Sitok Srengenge: Perbedaan antara revisi
Komnas Perempuan: Sitok Srengenge Lakukan Eksploitasi Seksual terhadap RW |
cuma copy paste, melanggar hak cipta. revert |
||
Baris 83: | Baris 83: | ||
#Salah satu penyair terkemuka Indonesia pada Ubud Writers and Readers Festival tahun 2005.<ref name=ubud/> |
#Salah satu penyair terkemuka Indonesia pada Ubud Writers and Readers Festival tahun 2005.<ref name=ubud/> |
||
== <ref>http://m.beritajatim.com/hukum_kriminal/191286/kronologi_perkosaan_sitok_srengenge_versi_bem_fib_ui.html#.Up_UiKK-o8w</ref>'''Kasus Pemerkosaan oleh Sitok Srengenge''' == |
|||
Menyoal musibah yang menimpa salah satu keluarga kami, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (BEM FIB UI) dengan ini ingin meluruskan informasi yang saat ini berkembang secara luas. Tulisan ini kami susun berdasarkan keterangan dari pengacara korban dan beberapa alumni yang terlibat dalam gerakan ini. Salah seorang mahasiswi FIB UI menjadi korban pemerkosaan secara halus dengan intimidasi mental oleh seorang seniman bernama Sitok Srengenge. Desember 2012, ia kenal dengan Sitok sebagai juri salah satu acara melalui hubungan kerja. Maret 2013, Sitok menghubungi korban yang pada saat itu tengah mengerjakan tugas akhir mengenai penelitiaan kebudayaan. Posisi Sitok sebagai seniman membuatnya berkomunikasi lagi dengan modus membantu pengerjaan tugas tersebut. Sitok mengondisikan dengan berbagai alasan yang ternama sehingga pertemuan berlangsung di kos. Pada kesempatan itulah awalnya Sitok melakukan pelecehan seksual (secara rabaan) secara paksa terhadap korban. Perlu diketahui, korban dikenal sebagai perempuan baik-baik nan lugu yang bahkan belum pernah berpacaran. Ia juga memiliki trauma masa lalu yang membuatnya mudah terpuruk ketika mendapat tekanan. Ketika mendapatkan pelecehan seksual secara paksa, korban mengalami ketakutan dan trauma yang sangat dalam. Setelah kejadian, Sitok kembali menghubungi korban. Meski tidak dibalas, tetapi Sitok terus menerus melakukan “teror”. Korban yang sedang dalam kondisi terpuruk tidak punya pilihan selain berusaha untuk mengakhiri dengan bertemu langsung. Namun, dalam kesempatan tersebut pelecehan seksual meningkat statusnya menjadi pemerkosaan dengan intimidasi mental. Setelah itu, pemerkosaan dilakukan berulangkali dengan modus yang sama (tekanan mental dan rayuan menjebak). Beberapa bulan kemudian korban diketahui hamil 4 bulan. Dalam kondisi kebingungan dan hilang arah, korban bercerita kepada salah satu alumni yang juga teman dekatnya. Alumni dan beberapa orang teman selama tiga bulan berusaha menelusuri kejadian sebenarnya. Hal ini berjalan sulit karena trauma korban yang sangat dalam. Belakangan diketahui bahwa korban sempat melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri yang berakhir gagal. Sitok berkali-kali sulit dihubungi. Ketika dapat dihubungi, jawaban dari Sitok kira-kira adalah permintaan diam dan larangan menyebarkan informasi karena akan merusak nama baik Sitok. Berdasarkan hal-hal di atas, BEM FIB UI mendukung korban yang masih menjadi bagian dari keluarga besar mahasiswa FIB UI. Perlakuan tidak pantas dan patut diduga sebagai perbuatan pidana asusila serta sikap tidak bertanggungjawab yang dilakukan oleh Sitok karena melukai moral, hak perempuan, masyarakat seni budaya, dan integritas pelaku sebagai seorang seniman yang sejatinya menjadi teladan dan paham akan budaya Indonesia. Kami mendukung segala bentuk perlawanan yang dilakukan oleh korban sebagai gerakan moral penyadaraan agar tidak ada lagi korban dari kasus serupa di kemudian hari. Sebagai informasi, selain korban juga ada beberapa orang lain yang didekati oleh Sitok dengan modus yang sama. Di luar sana, entah siapa lagi yang menjadi korban Sitok dan orang-orang yang berperilaku serupa? Menjawab pertanyaan beberapa pihak yang menanyakan laporan setelah 7 bulan, ada beberapa hal yang harus kembali kami tekankan. Pertama, korban mengalami trauma yang sangat dalam dan hampir tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena keadaan psikologis yang sudah lemah sejak awal. Korban baru dapat bercerita setelah dorongan selama tiga bulan dari teman dan keluarga. Sitok begitu hebat dan sadisnya mampu membungkam korban hingga trauma. Kedua, secara tegas ini adalah perbuatan asusila, bukan sekadar perbuatan tidak menyenangkan. UU di negeri ini belum cukup kuat untuk melindungi hak perempuan yang terlukai. Ketiga, secara norma, perbuatan ini telah melampaui batas, seorang seniman yang telah berumur melakukan pemerkosaan dengan kekerasan mental kepada perempuan yang seumur dengan anaknya dan melanggar batas norma adat ketimuran. Terakhir, kami ingin mengajak seluruh mahasiswa untuk mendukung korban yang masih merupakan bagian dari keluarga di kampus dan menuntut Sitok Srengenge untuk bertanggungjawab. Fokus kita bukanlah pada identitas korban, tetapi pada kejahatan pelaku. Ini adalah gerakan moral untuk menyadarkan pelaku dan beberapa budayawan lain yang mempunyai perilaku sama. Ini juga merupakan gerakan untuk menghindari perilaku kekerasan terhadap kaum perempuan yang masih sering terjadi di negeri ini. Ini adalah gerakan untuk melawan tindakan yang berlawanan dengan intektualitas kita. Ini adalah saat kita untuk bicara kebenaran. Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UI. |
|||
=== '''RW Mengaku Pertama Kali Berhubungan Badan dengan SS pada Maret 2013''' === |
|||
Metrotvnews.com, Jakarta: RW (22), korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan penyair kondang SS, mengaku pertama kali melakukan hubungan badan dengan SS pada Maret 2013. Mereka bertemu sejak Desember 2012. Awalnya, kata Kuasa Hukum RW, Iwan Pangka, keduanya bertemu dalam satu acara teater di Kampus UI. Korban merupakan panitia acara dan liaison officer (LO) untuk SS yang menjadi juri di acara itu. "Jadi, saat itu ada komunikasi antara korban RW dengan SS," tambah Iwan. Keduanya makin dekat pada Maret 2013. Iwan menuturkan, saat itu korban menghadap SS untuk membicarakan mengenai tugas penelitian tentang sastra. Namun, kata Iwan, kesempatan itu malah digunakan SS untuk merayu RW. "RW melihat SS adalah sastrawan yang punya nama besar. Dan tidak ada anggapan dari RW bahwa ia akan diperlakukan tidak menyenangkan," kata Iwan. Namun, belum ada pelecehan yang dilakukan SS pada saat itu. Keduanya bertemu kembali beberapa hari setelah membicarakan tugas penelitian sastra masih pada Maret 2013. Pada pertemuan kali ini, korban mengaku diajak ke gedung tempat komunitas sastra berkumpul di Pasar Minggu, Jakarta. Bukannya ke gedung sastra, SS malah membawa korban ke kamar kontrakannya. "Kemudian RW dibawa masuk kamar, kemudian pintu dikunci. Menurut pengakuan RW, ia sempat ditawari vodka oleh SS, tetapi RW menolak. Kemudian terjadilan hal itu," kata Kuasa Hukum RW, Iwan Pangka, di Markas Polda Metro Jaya, Jumat (29/11). Setelah kejadian itu, korban dijebak berkali-kali. Iwan menambahkan, SS juga mengintimidasi korban dengan menerornya. "Seolah-olah anak ini yang butuh. Jika korban tidak menghubungi SS, maka diteror," terangnya. Menurut Iwan, korban sempat menutup diri hingga akhirnya buka suara karena didukung oleh sejumlah pihak seperti dosen, kerabat, dan Komisi Nasional Perlindungan Perempuan, untuk melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. <ref>http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/29/5/198025/RW-Mengaku-Pertama-Kali-Disetubuhi-Sitok-Srengenge-Maret-2013</ref> |
|||
== Komnas Perempuan: Sitok Srengenge Lakukan Eksploitasi Seksual terhadap RW == |
|||
Jakarta - Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan) menilai kasus sastrawan Sitok Srengenge yang aktif di Komunitas Salihara terjadi karena adanya relasi kuasa yang timpang antara Sitok Srengenge (48) dan korban, RW (22), mahasiswi Universitas Indonesia. Relasi kuasa yang timpang tersebut diakibatkan karena Sitok Srengenge melakukan penyalahgunaan kekuasaan. "Penyalahgunaan kuasa untuk memperoleh layanan seksual adalah bentuk eksploitasi seksual," ujar Komisioner Komnas Perempuan Arimbi Heroepoetri dalam rilis pesan singkat, Jakarta, Minggu (1/12) malam. Arimbi mengatakan, eksploitasi seksual, berbeda dari pelecehan seksual. Eksploitasi seksual dan pelecehan seksual adalah dua dari 15 jenis kekerasan seksual yang dialami perempuan Indonesia. Ke-15 jenis kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan di Indonesia antara lain eksploitasi seksual, perkosaan dan pencabulan, percobaan perkosaan, pelecehan seksual, perdagangan manusia untuk tujuan seksual, penyiksaan seksual, perbudakan seksual, prostitusi paksa, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan perkawinan, kontrol seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama, penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual, praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan, dan kontrasepsi/sterilisasi paksa. Dari data yang dihimpun Komnas Perempuan sedikitnya 35 perempuan menjadi korban kekerasan seksual setiap harinya. Pada tahun 2012 saja, tercatat 4.336 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. Empat jenis kekerasan yang paling banyak ditangani adalah perkosaan dan pencabulan (1620), percobaan perkosaan (8), pelecehan seksual (118), dan trafiking untuk tujuan seksual (403). Kekerasan seksual tersebut terjadi baik di lingkungan rumah, di tengah-tengah masyarakat maupun dilakukan oleh aparat negara. Sementara itu, terkait pemaafan istri dan dukungan keluarga terhadap Sitok, Arimbi menekankan bahwa hal itu tidak akan mengurangi tanggung jawab hukum perihal dugaan kejahatan yang dilakukan ‘sastrawan’ tersebut. "Pemaafan dari istri dan keluarga, maupun janji SS untuk bertanggung jawab secara sosial tidak mengurangi pertanggungjawaban hukum atas tindak kejahatan yang dilakukan SS," tegasnya. Seperti yang diberikan beberapa media, sastrawan dan penggiat teater’ di Komunitas Salihara, Sitok Sunarto alias Sitok Srengenge diadukan ke Polda Metro Jakarta lantaran menghamili salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia berinisial RW. Sitok dilaporkan ke pihak berwajib dengan nomor pengaduan TBL/4245/XI/2013/PMJ/Dit Reskrimum.<ref>http://www.beritasatu.com/megapolitan/153060-komnas-perempuan-sitok-srengenge-lakukan-eksploitasi-seksual-terhadap-rw.html</ref> |
|||
==Referensi== |
==Referensi== |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
Revisi per 5 Desember 2013 01.39
Sitok Srengenge | |
---|---|
Lahir | 22 Agustus 1965 |
Asal | Godong, Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia |
Pekerjaan | Pengajar, Aktor, Penulis, Sutradara, Pelukis |
Sitok Srengenge (nama lahir: Sitok Sudarto) adalah seorang budayawan Indonesia yang mendalami seni teater serta telah menghasilkan banyak karya tulis. Ia juga dikenal sebagai seorang penyair serta penulis novel dan esai.[1] Karya-karyanya dikenal di Indonesia maupun luar negeri, seperti Amerika Serikat, Belanda, dan Australia. Menurut Janet de Neefe[2], meskipun puisi-puisinya banyak berisi mengenai kondisi umat manusia, fokus utamanya adalah tema cinta.
Biografi
Kelahiran
Sitok Srengenge dilahirkan di Desa Dorolegi, Godong, Grobogan, Jawa Tengah pada tanggal 22 Agustus 1965.[1]
Pendidikan tinggi
Sitok mulai mendalami seni peran di teater SMP Demak dan SMA Negeri 1 Semarang. Setelah lulus SMA di tahun 1985, ia mendaftar ke Jurusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada (UGM), tetapi tidak diterima. Akhirnya ia kembali ke kampung dan mengalami pergulatan batin antara ingin menolong keluarga dengan menjadi pegawai berkedudukan penting dengan keinginannya untuk mendalami kesenian. Akhirnya Sitok lebih memilih mengambil jalur kesenian dan pergi ke Jakarta. Di Jakarta, ia menuju Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk mencari informasi tentang Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang ternyata mahal untuk kemampuannya. Akhirnya ia harus magang di grup teater pimpinan Arifin C. Noer, Putu Wijaya, Teguh Karya, dan W.S. Rendra).[1]
Setelah setahun ikut W.S. Rendra (alm), Sitok memberanikan diri meminta beasiswa karena pada waktu itu Bengkel Teater Rendra memberikan beasiswa kepada beberapa orang yang ingin bersekolah. Ia mendapatkan beasiswa sampai kuliah selesai di IKIP Negeri Jakarta Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia. Pada sore harinya, Sitok ikut kursus filsafat di STF (Sekolah Tinggi Filsafat) Driyarkara, Jakarta.[1]
Sitok Srengenge juga terdaftar sebagai alumni International Writing Program University of Iowa (Amerika Serikat) dan Intenational Writing Program Hong Kong Baptist University.[1]
Kasus
Pada bulan November 2013, Sitok dilaporkan ke polisi karena tuduhan eksploitasi seksual atau pemerkosaan terhadap seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia sehingga mengakibatkan kehamilan.[3][4] Namun, keluarga Sitok sendiri menyangkal tuduhan perkosaan, melainkan mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.[5]
Aktivitas
Sitok Srengenge telah mengikuti berbagai festival sastra internasional.[1] Ia memperoleh dukungan dari Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat untuk partisipasinya di IWP.[6] Semenjak tahun 1997, Sitok telah berpartisipasi dalam berbagai even di Eropa, diantaranya Rotterdam International Poetry Reading dan Winternachten Festival di Belanda, the Poetry Society di Inggris, dan Melbourne's Next Wave Festival di Australia.[7]
Pengajar, editor, dan penerbit
Selain aktif bermain teater, Sitok juga pernah menjadi pengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).[1] Ia menjadi guru literatur pada Eksotika Karmawiggangga dan editor Jurnal Kultur Kalam.[6] Sitok juga merupakan pendiri serta pengelola Penerbitan Katakita.[8]
Organisasi
Beberapa komunitas yang ikut didirikan atau diikuti oleh Sitok Srengenge:[1]
- Gorong-gorong Budaya
- Teater Matahari
- Komunitas Utan Kayu sebagai Koordinator Program[6]
- Salihara sebagai kurator bidang teater[8]
Karya tulis, teater, dan lagu
Triyanto Triwikromo dalam acara perilisan buku Tripitakata, mengatakan bahwa meski tidak serumit puisi gelap, puisi Sitok "Tetap harus diakui, ketika telah menjadi bait-bait, memerlukan daya jelajah yang tinggi untuk membukanya". Menurutnya, terselip banyak enigma atau teka-teki di dalam puisi Sitok. Pada hakikatnya, Sitok ingin memperjuangkan gagasan perlawanan melawan mesin kekuasaan via puisi. Meski jika dilakukan via puisi sekalipun tetap beresiko, karena sekali lagi, pembaca diajak masuk ke labirin yang penuh enigma, "Yang kadang-kadang membuat kita muntah-muntah," tekan Triyanto.[9]== Menurut Ahmad Yulden Erwin, secara tematis, puisi Sitok membentang dari tema spiritualitas, keadilan, hingga cinta. Sitok dinilai mengekpresikan apa yang dia lihat, sekaligus melakukan proses perenungan. "Dan perenungannya itu, untuk anak SMA sangat dalam," ujarnya. Meski tidak sedahyat puisi Wiji Tukul dalam konteks politik. Tapi ada kedahsyatan lain, ihwal empati kepada orang kecil yang diinternalisasi, tetap memancing empati pembaca. Dan arah konsepsi puisi Sitok muda kecenderungannya adalah romantisme.[9]
Hari Leo, seorang sastrawan, menyorot karya Sitok Srengenge banyak menggunakan kata-kata asing yang tidak dimengerti. Kata itu muncul dalam puisi Sitok yang kental dengan tema percintaan dan sosial. Ia memuji karya Sitok yang runtut dan menggunakan pilihan kata yang sederhana.[10]
- “Puisi Sitok kental dengan romantisme, pemberontakan. Saya nyaman membacanya karena seperti sedang berekreasi.”
Karya-karya Sitok Srengenge telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.[1] Karyanya yang berjudul Secrets Need Words diterbitkan pada tahun 2001 (editor Harry Aveling) oleh the Ohio University Press. Selain itu, juga ada beberapa karya dalam bahasa Inggris lain seperti the Nonsens Poetry anthology dan berbagai puisi serta antologi fiksi pendek lainnya di Indonesia.[6] Namun, karena kesulitan dalam penerjemahan, beberapa karyanya yang ditranslasikan mengalami penurunan kualitas sastra. Misalnya pada “Kidung Kabung Sekubang Kedung” yang dialihbahasakan menjadi “Requiem for a Lake”, penerjemahnya yang bernama Amal mengakui ia gagal dalam mempertahankan rima serta rasa yang ditimbulkan dari karya yang asli. Selain itu, bahasa Inggris memiliki tenses yang membedakan waktu kejadian suatu peristiwa (masa lampau, sekarang, atau masa depan) yang menambah kerumitan dalam penerjemahan.[2]
Antologi puisi
Daftar buku antologi puisi Sitok Srengenge yang telah diterbitkan:[1]
- Persetubuhan Liar
- Anak Jadah
- Nonsens
- Ambrosia
- Kelenjar Bekisar Jantan dan Stanza Hijau Muda[11]
- On Nothing (kompilasi dari empat buku puisi Ambrosia, Nonsens, Bastard, dan Wild Coupling)[12][2]
- trilogi Tripitakata[13]
- Gembala Waktu dan Madah Pereda Rindu[14]
Novel
Daftar novel yang telah diterbitkan:[1]
- Menggarami Burung Terbang
- trilogi Kutil (terbit bersambung di harian Suara Merdeka)
- kumpulan esai Cinta di Negeri Seribu Tiran Kecil.
Teater
- Peran dalam konser Mahacinta Rahwana besutan Sujiwo Tejo di Jakarta dan Surabaya (2013).
Komposisi musik dan lagu
Puisi-puisi Sitok Srengenge yang digubah menjadi komposisi musik dan lagu dalam berbagai genre, di antaranya adalah:[1]
- Sun (album komposisi musik kontemporer Piet Han, Belanda)
- Singing Srengege (album jazz Jan Cornall, Australia)[15]
- Gedicht Gezogen (album jazz Denise Jannah, Belanda-Suriname)
- Keroncong Tenggara dan Komposisi Delapan Cinta (artsong Dian HP dan Ubiet)
- Semesta Cinta (artsong Dian HP).
Penghargaan
- Salah satu dalam 20 leaders for the Millenium in society and culture di Asia (tahun 2000) oleh majalah Asiaweek.[6][2][7]
- Salah satu penyair terkemuka Indonesia pada Ubud Writers and Readers Festival tahun 2005.[2]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l Seniman Teater, Sitok Srengenge. Laman Taman Ismail Marzuki. Akses: 19 November 2013.
- ^ a b c d e Janet de Neefe. 2006. Sitok Srengenge.
- ^ Atriana R. Kasus Dugaan Perkosaan Sitok, Istri Serahkan ke Pengacara. DetikNews. Edisi Senin, 2 Des. 2013. Diakses 2 Desember 2013.
- ^ Alfadila Ema Yunita. 1 Desember 2013. Kronologi Perkosaan Sitok Srengenge Versi BEM FIB UI.
- ^ Gagah Wijoseno. 30 November 2013. "detikNews", Surat Terbuka Keluarga Sitok Srengenge dalam Kasus Dugaan Pemerkosaan.
- ^ a b c d e The University of Iowa. 2001. Sitok Srengenge.
- ^ a b Asialink, The University of Melbourne. 2002. Sitok Srengenge (2002).
- ^ a b salihara. Akses=19 November 2013. Sitok Srengenge.
- ^ a b Benny Benke. 9 Juli 2013. "Suara Merdeka", Rilis Buku Sitok Srengenge: Tripitakata.
- ^ Shinta Maharani. 1 Mei 2013. "Tempo Seleb!", Penyair Sitok Srengenge dan Hari Leo Saling Kritik.
- ^ National Library of Australia. Akses= 19 November 2013. Kelenjar bekisar jantan dan stanza hijau muda / Sitok Srengenge.
- ^ goodreads. Akses=19 November 2013. On Nothing
- ^ salihara. 4 Juli 2013. Akses=19 November 2013. Tripitakata by Sitok Srengenge.
- ^ National Library of Australia. Akses=19 November 2013. Gembala waktu dan madah pereda rindu / Sitok Srengenge.
- ^ ABC Radio. 15 Oktober 2008. Australian jazz and Indonesian poetry -- Sitok Srengenge and Jan Cornall.
Pranala luar
- Sitok Srengenge Daftar karya buku Sitok Srengenge
- Puisi-Puisi Sitok Srengenge
- Puisi Sitok Srengenge: Amsterdam Blues
- Kumpulan Puisi Kompas: Puisi Sitok Srengenge