Lompat ke isi

Olo Panggabean: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 28: Baris 28:
=== Kisah Angi dan Anjeli ===
=== Kisah Angi dan Anjeli ===
Kisah sedih bayi kembar siam Angi-Anjeli anak dari pasangan Subari dan Neng Harmaini yang kesulitan membiayai dana operasi pemisahan di Singapura, tahun 2004 adalah satu contoh kedermawanan Olo. Ibu sang bayi, Neng Harmaini, melahirkan mereka di RS Vita Insani, Pematang Siantar, Rabu, [[11 Februari]] [[2004]] pukul 08.00 WIB, melalui operasi caesar. Kembar siam ini lahir dengan organ jantung, hati dan paru-paru yang saling berdiri sendiri. Bayi kembar siam ini harus diselamatkan dengan operasi caesar, tapi orangtuanya tidak mampu. Di tengah pejabat Pemprovsu dan Pemko Siantar masih saling lempar wacana untuk membantu biaya operasi, malah Olo Panggabean bertindak cepat menanggung semua biaya yang diperlukan. Bahkan saat bayi bernasib sial itu tiba di Bandara Polonia Medan dengan pesawat Garuda Indonesia No. GIA 839 pada Senin 18 Juli 2004 sekitar pukul 11.30, Olo Panggabean menyempatkan diri menyambut dan menggendongnya.
Kisah sedih bayi kembar siam Angi-Anjeli anak dari pasangan Subari dan Neng Harmaini yang kesulitan membiayai dana operasi pemisahan di Singapura, tahun 2004 adalah satu contoh kedermawanan Olo. Ibu sang bayi, Neng Harmaini, melahirkan mereka di RS Vita Insani, Pematang Siantar, Rabu, [[11 Februari]] [[2004]] pukul 08.00 WIB, melalui operasi caesar. Kembar siam ini lahir dengan organ jantung, hati dan paru-paru yang saling berdiri sendiri. Bayi kembar siam ini harus diselamatkan dengan operasi caesar, tapi orangtuanya tidak mampu. Di tengah pejabat Pemprovsu dan Pemko Siantar masih saling lempar wacana untuk membantu biaya operasi, malah Olo Panggabean bertindak cepat menanggung semua biaya yang diperlukan. Bahkan saat bayi bernasib sial itu tiba di Bandara Polonia Medan dengan pesawat Garuda Indonesia No. GIA 839 pada Senin 18 Juli 2004 sekitar pukul 11.30, Olo Panggabean menyempatkan diri menyambut dan menggendongnya.

Saat itu Angi dan Anjeli terseyum manis, mereka mudah akrab dengan orang yang berjasa untuk mengoperasi mereka. Banyak orang tereyuh dan haru, bahkan orang tua Anggi dan Anjeli, nyaris rubuh pingsan karena terharu. Maklum, setelah membiayai semua perobatan di rumah sakit, Olo Panggabean masih bersedia menyambutnya di Bandara Polonia Medan.
Padahal, beberapa hari sebelumnya dikabarkan dia sedang berada di Yerusalem. Kisah kedermawanan Katua sudah banyak dirasakan masyarakat kurang mampu di Sumatera Utara.


== Meninggal dunia ==
== Meninggal dunia ==

Revisi per 24 Juli 2013 05.08

Berkas:Olo Panggabean.jpg
Olo Panggabean

Sahara Oloan Panggabean (24 Mei 1941 – 30 April 2009)[1] adalah seorang tokoh yang terkenal karena kegiatannya di bidang perjudian dan juga karena sifat filantropinya.

Keluarga

Olo adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Friedolin Panggabean dan Esther Hutabarat. Sampai akhir hayatnya Olo tidak pernah menikah.

Drama Kehidupan

Pendirian IPK

Olo Panggabean diperhitungkan setelah keluar dari organisasi Pemuda Pancasila, saat itu di bawah naungan Effendi Nasution alias Pendi Keling, salah seorang tokoh Eksponen ‘66’. Tanggal 28 Agustus 1969, Olo Panggabean bersama sahabat dekatnya, Syamsul Samah mendirikan IPK. Masa mudanya itu, dia dikenal sebagai preman besar.

Wilayah kekuasannya di kawasan bisnis di Petisah. Dia juga sering dipergunakan oleh pihak tertentu sebagai debt collector. Sementara organisasi yang didirikan terus berkembang, sebagai bagian dari lanjutan Sentral Organisasi Buruh Pancasila (SOB Pancasila), di bawah naungan dari Koordinasi Ikatan – Ikatan Pancasila (KODI), dan pendukung Penegak Amanat Rakyat Indonesia (Gakari).

Olo Panggabean sering disebut sebagai seorang "raja perjudian" yang berpengaruh[1][2][3] di kawasan tersebut, meskipun tuduhan terhadapnya belum dapat dibuktikan pihak berwajib.[2]. Dan saat ini IPK dipimpin oleh keponakannya Budi Panggabean

Peristiwa penembakan Brimob

Olo Panggabean pernah dituding sebagai pengelola sebuah perjudian besar di Medan. Semasa Brigjen Pol Sutiono menjabat sebagai Kapolda Sumut (1999), IPK pernah diminta untuk menghentikan praktik kegiatan judi. Tudingan itu membuat Moses Tambunan marah besar. Sebagai anak buah Olo Panggabean, Moses menantang Sutiono untuk dapat membuktikan ucapannya tersebut.

Persoalan ini diduga sebagai penyulut insiden di kawasan Petisah. Anggota brigade mobile (Brimob) terluka akibat penganiayaan sekelompok orang. Merasa tidak senang, korban yang terluka itu melaporkan kepada rekan – rekannya. Insiden ini menjadi penyebab persoalan, sekelompok oknum itu memberondong “Gedung Putih” dengan senjata api.

“Pemberondongan 'Gedung Putih' bukan perintah komando melainkan solidaritas secara korps,” kata Sutiyono waktu itu menjawab wartawan. Saat itu memang ada sedikit kesalahpahaman antara anggota OKP dengan seorang anggota Brimob berpangkat sersan. Saat penembakan tersebut Olo Panggabean sedang berada di Yerussalem melaksanakan wisata rohani.

Permasalahan dengan Sutanto

Pada pertengahan 2000, ia menerima perintah panggilan dari Sutanto (saat itu menjabat sebagai Kapolda Sumut) terkait masalah perjudian namun panggilan tersebut ditolaknya dengan hanya mengirimkan seorang wakil sebagai penyampai pesan. Sejak jabatan Kapolri disandang Sutanto pada tahun 2005, kegiatan perjudian yang dikaitkan dengan Olo telah sedikit banyak mengalami penurunan.[1]. Semasa Sutanto menjadi Kapolri, bisnis judi Olo diberantas habis sampai keakar akarnya. Sutanto berhasil memberantas judi di Sumatera Utara kurang dari tiga tahun, suatu hal yang tidak dapat dilakukan oleh Kapolri sebelumnya. Sejak itu, Olo dikabarkan memfokuskan diri pada bisnis legal, seperti POM Bensin , Perusahaan Otobus (PO) dan sebagainya.

Filantropi

Pernah muncul di media massa, ada keluarga yang anaknya disandera rumah sakit karena tak mampu membayar biaya persalinan. Malah tiba-tiba pihak rumah sakit memperlakukan keluarga itu sangat istimewa, karena Olo Panggabean melunasi dan menjamin semua biaya diperlukan. Ada juga keluarga miskin yang digusur paksa oknum petugas Satpol PP, menangis pilu karena gerobak sorong tempatnya berjualan dihancurkan hingga kehilangan mata pencaharian. Malah tiba-tiba memiliki kios permanen atas biaya dari Olo Panggabean. Ada juga mantan pelari Nasional Gurnam Sigh yang pernah ditabalkan sebagai manusia tercepat di Asia yang menyabet berbagai medali emas di berbagai kejuaraan olahraga, karena kondisi ekonomi ia harus hidup menggelandang. Namun oleh Olo Panggabean ia diberikan tempat tinggal yang layak dan diberikan pekerjaan.

Kisah Angi dan Anjeli

Kisah sedih bayi kembar siam Angi-Anjeli anak dari pasangan Subari dan Neng Harmaini yang kesulitan membiayai dana operasi pemisahan di Singapura, tahun 2004 adalah satu contoh kedermawanan Olo. Ibu sang bayi, Neng Harmaini, melahirkan mereka di RS Vita Insani, Pematang Siantar, Rabu, 11 Februari 2004 pukul 08.00 WIB, melalui operasi caesar. Kembar siam ini lahir dengan organ jantung, hati dan paru-paru yang saling berdiri sendiri. Bayi kembar siam ini harus diselamatkan dengan operasi caesar, tapi orangtuanya tidak mampu. Di tengah pejabat Pemprovsu dan Pemko Siantar masih saling lempar wacana untuk membantu biaya operasi, malah Olo Panggabean bertindak cepat menanggung semua biaya yang diperlukan. Bahkan saat bayi bernasib sial itu tiba di Bandara Polonia Medan dengan pesawat Garuda Indonesia No. GIA 839 pada Senin 18 Juli 2004 sekitar pukul 11.30, Olo Panggabean menyempatkan diri menyambut dan menggendongnya.

Saat itu Angi dan Anjeli terseyum manis, mereka mudah akrab dengan orang yang berjasa untuk mengoperasi mereka. Banyak orang tereyuh dan haru, bahkan orang tua Anggi dan Anjeli, nyaris rubuh pingsan karena terharu. Maklum, setelah membiayai semua perobatan di rumah sakit, Olo Panggabean masih bersedia menyambutnya di Bandara Polonia Medan. Padahal, beberapa hari sebelumnya dikabarkan dia sedang berada di Yerusalem. Kisah kedermawanan Katua sudah banyak dirasakan masyarakat kurang mampu di Sumatera Utara.

Meninggal dunia

Setelah menjalani pengobatan di Singapura dikarenakan komplikasi diabetes, Olo Panggabean Sang "Godfather" meninggal dunia di Medan pada tanggal 30 April 2009.

Maka ketika Olo Panggabean dikabarkan meninggal dunia pada Kamis siang, banyak orang terkejut. Bahkan informasi ini simpang siur antara benar atau tidak. Kepastian itu baru diketahui publik, setelah aparat kepolisian menutup ruas Jalan Skip tempat kediaman sang katua. Dengan ada kepastian kabar meninggalnya sang katua, maka arus lalulintas ke arah kawasan itu tidak terbendung. Warga kota Medan, seolah tumpah kesana ingin menyaksikan lebih dekat dan ingin mengetahui kabar duka itu.

Warga dari berbagai lapisan termasuk para petinggi Pemorvsu nampak datang ke rumah duka, ingin menyaksikan ketua untuk terakhir kalinya. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, kabar tentang keberadaan Olo Panggabean jarang terdengar. Dia jarang nampak di ruang publik

Pranala luar

Referensi

  1. ^ a b c "Going Legit", Tempo (edisi bahasa Inggris) No. 52/VI/29 Agustus - 4 September 2006 (salinan artikel ini tersedia di http://www.infid.be/general_broom.htm)
  2. ^ a b Effendi, Robby "Sekelumit tentang Olo Panggabean", Riau Pos, 20 Juli 2005
  3. ^ Ryter, Loren "A tale of two cities", Inside Indonesia, No. 63, Juli 2000