Lompat ke isi

Muqbil bin Hadi al-Wadi'i: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 74: Baris 74:
* Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid al-Hajuriy az-Za’kariy ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid al-Hajuriy az-Za’kariy ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Abu Hatim Abdulloh Al Asymuriy ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Abu Hatim Abdulloh Al Asymuriy ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Zaid Al Wushobiy ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Abu ‘Abdillah Zaid bin Hasan al-Wushabi ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Abu ‘Amr ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Abu ‘Amr ‘Abdul Karim al-Hajuriy ''-hafidzhahullah-''
* Syaikh Abu Fairuz 'Abdurrahman bin Soekaya al-Qudsy al-Jawiy al-Indunisiy ''-hafidzhahullah-''m
* Syaikh Abu Fairuz 'Abdurrahman bin Soekaya al-Qudsy al-Jawiy al-Indunisiy ''-hafidzhahullah-''m
* Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab al–Wushobi ''-hadahullah-''
* Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab al–Wushobi ''-hadahullah-''
Baris 82: Baris 82:
* Ustadz Abu Turob Syaif bin Hadlor al-Jawiy ''-hafidzhahullah-'' (Pondok Pesantren Darul Hadits Bengkulu - Indonesia)
* Ustadz Abu Turob Syaif bin Hadlor al-Jawiy ''-hafidzhahullah-'' (Pondok Pesantren Darul Hadits Bengkulu - Indonesia)
* Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashori al-Jawiy ''-hafidzhahullah-'' (Pondok Pesantren Ittiba'us Sunnah Magetan, Jawa Timur - Indonesia)
* Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashori al-Jawiy ''-hafidzhahullah-'' (Pondok Pesantren Ittiba'us Sunnah Magetan, Jawa Timur - Indonesia)
* Ustadz Abu ‘Abdirrohman Fathurrohman ''-hafidzhahullah-'' (Pondok Pesantren Darul Hadits Kuningan, Jawa Barat - Indonesia)






Revisi per 21 Desember 2013 16.19

Muqbil bin Hadi al-Wadi'i
Lahir1932
Dammaj, Yaman
Meninggal2001
Jeddah, Saudi Arabia
EraEra modern
KawasanUlama Islam
AliranAhlus Sunnah (Sunni)
Dipengaruhi
  • Nabi Muhammad dan Salafusshalih (Sahabat Nabi)
Memengaruhi
  • Muhammad al-Imam, Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushshaby, Yahya bin Ali al-Hajury

Syaikh Muqbil bin Hadi bin Qayidah al-Hamdany al-Wadi'i al-Khilaly (arab: مقبل بن هادي الوادعي‎) adalah salah seorang ulama besar kontemporer dari Yaman yang ahli dalam bidang sains Hadits. Nama kunyahnya adalah Abi Abdirrahman, lebih dikenal dengan Syaikh Muqbil (atau: Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'i). Lahir pada tahun 1932 di Dammaj, Yaman. Beliau adalah pendiri sekaligus mudir (rektor) pertama Ma'had Darul Hadits Dammaj yang kini menjadi markas (pusat) Ahlus Sunnah di negeri Yaman. Meninggal pada tahun 2001 dan disemayamkan di kota Mekkah, Arab Saudi.[1]

Biografi dan Perjalanan Ilmiyah

Syaikh Muqbil lahir pada tahun 1932 di Dammaj, Yaman. Ia lahir dan tumbuh ditengah-tengah masyarakat yang menganut paham Tasawuf (Sufi) dan Zaidiyah (nama salah satu sekte dalam aliran Syi'ah).[2] Perjalanan menuntut ilmu secara formal dimulainya di sebuah Maktab (sekolah kecil) didesa al-Wathan, Dammaj, Yaman. Ia belajar disana selama beberapa waktu kemudian terhenti karena tidak ada lagi yang membantunya belajar. Dari sinilah kemudian ia memutuskan untuk melakukan safar ilmu (perjalanan untuk belajar/menuntut ilmu) ke negeri yang didalamnya terdapat dua tanah suci kaum Muslimin (kota Mekkah dan kota Madinah), tempat awal mula tersebarnya agama Islam, sekaligus negeri yang menjadi pusat Islam diseluruh dunia (dikarenakan Kakbah yang menjadi pusat ziarah kaum Muslimin ada disana), yaitu Arab Saudi. Pada awalnya ia safar ke kota Riyadh dan tinggal disana selama sekitar sebulan setengah, menuntut ilmu dari satu majlis ke majlis yang lain, mendatangi satu penceramah ke penceramah yang lain, berdiskusi agama dengan para penuntut ilmu dan menimba ilmu dari ulama-ulama yang tersebar disana. Ketika cuaca dikota itu berubah, ia pun berpindah dari kota itu menuju Mekkah.

Berdasarkan pengalaman yang didapatkannya selama di Riyadh dan dari seminar-seminar ilmiyah yang diikutinya disana, ia pun kemudian berinisiatif untuk membeli kitab-kitab seperti Shahih Bukhari, Bulughul Maram, Riyadhus Shalihin, dan Fathul Majid untuk kemudian dipelajarinya sendiri, buku-buku itu sekaligus menjadi buku rujukan pertamanya dalam studi ilmiyahnya tersebut. Disana, Syaikh Muqbil bekerja sebagai penjaga sebuah gedung di Hajun, ditengah-tengah tugasnya tersebut beliau tak luput dari menelaah kitab-kitab yang dibelinya itu hingga beliau pun hafal.

Setelah beberapa lama kemudian ia pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Yaman, perjalanan itupun merubah cara pandangnya dalam hal agama dari cara pandang orang-orang kampung halamannya. Dari hal ini, kemudian menjadikan beliau diselisihi oleh orang-orang disekitarnya. Reaksi yang muncul dari orang-orang dikampung halamannya itu begitu keras, lebih-lebih dari sekte Syi'ah yang menganggap Syaikh Muqbil sudah mengganti agamanya (Kafir) sehingga pantas dibunuh. Muncul sebagian orang yang menangkap Syaikh Muqbil dan memaksa Syaikh Muqbil untuk belajar di Masjid Jami' al-Hadi untuk menghilangkan syubhat-syubhatnya, hal ini dilakukan karena Syaikh Muqbil dipandang sudah mengadopsi aliran sesat yang berbeda dari orang-orang disekitarnya.

Setelah mengalami terjangan fitnah yang hebat didaerah asalnya tersebut, Syaikh Muqbil pun kemudian memutuskan untuk keluar daerah untuk kedua kalinya. Kali ini beliau berangkat ke Najran dan tinggal disana selama dua tahun, disana beliau belajar kepada Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dan Majduddin al-Muayyid. Setelah itu beliau pun pergi lagi ke Mekkah dan tinggal disana. Ketika dibuka Ma'had al-Haram al-Makky, beliau mendaftarkan diri dan berhasil diterima, disana beliau belajar secara intensif hingga menyelesaikan pendidikan Mutawassithah dan Tsanawiyah. Beberapa lama kemudian beliau memutuskan untuk menuju ke Madinah dan masuk ke Universitas Islam Madinah di Fakultas Da'wah dan Ushuluddin. Syaikh Muqbil mendaftarkan diri ke Universitas itu ketika mulai dibukanya Fakultas Pasca Sarjana disana. Dari kegiatan belajarnya itu, beliau menelurkan sebuah risalah Magister, yaitu "tahqiq kitab Ilzamat" dan "Tatabbu' oleh al-Imam Daruquthni". Dari perjalanan besarnya tersebut, beliau pun mengenal ulama-ulama besar seperti Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan muhadits besar yaitu Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (yang ketika itu tengah menjabat sebagai dosen di Universitas Islam Madinah).

Ketika terjadi peristiwa teror berdarah yang dilakukan olek kelompok Juhaiman di Masjidil Haram, Syaikh Muqbil sempat dituduh sebagai anggota kelompok teroris tersebut, sehingga beliau pun dipenjara dan kemudian dipulangkan ke Yaman.[3] Sesampainya beliau kembali di Yaman, beliau pun memulai praktek dakwahnya dengan mengajar Al-Qur'an kepada anak-anak di kampungnya. Semenjak pulang dari petualangan belajarnya yang kedua ini, Syaikh Muqbil berkembang dengan wawasan yang lebih luas dan argumen yang lebih matang, Syaikh Muqbil sangat teguh memegang prinsip Dakwah Tauhid yang mana dari hal ini menjadikan beliau semakin dimusuhi oleh orang-orang yang menganggap prinsipnya tersebut adalah prinsip yang sesat karena tak sesuai dengan tradisi masyarakat sekitar. Beliau menjawab setiap tuduhan dengan hujjah (argumen/dasar) yang jelas dan kuat, beliau pun menelurkan buku-buku dan membuka diskusi-diskusi serta seminar-seminar ilmiyah, yang dari hal ini pun kemudian menyebabkan banyak orang-orang yang tertarik untuk belajar dari beliau serta mempelajari apa yang menjadi landasan dakwah Syaikh Muqbil ini.

Ma'had Darul Hadits pun berdiri, dibangunnya dengan uang hasil usaha beliau sendiri, saking sederhananya Ma'had itu pada awalnya hingga dindingnya pun masih terbuat dari tanah liat disaat bangunan-bangunan berdinding semen mulai berkembang. Satu persatu orang datang ke Ma'had itu untuk menuntut ilmu dari beliau, populasi Ma'had terus berkembang hingga pada akhirnya Ma'had itupun perlu untuk diluaskan. Maka sekali lagi dengan uang hasil usahanya sendiri, dibebaskannya tanah-tanah disekitarnya untuk kemudian dibangun pengembangan Ma'had tersebut. Perlahan berkembanglah nama Syaikh Muqbil keluar daerah, hingga pada akhirnya ulama besar sekaliber Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani pun memberikan ta'dil (pujian syar'iyyah, yaitu pujian yang mengindikasikan bolehnya Syaikh muqbil untuk diambil ilmunya dalam hal agama) terhadap Syaikh Muqbil, yang mana dari hal ini maka resmi runtuhlah tuduhan yang pernah disematkan kepada beliau (tuduhan bahwa Syaikh Muqbil adalah anggota kelompok teroris Juhaiman).

Dammaj, sebuah daerah terpencil yang terletak ratusan kilo bahkan dari kota terdekatnya, serta dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang ini pun menjadi ramai dan terkenal bahkan hingga ke pelosok-pelosok dunia. Santri-santri mulai berdatangan dari berbagai daerah dan negara seperti Mesir, Kuwait, Haramain (Arab Saudi), Najd, Libia, AlJazair, Maroko, Turki, Inggris, Indonesia, Amerika, Belgia, dan negeri-negeri lainnya. Dan perlahan, paham ekstrim dari sekte-sekte setempat yang tadinya menguasai daerah itupun perlahan memudar, bahkan kelompok Syi'ah Zaidiyah itu pun pada akhirnya mengasingkan diri dari Dammaj karena sudah dianggap oleh negara Yaman sebagai kelompok teroris karena beberapa kali melakukan percobaan makar/pemberontakan terhadap negara Yaman, yang dari pemberontakan itu dimaksudkan untuk menjadikan Yaman sebagaimana negara Iran, yaitu negara Syi'ah. Dari Ma'had Darul Hadits inilah muncul banyak ulama-ulama yang berkompeten dalam berdakwah tauhid secara ilmiyah, yang pada akhirnya menyebar keseluruh penjuru Yaman.

Syaikh Muqbil sangat menaruh perhatian terhadap murid-muridnya, beliau bekerja keras kemudian mengumpulkan uang untuk kemudian dari uang itu dibelinya sebuah tanah yang kelak akan diwakafkannya untuk kepentingan pembangunan perumahan, yang mana perumahan itu akan digunakan oleh keluarga santri-santri yang sudah berumah tangga. Beliau sangat terkenal dengan sifatnya tersebut, menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain, sampai-sampai beliau merasa berat memintakan kepada para muhsinin (dermawan) untuk kepentingan para muridnya. Ketika Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengetahui hal itu, maka beliau mengirim surat kepada Syaikh Muqbil yang isinya mengisyaratkan Syaikh Muqbil untuk menuliskan keinginannya guna kepentingan umat Islam disekitarnya (agar Syaikh Muqbil mau memberitahukan apa saja yang dibutuhkan di Dammaj).

Syaikh Muqbil mewasiatkan kepada murid-muridnya bahwa orang yang akan mengepalai Ma'had Darul Hadits di Dammaj sepeninggal beliau adalah Syaikh Yahya bin Ali al-Hajury. Syaikh Muqbil wafat pada tanggal 21 Juli 2001 di Jeddah sekitar pukul 9 malam waktu setempat dan disholatkan di Masjidil Haram setelah sholat fajr pada hari berikutnya. Beliau kemudian disemayamkan di pekuburan al-Adl di kota Mekkah, tepat disamping pusara Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.[4] [5]

Pandangan

Syaikh Muqbil adalah salah satu dari sekian banyak ulama Islam yang secara terang-terangan menyatakan penolakannya terhadap Osama bin Laden (Usamah bin Ladin) serta paham radikal yang ada padanya, salah satu pernyataan beliau yang sangat terkenal adalah ketika beliau menyatakan bahwa Osama bin Laden adalah penyebab banyaknya masalah yang dihadapi kaum Muslimin pada masa kini, aksi-aksi kekerasan (teror) dan pemberontakan yang mengatasnamakan Islam dibeberbagai belahan dunia, yang secara drastis membalik pandangan dunia atas Islam, hingga penganut agama Islam pun mendapatkan banyak tekanan secara global, dicurigai oleh aparat negara, serta penindasan oleh aparat dan masyarakat di berbagai belahan dunia. Beliau selanjutnya berkomentar pada sebuah wawancara:[6]

"Saya telah memberikan nasehat saya dan juga peringatan saya (kepada Bin laden) dan hanya Allah saja yang tahu apakah nasehat-nasehat dan peringatan itu sampai kepadanya atau tidak. Bagaimanapun, sebagian dari mereka benar-benar telah datang kepada kami, menawarkan bantuan dalam berdakwah dan menyebarkan seruan Allah. Sesudah itu, kami melihat mereka mengirimkan uang, meminta kami untuk membagikannya pada setiap pemimpin suku (didaerah kami); mereka meminta kami untuk memanfaatkan uang itu untuk membeli pelontar roket (rocket-launcher) dan senapan mesin. Namun saya menolaknya dan mengatakan pada mereka untuk jangan pernah lagi mendatangi rumah saya. Saya jelaskan pada mereka bahwa kegiatan kami hanya berdakwah dan kami tidak mengizinkan murid-murid kami untuk melakukan hal-hal lain selainnya (tindak kekerasan ataupun makar dan terorisme)."

Syaikh Muqbil juga menulis buku, mengacukan Bin Laden sebagai pemimpin gerakan "Sektarianisme", "keberpihakan", "pendivisian", dan "keawaman dalam ilmu agama", serta mencela Bin Laden atas tindakannya yang suka memberikan uang untuk membeli senjata dan mengabaikan agamanya.[7]

Seminar-seminar di Institut Darul Hadits Dammaj sangat terkenal dengan penentangannya terhadap Al-Qaeda, Syaikh Muqbil sendiri menyatakannya ketika diwawancarai oleh seorang reporter bernama Hassan al-Zayidi, dari koran/majalah Times Yaman pada tahun 2000.[8] Syaikh Muqbil menyatakan suatu pernyataan yang merujuk kepada Al-Qaeda dan gerakan takfiri (kelompok yang mudah mengkafirkan)

"Kalian menghancurkan agama Allah dan membuat kerusakan pada syi'ar Islam di Inggris, Perancis, dan Amerika; sedangkan disisi lain kaum Muslimin menghadapi masalah dengan pemimpin-pemimpin dan aparat negara mereka (masing-masing), karena mereka (pemimpin dan aparat negara itu) berpikir bahwa kaum Muslimin itu semuanya sama dengan kalian (Al-Qaeda dan Bin Laden / tuduhan teroris). Mereka berpikir bahwa semua kaum Muslimin adalah sama dengan kalian yang haus darah dan suka menumpahkan darah. Tidak! Tidak! Kami adalah yang paling pertama menolak (pemikiran) mereka (Osama dan Al-Qaeda)!"[9]

Dalam hal yang bersifat hukum, Syaikh Muqbil tidak menyetujui didirikannya sekolah-sekolah yang mengajarkan praktik taklid atau menerima apapun dari ulama secara membabi buta tanpa mempertanyakan (keabsahannya/kebenarannya). Pandangan beliau ketika berbicara tentang prinsip hukum Islam sama dengan pemahaman para Sahabat Nabi Muhammad, yaitu menolak qiyas, atau penalaran analogis. Untuk mengimplementasikan/melaksanakan syariat Islam haruslah totalitas dan tidak tebang pilih (pilih-pilih mana yang disukai saja, atau yang bisa dipahami logika saja). Beliau merekomendasikan buku-buku dari ulama Zahiri seperti Ibnu Hazm dalam hal ini.[10]

Guru-gurunya

Murid-muridnya

  • Syaikh Yahya bin Ali al-Hajury -hafidzhahullah- (imam Darul Hadits Dammaj, Yaman, khalifah/ pengganti Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'i)
  • Ummu Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’iy -hafidzhahallah-
  • Syaikh Abu Abdillah Kamal bin Tsabit bin Qoid al-Hammudiy al-‘Adniy -rahimahullah-
  • Syaikh Abu Abdirrahman 'Abdullah bin Ahmad bin Hasan al-Iryani -hafidzhahullah-
  • Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid al-Hajuriy az-Za’kariy -hafidzhahullah-
  • Syaikh Abu Hatim Abdulloh Al Asymuriy -hafidzhahullah-
  • Syaikh Abu ‘Abdillah Zaid bin Hasan al-Wushabi -hafidzhahullah-
  • Syaikh Abu ‘Amr ‘Abdul Karim al-Hajuriy -hafidzhahullah-
  • Syaikh Abu Fairuz 'Abdurrahman bin Soekaya al-Qudsy al-Jawiy al-Indunisiy -hafidzhahullah-m
  • Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab al–Wushobi -hadahullah-
  • Syaikh Muhammad AL-imam -hadahullah-
  • Syaikh ’Abdul Aziz al-Bura'i -hadahullah-
  • Ustadz Abu Turob Syaif bin Hadlor al-Jawiy -hafidzhahullah- (Pondok Pesantren Darul Hadits Bengkulu - Indonesia)
  • Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashori al-Jawiy -hafidzhahullah- (Pondok Pesantren Ittiba'us Sunnah Magetan, Jawa Timur - Indonesia)
  • Ustadz Abu ‘Abdirrohman Fathurrohman -hafidzhahullah- (Pondok Pesantren Darul Hadits Kuningan, Jawa Barat - Indonesia)



Karya-karyanya

  • Shahih Musnad mimma Laisa fi Shahihain,
  • Tarajim Rijal Al-Hakim fil Mustadrak,
  • Tatabbu’ Auham Al-Hakim allati Sakata Alaiha Adz-Dzhaby,
  • Tarajim Rijal Sunan Daruquthni,
  • Shahih Musnad min Dalail Nubuwwah,
  • Gharatul Fishal ’alal Mu’tadin ’ala Kutubil Ilal,
  • Jami’ Shahih fil Qadar,
  • Sha’qatu Zilzal Linasfi Abathil Rafdhi wal I’tizal,
  • Ijabatus Sail’an Ahammil Masail,
  • Asy-Syafa’ah,
  • Riyadhul Janna fi Raddi ’ala A’dai Sunnah,
  • Tuhfatul Arib ’ala As’ilatil Hadhir wal Gharib,
  • Al-Makhraj minal Fitnah,
  • Shahih Musnad min Asbabin Nuzul,
  • Rudud Ahlil Ilmi ’ala Tha’inin fi haditsi Sihr,
  • Mushara’ah Ilhad Khomeni fi Ardhil Haramain,
  • Al-Ba’its ala Syarhil Hawadits,
  • Irsyad Dzawil Fathan Liib’adi Ghulati Rwafidh ’anil Yaman,
  • Jami’ Shahih Musnad mimma Laisa fi Shahihain,
  • Gharatul Asyrithah ’ala Ahlil Jahli wa Safsathah,
  • Fawakih Janiyah fil Khuthab wal Muhadharat Saniyah,
  • Qam’ul Mu’anid wa Zajrul Haqidil Hasid, Majmu’atu Rasail Ilmiyah,
  • Tuhfatusy Syab Rabbany,
  • Fatwa fi Wihdatil Muslimin ma’al Kuffar,
  • Iqamatil Burhan ala Dhalali Abdur Rahim Ath-Thahhan,
  • Dibaj fi Maratsy Syaikhul Islam Abdul Aziz bin Baz,
  • Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah,
  • Muqtarah fi Ajwibati As’ilatil Musthalah,
  • Fadhaih wa Nashaih, Maqtal Syaikh Jamilurrahman,
  • Iskatul Kalbil’Awi,
  • Tahqiq Tafsir Ibnu Katsir,
  • Shahih Musnad mimma Tafsir bil Ma’tsur,
  • Kitab Ilzamat wa Tatabbu’ lil Imam Daruquthni dirasah wa tahqiq,
  • Dan lain-lain.

Referensi

<references>Biografi tentang Syaikh Muqbil bisa dibaca di kitab Nubdzah Yasir min Hayati Ahadi ’Alamil Jazirah, oleh Abu Hammam Muhammad bin Ali bin Ahmaf ash-Shauma’i al-Baidhani.

  1. ^ Biografi tentang Syaikh Muqbil bisa dibaca di kitab Nubdzah Yasir min Hayati Ahadi ’Alamil Jazirah, oleh Abu Hammam Muhammad bin Ali bin Ahmaf ash-Shauma’i al-Baidhani.
  2. ^ "Laskar Jihad: Islam, militancy and the quest for identity in post-New Order Indonesia". pp. page 73. Retrieved 2008-01-16.
  3. ^ "What I Witnessed in Saudi Arabia: Shaikh Muqbil's Last Tape". Salafi Publications. Retrieved 2008-01-16.
  4. ^ "Shaykh Rabee’ Defends the Schools and Shaykhs of Yemen". Salaf.com. February 23, 2007. Retrieved 2008-01-16.
  5. ^ Seeking Knowledge: The Journey of Sheikh Muqbil, by Mustafa George ( audio-islam.com ).
  6. ^ Interview with "Ar-Rayu Al-Aa’m" newspaper, issue #11503, 19 December 1998
  7. ^ Tuhfah Al-Mujeeb, from the chapter “Who’s Behind the Bombings in the Two Sanctuaries (Mecca & Medina)?”, 1996
  8. ^ Imam Muqbil bin Hadi al-Wadi'i Interview with Hassan al-Zayidi of the Yemen Times, 2000
  9. ^ Imam Muqbil bin Hadi al-Wadi'i on Osama Bin Laden, audio recorded lecture from the late 1990s
  10. ^ Al-Waadi'ee, Muqbil, "Ijabat al-Sa`il fi Ahamm al-Masa`il," Question #320, pg.562