Lompat ke isi

Kadirun Yahya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan|date=21 Desember 2009}}
{{rapikan|date=21 Desember 2009}}
{{wikify|date=21 Desember 2009}}
{{wikify|date=21 Desember 2009}}
'''Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Halidi Naqsyabandi''' dilahirkan di [[Pangkalan Berandan]], [[Sumatera Utara]], pada hari [[Rabu]] tanggal [[20 Juni 1917]] / 30 Sya'ban 1335 H dari seorang ibu yang bernama Siti Dour Siregar. Ayah beliau bernama Sutan Sori Alam Harahap,seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan. Beliau dilahirkan dari keluarga Islamis religius. Nenek beliau dari pihak ayah dan nenek beliau dari pihak ibu adalah dua orang Syaikh Tarekat, yaitu Syaikh Yahya dari pihak ayah dan Syaikh Abdul Manan dari Pihak ibu. Keluarga ini selalu dikunjungi oleh para syaikh pada zaman itu.
'''Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi '''dilahirkan di [[Pangkalan Berandan]], [[Sumatera Utara]], pada hari [[Rabu]] tanggal [[20 Juni 1917]] / 30 Sya'ban 1335 H dari seorang ibu yang bernama Siti Dour Siregar. Ayah beliau bernama Sutan Sori Alam Harahap,seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan. Beliau dilahirkan dari keluarga Islamis religius. Nenek beliau dari pihak ayah dan nenek beliau dari pihak ibu adalah dua orang Syaikh Tarekat, yaitu Syaikh Yahya dari pihak ayah dan Syaikh Abdul Manan dari Pihak ibu. Keluarga ini selalu dikunjungi oleh para syaikh pada zaman itu.
[[Tarekat Naqsyabandiyah]] yang dikembangkan beliau sangat berkembang pesat di dalam maupun luar negeri. Lebih dari 700 tempat zikir/surau/halkah telah didirikan, dalam tiap tahunnya dilakukan i'tikaf/suluk sebanyak 10 kali di berbagai tempat. Beliau sangat berkepentingan terhadap dunia pendidikan, untuk hal tersebut beliau mendirikan Taman Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi (Universitas Panca Budi)di [[Medan]].
[[Tarekat Naqsyabandiyah]] yang dikembangkan beliau sangat berkembang pesat di dalam maupun luar negeri. Lebih dari 700 tempat zikir/surau/halkah telah didirikan, dalam tiap tahunnya dilakukan i'tikaf/suluk sebanyak 10 kali di berbagai tempat. Beliau sangat berkepentingan terhadap dunia pendidikan, untuk hal tersebut beliau mendirikan Taman Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi (Universitas Panca Budi)di [[Medan]].
Beliau wafat dan dimakamkan di Arco, [[Bogor]] pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2001/15 Shafar 1422 H.
Beliau wafat dan dimakamkan di Arco, [[Bogor]] pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2001/15 Shafar 1422 H.

Revisi per 9 November 2013 14.51

Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi dilahirkan di Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, pada hari Rabu tanggal 20 Juni 1917 / 30 Sya'ban 1335 H dari seorang ibu yang bernama Siti Dour Siregar. Ayah beliau bernama Sutan Sori Alam Harahap,seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan. Beliau dilahirkan dari keluarga Islamis religius. Nenek beliau dari pihak ayah dan nenek beliau dari pihak ibu adalah dua orang Syaikh Tarekat, yaitu Syaikh Yahya dari pihak ayah dan Syaikh Abdul Manan dari Pihak ibu. Keluarga ini selalu dikunjungi oleh para syaikh pada zaman itu. Tarekat Naqsyabandiyah yang dikembangkan beliau sangat berkembang pesat di dalam maupun luar negeri. Lebih dari 700 tempat zikir/surau/halkah telah didirikan, dalam tiap tahunnya dilakukan i'tikaf/suluk sebanyak 10 kali di berbagai tempat. Beliau sangat berkepentingan terhadap dunia pendidikan, untuk hal tersebut beliau mendirikan Taman Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi (Universitas Panca Budi)di Medan. Beliau wafat dan dimakamkan di Arco, Bogor pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2001/15 Shafar 1422 H.

Riwayat Pendidikan

Secara Kronologis pendidikan yang ditempuh beliau adalah :

  1. H.I.S tahun 1924-1931 (tamat)
  2. MULO-B tahun 1931-1935 (tamat dengan voorklasse)
  3. AMS-B (Sekarang SMA 3 Yogyakarta) tahun 1935-1938 (tamat dengan beasiswa)
  4. Kuliah Umum Ketabiban tahun 1938-1940
  5. Kuliah Ilmu Jiwa,Amsterdam tahun 1940-1942 (tamat)
  6. Belajar Tasawuf/Sufi tahun 1947-1954 mendapat 3 buah ijazah
  7. Kuliah Indologie dan Bahasa Inggeris tahun 1951-1953
  8. M.O Bahasa Inggeris le gedeelte tahun 1953 di Bandung
  9. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika tahun 1962
  10. Doktor dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Tahun 1968
  11. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Fisika-Kimia,tahun 1973
  12. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Bahasa Inggeris tahun 1975

Sejarah belajar Tarekat/ Sufi

Beliau mengenal tarekat sejak tahun 1943-1946 melalui seorang khalifah dari Syaikh Syahbuddin Aek Libung (Tapanuli Selatan). Pada waktu masa penjajahan Jepang, namun pada waktu itu beliau belum mendalaminya. Pada tahun 1947 beliau hadir di rumah murid Syaikh Muhammad Hasyim Buayan, Bukit Tinggi (Sumatera Barat),pada waktu itu akan dimulai pelaksanaan dzikir/tawajuh yang dipimpin oleh Syaikh Muhammad Hasyim.Menurut ketentuan seseorang tidak boleh mengikuti peramalan zikir/tawajuh sebelum ikut tarekat.Tetapi untuk beliau, Syaikh Muhammad Hasyim membolehkan ikut tawajuh/zikir dengan terlebih dahulu diajarkan secara singkat teknis pelaksanaan oleh khalifahnya. Ini merupakan hal yang langka bagi murid Tarekat Naqsyabandiah, yakni belum memasuki tarekat tetapi sudah dapat mengikuti tawajuh'

Peristiwa langka lainnya yang dialami beliau adalah pada tahun 1949 saat agresi Belanda. Dimana beliau mengungsi ke pedalaman Tanjung Alam Batu Sangkar, Sumatera Barat.Disini beliau mendapati surau, lalu salat dan berzikir, sampai berhari-hari. Pada suatu ketika datanglah ke surau sekelompok orang untuk melakukan suluk/i'tikaf yang dipimpin oleh seorang khalifah dari seorang Syaikh yang termasyur di daerah tersebut yaitu Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam. Khalifah dari Syaikh Abdul Majid tersebut meminta beliau agar beliaulah yang memimpin suluk tersebut. Pada mulanya beliau menolak, tetapi setelah berkonsultasi selanjutnya beliau bersedia dengan syarat harus ada izin dari Syaikh Muhammad Hasyim,guru beliau. Lalu khalifah tersebut secara batin minta izin dahulu kepada Syaikh Muhammad Hasyim, setelah ada izin barulah beliau memimpin suluk. Jadi beliau belum pernah suluk, tetapi memimpin suluk.

Setelah kejadian itu,beliaupun menemui Syaikh Abdul Majid untuk meminta suluk. Kemudian mereka melakukan suluk bersama. Setelah suluk berakhir, beliau dianugerahi satu ijazah yang isinya sangat memberikan kemuliaan pada beliau. Beliau yang masih muda dan tidak memiliki apa-apa merasa tidak berhak menerima kemuliaan itu.Tetapi Syaikh Abdul Majid mengatakan hal itu telah digariskan dari atas, apalagi guru dari Syaikh Abdul Majid pernah berkata bahwa ia (Syaikh Abdul Majid) suatu saat akan memberikan ijazah kepada seseorang yang dicerdikkan Allah SWT.

Selanjutnya beliau menjumpai Syaikh Muhammad Hasyim untuk mempertanggung jawabkan kegiatan yang diluar prosedur tersebut dan sekaligus memohon suluk. Hal ini diperkenankan oleh Syaikh Muhammad Hasyim dengan langsung membuka suluk.

Pada tahun 1971, beliau bertemu pula dengan Syaikh Muhammad Said Bonjol. Setelah tawajuh, Syaikh Muhammad Said Bonjol memutuskan untuk memberikan kepada beliau sebuah mahkota yang dititipkan gurunya kepadanya dengan pesan agar diberikan suatu saat kepada seseorang yang pantas menerimanya. Puluhan tahun barulah hal tersebut terlaksana.SILSILAH Beliau adalah Mursyid Tarekat Naqsyabandiah dengan silsilah sebagai berikut :

  1. Sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a
  2. Sayyidina Salman AlFarisi r.a
  3. Sayyidina Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Siddiq r.a
  4. Sayyidina Ja'far Ash Shadiq r.a
  5. Al 'Arif Billah Sultanul Arifin Asysyaikh Thaifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan, yang dimasyhurkan namanya Syaikh Abu Yazid 
     Al Bustami Quddusu Sirruhu (qs)
  6. Asyaikh Abul Hasan Ali bin Abu Ja'far Al Kharqani qs
  7. Asyaikh Abu Ali AlFadhal bin Muhammad Aththusi Al Farimadi qs
  8. Asyaikh Abu Yaqub Yusuf AlHamadani bin Ayyub bin Yusuf bin AlHusain qs dengan nama lain Abu Ali Assamadani
  9. Asyaikh Abdul Khaliq AlFajduwani Ibnu Al Imam Abdul Jamil qs
 10. Asyaikh Ar Riwikari qs
 11. Asyaikh Mahmud AlInjiri Faghnawi qs
 12. Asyaikh Ali ArRamitani yang dimasyhurkan namanya dengan Asysyaikh Azizan qs
 13. Asyaikh Muhammad Baba Assamasi qs
 14. Asyaikh Sayyid Amir Kulal bin sayyid Hamzah qs
 15. Asyaikh Bahauddin Naqsyabandi qs
 16. Asyaikh Muhammad Al Bukhari AlKhawarizumi yang dimasyhurkan namanya dengan Asysyaikh Alauddin alAththar qs
 17. Asyaikh Ya'qub Al Jarkhi qs
 18. Asyaikh Nashiruddin Ubaidullah AlAhrar Assamarqandi bin Mahmud bin Shihabuddin qs
 19. Asyaikh Muhammad Azzahid qs
 20. Asyaikh Darwis Muhammad Samarqandi qs
 21. Asyaikh Muhammad AlKhawajaki AlAmkani Assamarqandi qs
 22. Asyaikh Muayyiddin Muhammad AlBaqi Billah qs
 23. Asyaikh Ahmad AlFaruqi Assirhindi qs
 24. Asyaikh Muhammad Ma'shum qs
 25. Asyaikh Muhammad Saifuddin qs
 26. Asyaikh Asysyarif Nur Muhammad AlBadwani qs
 27. Asyaikh Syamsuddin Habibullah Jani Janani Muzhir Al 'Alawi qs
 28. Asyaikh Abdullah Addahlawi qs
 29. Asyaikh Dhiyauddin Khalid AlUtsmani AlKurdi qs
 30. Asyaikh Abdullah Affandi qs
 31. Asyaikh Sulaiman AlQarimi qs
 32. Asyaikh Sulaiman Azzuhdi qs
 33. Asyaikh Ali Ridha qs
 34. Asyaikh Muhammad Hasyim AlKhalidi qs
 35. Asyaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin AlKhalidi qs


Pranala luar