=Robinson |title=Birds of Malay Peninsula |volume=1 |year=1927 |page=414-415 |url=http://rmbr.nus.edu.sg/biblio/robinson_chasen/vol1/41_Leafbirds.pdf |publisher=H.F. & G. Witherby |location=[[London]]}}</ref>


== Deskripsi ==
== Deskripsi ==

Revisi per 14 Juli 2013 07.49

Cipoh kacat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. tiphia
Nama binomial
Aegithina tiphia
(Linnaeus, 1758)

Common Iora (Aegithina tiphia) adalah burung pengicau kecil yang ditemukan di Anakbenua India dengan populasi yang menunjukkan variasi bulu, beberapa di antaranya dianggap subspesies. Cipoh kacat ditemui di semak-semak, mudah ditemukan berdasarkan siulannya yang lantang dan warnanya yang terang. Selama masa perkawinan, burung jantan menunjukkan bulu mereka yang berputar di udara yang menunjukkan seperti bola hijau, hitam, kuning dan putih.

Cipoh kacat memiliki nama-nama seperti burung kunyit kecil, cipo, cito, cipeuw, sirpu, sirtu, cipoh, (Indonesia),[2][3] dan kělichap kunyét.[4]

Deskripsi

Cipoh-cipohan (Aegithinidae) memiliki paruh yang menonjol dengan kekang yang tegak. Cipoh kacat termasuk spesies yang tergolong dalam dimorfisme seksual, cipoh jantan pada musim kawin memilki garis hitam dan tambahan pada punggung pada sayap dan ekor kehitaman di semua musim. Sedangkan, burung betina memilki sayap hijau dan ekor hijau zaitun. Bagian bawah keduanya berwarna kuning dengan batas putih pada sayap burung jantan yang sebagian besar umum pada bulu di masa perkawinan. Sedangkan bulu si jantan memilki distribusi warna hitam yang sangat bervariasi pada bagian atas yang bisa saja dianggap sebagai cipoh jantung, namun ciri pembeda antara keduanya berupa ekor yang berujung putih.[5] Subspesies tiphia ditemukan di Himalaya dan burung jantan kelihatan serupa dengan betinanya atau memilki sejumlah kecil di bagian mahkota. Di barat laut India, subspesies septentrionalis memilki warna kuning yang lebih terang dan ditemukan di utara dataran India. Jantan dari subspesies humei memiliki bulu hitam pada topi dan hijau zaitun pada mantel atas. Di tenggara India dan Sri Lanka multicolor, burung jantan memiliki topi dan mantel hitam. Bentuk lain yang terdapat di India yang menjadi perantara antara lain multicolor dan humei dengan warna yang agak hijau-abu-abu pada pantat (yang dahulu dianggap subspesies deignani tapi kini digunakan untuk populasi di Burma).[5][6][7][8]

Beberapa populasi lain melewati Asia Tenggara yang dianggap subspesies adalah philipi di selatan China dan utara Thailand/Laos, deignani di Myanmar, horizoptera di selatan Myanmar dan gugusan pulau di Sumatera, cambodiana di Kamboja, aeqanimis di Palawan dan Kalimantan Utara, viridis di Kalimantan dan scapularis di Jawa and Bali.[9][10]

Perilaku dan ekologi

Suara panggilan cipoh Cipoh berkumpul di semak-semak, seraya berkumpul di dahan tumbuhan untuk mendapat serangga. Kadang berkumpul dengan kawanan spesies untuk mencari makan. Panggilannya bercampur-campur menghasilkan bunyi churrs, berkicau dan bersiul, dan nyanyian berupa getaran wheeeee-tee. Mereka kadang-kadang menirukan panggilan burung-burung lain seperti srigunting.[11]

A. t. multicolor- Jantan di Hyderabad, India.

Selama musim perkawinan, terutama setelah monsun, burung jantan akan menampakkan kegiatan pacaran yang akrobatis, terbang ke udara menghembuskan bulunya, terutama pada pantatnya yang hijau pucat, kemudian berputar balik ke sarangnya yang lalu. Sewaktu mendarat, dia kepakkan ekornya dan menggerakkan sayapnya.[6] Dua dari empat telurnya diisi dalam sarang kecil dan kompak, dan berbentuk seperti cawan yang terbuat dari re-rumputan dan diikat dengan jaringan tongkol dan diletakkan pada ujung percabangan. Baik jantan dan betina mengerami[12] dan telur menetas setelah 14 hari kemudian. Adapun, yang menjadi predator dalam sarang tersebut termasuk ular, kadal, gagak, dan bubut besar.[13] Sarangnya juga kemungkinan di-parasit-i secara indukan oleh Wiwik lurik.[14]

Cipoh menggugurkan bulunya dua kali dalam setahun dan variasi bulu membuat mereka agak berpengaruh pada bulu berdasarkan pemisahan populasi.[14]

Spesies Haemoproteus, H. aethiginae, telah dideskribsikan dari spesimen dari cipoh kacat di Goa.[15]

Galeri

Referensi

  1. ^ BirdLife International (2012). "Aegithina tiphia". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.1. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 16 July 2012. 
  2. ^ Turut, Rusli (2011). Memelihara 42 Burung Ocehan Populer. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 62–63. ISBN 978-979-002-442-7. 
  3. ^ Hermawan, Rudi. Rahasia Sukses Mencetak Juara 50 Jenis Burung Kicau. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. hlm. 71–72 & 178–179. ISBN 602-99884-8-4. 
  4. ^ Robinson (1927). Birds of Malay Peninsula (PDF). 1. London: H.F. & G. Witherby. hlm. 414-415. 
  5. ^ a b Rasmussen, P.C.; Anderton, J.C. (2005). Birds of South Asia: The Ripley Guide. 2. Smithsonian Institution & Lynx Edicions. hlm. 344–346. 
  6. ^ a b Baker, E.C.S. (1922). Fauna of British India:Birds. 1 (edisi ke-2). London: Taylor and Francis. hlm. 339–343. 
  7. ^ Wells, D.R.,; Dickinson, E.C.; Dekker, R.W.R.J. (2003). "Systematic notes on Asian birds. 34. A preliminary review of the Aegithinidae". Zool. Verh. Leiden. 344: 7–15. 
  8. ^ Dickinson, E.C.; Dekker, R.W.R.J.; Eck, S. Somadikarta, S. (2003). "Systematic notes on Asian birds. 35. Types of the Aegithinidae" (PDF). Zool. Verh. Leiden. 344: 17–24. 
  9. ^ Ernst Mayr & James Greenway, ed. (1960). Check-list of the birds of the world. 9. Massachusetts: Museum of Comparative Zoology. hlm. 300–302. 
  10. ^ Marien, D (1952). "The systematics of Aegithina nigrolutea and Aegithina tiphia (Aves, Irenidae)". Am. Mus. Novit. 1589: 1–17. hdl:2246/4066.  templatestyles stripmarker di |id= pada posisi 1 (bantuan)
  11. ^ Bharos, A. M. K. (1998). "Mimicry by common Iora Aegithina tiphia". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 95 (1): 116. 
  12. ^ Wesley, H. Daniel (1984). "Frequency and duration of incubation of the eggs for Aegithina tiphia". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 81 (1): 193–195. 
  13. ^ Ali,S (1931). "Casualties among the eggs and young of small birds". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 34 (4): 1062–1067. 
  14. ^ a b Ali, S; Ripley, S.D. (1996). Handbook of the Birds of India and Pakistan. 6 (edisi ke-2). Oxford University Press. hlm. 47–54. 
  15. ^ de Mello, I. (1935). "New hæmoproteids of some Indian birds". Proceedings: Plant Sciences. 2 (5): 469–475. doi:10.1007/BF03053034. 

Bacaan lanjutan

  • Hall, BP (1957). The taxonomic importance of variation in non-breeding plumage in Aegithina tiphia and A. nigrolutea. Ibis 99:143-156.

Pranala luar