Gereja Pentakosta Indonesia: Perbedaan antara revisi
Hanamanteo (bicara | kontrib) k Membatalkan 1 suntingan oleh 36.76.155.135 (pembicaraan) diidentifikasi sebagai vandalisme ke revisi terakhir oleh JohnThorne. (TW) |
|||
Baris 431: | Baris 431: | ||
# Pdt. DR.TP. Sinurat |
# Pdt. DR.TP. Sinurat |
||
# Pdt. SBP. Silitonga |
# Pdt. SBP. Silitonga |
||
# Pdt. |
# Pdt. Hutabalian |
||
# Pdt. Dapot Manurung |
# Pdt. Dapot Manurung |
||
# Pdt. Drs. P. Simbolon, M.Div, M.Th |
# Pdt. Drs. P. Simbolon, M.Div, M.Th |
Revisi per 26 Desember 2013 17.15
Gereja Pentakosta Indonesia adalah sebuah kelompok gereja Kristen di Indonesia yang berawal di daerah Tapanuli, provinsi Sumatera Utara. Merupakan perkembangan dari Gereja Pentakosta Tanah Batak Tapanuli dan Gereja Pentakosta Sumatera Utara. Tidak termasuk ke dalam jaringan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI).
Sejarah
Sejarah Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dari riwayat pendirinya yaitu Pendeta (Pdt.) Evangelis Renatus Siburian. Pendeta Siburian adalah satu-satunya pioner gerakan Pentakosta yang paling berhasil dan pertama di daerah Tapanuli Utara khususnya dan kemudian Sumatera Utara. Perjuangannya menyebarkan Injil dari hanya seorang tamatan Sekolah Alkitab yang bersaksi dari rumah ke rumah, dari dusun ke dusun diberkati Tuhan menjadi ratusan ribu orang yang telah diselamatkan dan puluhan organisasi gereja aliran Roh Kudus yang independen di Sumatera Utara.
Tahun 1938
Di akhir tahun 1938 Pdt. Siburian menginjil dan membuka gereja di Berastagi, tetapi mendapat halangan dari Pemerintah Belanda karena besleit atau izin untuk menginjil belum juga dikeluarkan oleh Gubernur General. Setelah mendapat halangan dari Pemerintah Belanda di Berastagi, Pendeta Siburian pindah ke kota Medan, ibukota provinsi Sumatera Utara untuk menginjil. Hanya beberapa bulan di sana banyak yang telah bertobat dan berhasil membuka siding yang semua anggotanya terdiri dari orang Tionghoa. Di sini pemerintah Belanda kembali memanggil Pendeta Siburian dan menyatakan bahwa dia tidak boleh membuka siding di kota itu karena besleit (izin) penginjil tidak ada atau belum keluar dari Gubernur.
Tahun 1939
Oleh karena tekanan Pemerintah Belanda pada Pdt. Siburian sedah begitu gencar, maka Pdt. Siburian pindah ke satu kota kecil bernama Kisaran, dan bekerja sebagai guru agama di gereja HCB (Huria Christian Batak), satu gereja beraliran Protestan. Dengan demikian dia dapat melakukan kegiatan penginjilannya di sekitar daerah itu dengan gerakan Roh Kudus di daerah Asahan dan Labuhan Batu. Bahkan pada saat itu banyak orang yang dibaptiskannya (baptisan selam) termasuk beberapa anggota gereja HCB tadi.
Tahun 1941
Oleh karena merasa gerakan penginjilannya terbatas di daerah tersebut lebih sebagai guru agama HCB, maka beliau menuju kota Balige di Tapanuli Utara, dan mulai mengadakan gerakan penginjilan di daerah itu. Kemudian daripada itu Pendeta Simanjuntak dating dan beliau bekerjasama dengan Pendeta Siburian. Sementara itu izin dari Gubernur General tidak dapat diharapkan lagi bias diterima oleh Pendeta Siburian sebab Pemerintah Belanda telah mencapnya sebagai Nasionalist, yang pada waktu itu sangat dibenci oleh Belanda. Sampai saat itu Pendeta Siburian belum lagi membuka organisasi agama walaupun sebenarnya orang yang bertobt sudah demikian banyak.
Pada mulanya Pendeta Siburian beranggapan bahwa tidak perlu untuk membuka organisasi agama, yang penting adalah menginjil. Tetapi masalah yang timbul adalah bahwa orang-orang yang telah bertobat tadi yang telah dibabtis yang jumlahnya sudah ribuan orang , tidak mempunyai tempat peribadahan yang tetap. Sebab sudah sudah tentu tidak diterima lagi di dalam gereja asalnya kalau dahulu mereka mempunyai gereja asal. Demikian juga bagi mereka yang bertobat dari sipelebegu (animisme), mereka menginginkan tempat tertentu unutk beribadah. Selain itu mereka yang telah bertobat tadi banyak yang sudah dikucilkan dari addat masyarakat kampung dan organisasi desa sebab mereka dianggap manusia aneh, dengan cara mereka beribadah, tepuk tangan dalam puji-pujian, berdoa dengan suara yang kuat, dan lebih mementingkan pekerjaan Tuhan dari lainnya. Hal yang baru ini belum dapat diterima banyak orang pada waktu itu. Sehingga pengucilan kepada orang-orang lahir baru ini terjadi hampir di segala pelosok.
Tahun 1942
Barulah pada tahun ini Pendeta Siburian membentuk suatu organisasi keagamaan yang dinamakan "Gereja Pentakosta Tanah Batak Tapanuli". Ini dimungkinkan karena pada waktu itu adalah peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan Jepang. Itulah sebabnya semasa hidupnya Pendeta Siburian berkata bahwa Kemerdekaan Indonesia baginya sangat mendalam sekali. Oleh karena kemerdekaanlah maka dia dapat hidup sebagai orang yang mempunyai hak untuk dapat menganut dan menjalankan tugas Injilnya dengan baik. Dan organisasi gereja ini adalah independent, tidak berafiliasi dengan organisasi lain. Ada yang beranggapan bahwa gereja ini berinduk kepada GPdI, tetapi hal ini tidak benar, sebab gereja yang dibentuk ini tidak pernah mendaftarkan diri kepadda organisasi lain. Ketuanyapun pada waktu pendirian organisasi gereja itu adalah Pdt. Renatus Siburian. Organisasi Gereja Pentakosta ini pertama kali didirikan di Paranginan, Tapanuli Utara.
Sejak itu penginjilan dengan nama Gereja Pentakosta ini mengembang sampai ke seluruh pelosok Tapanuli Utara. Boleh dikatakan tidak ada pelosok Tapanuli Utara yang tidak dijelajahi untuk menyebarkan Injil Yesus. Gereja ini berkembang dengan baik dan kemudian menyebar sampai ke Sumatera Timur. Pada waktu penyebaran Injil dan perkembangan gereja ini tidak sedikit percobaan. Pemerintah Jepang mulai dipengaruhi oleh orang-orang tertentu supaya Gereja Pentakosta ditutup saja, sebab dari satu Gereja yang didirikan sekarang sudah ratusan gereja yang dibuka. Dan ini terjadi pula di daerah Simalungun di mana banyak gereja di bawah pimpinan Pendeta Siburian ditutup oleh pemerintah Jepang, tetapi setelah Pendeta Siburian menghadap Gudsebu Pemerintahan Jepang kemudian diizinkan untuk membuka kembali.
Pengembangan penginjilan yang demikian pesat adalah ditunjang oleh banyaknya tanda-tanda heran dan mujizat yang terjadi di setiap kebaktian massal (KKR) maupun kebaktian rutin. Gereja ini berkembang menjadi Evangelical Church yang murni. Gereja tersebut berkembang menjadi gereja Injili yang fungsinya bukan lagi hanya menampung orang-orang percaya tetapi menjadi pusat gerakan penginjilan di seluruh Tanah Batak dan kemudian Sumatera Timur (sekarang masuk Sumatera Utara). Gereja ini tentu menjadi penggerak penginjilan pentakostawi.
Tahun 1944
Gereja Pentakosta Tapanuli ini mengadakan synode yang langsung dipimpin oleh Pdt. Renatus Siburian. Melihat perkembangan yang sudah melebar sampai luar Tapanuli (kabupaten) maka di synode itu diputuskan untuk mengganti nama gereja ini menjadi Gereja Pentakosta Sumatera Utara ("Sumatera Utara" adalah nama provinsi).
Tahun 1945
Pendeta Siburian mendaftarkan organisasi gereja ini ke Pemerintah Republik Indonesia di pulau Jawa melalui Jawatan agama Tapanuli/Pulau Jawa. Visi Pendeta Siburian mengenai gereja ini terbuka, ketika dia sadar bahwa gereja ini bisa berkembang ke segala pelosok. Pada mulanya dia berpikir bahwa gerakan ini hanya terjadi di sekitar Tapanuli saja. Namun Tuhan bermaaksud lain, dan ini dengan cepat disadari. Penginjilan ini tidak dapat dibatasi oleh garis perbatasan daerah, sebab penginjilan ini adalah untuk semua manusia.
Tahun 1948
"Gereja Pentakosta Sumatera Utara" mengadakan Synode (dipimpin oleh Pendeta Ev. R Siburian ) yang diadakan di kota Balige, Tapanuli Utara dan juga memutuskan nama "Gereja Pentakosta Sumatera Utara" menjadi "Gereja Pentakosta Indonesia", yang dipakai sampai sekarang. Belakangan hari ada orang yang memakai nama Organisasi Gereja Pentakosta Sumatera Utara, tetapi itu bukanlah lanjutan dari Gereja Pentakosta Sumatera Utara yang didirikan oleh Pendeta Siburian tetapi orang yang keluar atau memisahkan diri dari gereja pimpinan pendeta Siburian mendirikan gereja yang bernama tersebut.
Tahun 1950
Pendeta Siburian sebagai ketua Gereja ini, kembali mendaftarkan Organisasi Gereja ini ke pemerintahan Republik Indonesia di Jakarta dan mendapat Surat Pengukuhan dari menteri kehakiman dan Kementerian Agama di Jakarta.[1]
Tahun 1959
Rombongan Pendeta Siburian mengadakan kunjungan Penginjilan ke Pulau Nias sebuah pulau yang pada waktu itu ditempum empat hari naik kapal kecil lautan Hindia. mereka menginjil dan membuka Gereja disana bersama -sama dengan penduduk setempat antara lain Pendeta Harefa. Sekarang Gereja Pentakosta Indonesia ada 172 sidang di pulau tersebut.
Tanggal 20 Juni 1987
Hamba Tuhan Pendeta Evanggelis Renatus Siburian dipanggil oleh Tuhan Yesus di Sorga untuk beritirahat dari segala kesusahan dan perjuangan salibnya di atas bumi ini. Dia telah menyelesaikan pekerjaan dan panggilannya dengan baik dan penuh pengabdian. Dia meninggalkan begitu besar pekerjaan untuk jemaatnya, dan dia ingin agar jemaat yang ditinggalkannya dapat meneladaninya sebagaimana dia telah meneladani Kristus. Ketika upacara pengebumiannya diadakan, lebih dari 12.000 orang yang hadir dan ribuan orang yang hadir siang malam di rumah duka (selama 4 hari) untuk mengucapkan salam akhir mereka kepada Bapak Rohani umat Pentakosta.
Jemaat
Tahun 1987
Gereja Pentakosta Indonesia ketika Pdt. Ev. R. Siburian (Bapak Pendiri Gereja Pentakosta Indonesia) meninggal :
- Jemaat sebanyak 670 sidang di 11 provinsi
- Pendeta sebanyak 130 orang
- Guru Injil, Sintua, Penginjil sebanyak 2500 orang
Tahun 2011
Gereja Pentakosta Indonesia pada tahun 2011 berjumlah 1117 Gereja dan di semua provinsi di Indonesia, bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Gereja Pentakosta Indonesia segera akan mengembangkan misinya ke luar negeri.
Pengurus
Pengurus GPI 2011-2016
- Ketua : Rev. DR. MH Siburian, M.Min
- Wakil Ketua 1 : Pdt. DR. Bresman Siburian, SH, MH
- Wakil Ketua 2 : Pdt. P. Silaban, S.E,M.Min
- Sekjend : Pdt. Drs. J. Manurung
- Wasekjend 1 : Pdt. J. Silalahi, BE
- Wasekjend 2 : Pdt. A. Tarigan, S.Th
- Bendahara : Pdt. Drs. J. W. Panjaitan
- Wakil Bendahara 1 : Pdt. M. Rumapea
- Wakil Bendahara 2 : Pdt. M. Sihombing
- Pembantu Umum :
- Pdt.Ev.Drs.D.Rajagukguk(Koordinator)
- Pdt. J. Sitanggang
- Pdt. AY. Butar butar
- Pdt. L. Lumban Tungkup
- Pdt. DR. E. Rajaguguk
- Pdt. D. Gultom
- Pdt. CH. Simare-Mare, M.Si
- Pdt. MT. Lumban Raja
Departemen
- Departemen Pemuda : Pdt. Arifin Sihombing, M.Si
- Departemen Wanita : Ny. Rev. DR MH Siburian br Sitompul, S.Th
- Departemen Diakonia/Sosial : Pdt. E. Manalu, SH
- Departemen Penginjilan : Pdt. S. Siburian
- Departemen KKR : Pdt. Dj. G. Sitinjak, S.Th
- Departemen Media & Humas : Pdt. Drs. Pardomuan Simbolon, M.Th
- Departemen Litbang : Pdt. Ir. Douglas Manurung, MBA
- Departemen Sekolah Minggu : Pdt RT. Togatorop
Pembantu Umum Wilayah
Pematang Siantar – Simalungun
- Pdt. A.Y. Butar-Butar (Koordinator)
- Pdt. J. Silalahi, BE
- Pdt. A. Tarigan,S.Th
- Pdt. L. Lumban Tungkup
- Pdt. O. Sijabat
- Pdt. A.B. Siahaan
- Pdt. J. Siburian
- Pdt. A. Simbolon
- Pdt. B. Manurung
- Pdt. E. Sitorus
- Gr. V.E. Manullang, S.Pd
- Phb. Miduk Panjaitan, SH
- Pdt. K. Siboro, S.Th.
- Pdt. A Simatupang
- Pdt.J. Simbolon
- S. Situmorang
- Gr. B. Tindaon
- Pdm. Ir. M. Parhusip
Samosir
- Pdt. Mt Lumbanraja (Koordinator)
- Pdt. D.J. Sinaga
- Pdt. J. Lumbanraja
- Pdt. J.M. Sinaga
- Pdt. B. Sinaga
- Pdt. H. Sinaga
- Pdt. Samosir
- Pdt. Ba. Sinaga
- Pdt. S. Sitinjak
- Pdt. K. Hutabalian
- Gr. H. Lumbanraja
Toba Habinsaran
- Pdt. I. Sitorus
- Pdt. A. Sitorus
- Pdt. Mk. Sitorus
- Pdt. S. Hasibuan
- Gr. W. Silalahi
- Pdt. M. Lubis
- Pdt. P. Siburian
- Pdt. S. Sitohang
- Pdt. M. Tamba
- Pdt. R. Sianturi
- St. A. Silaen
- Pdt. T. Sinaga
- Pdt. Marudut Sianipar
- Pdt. A. Simaremare, M.Th
- Gr. L. Hasibuan
- Gr. A. Pasaribu
Humbang
- Pdt. M. Bakkara
- Pdt. A. Gultom
- Pdt. L. Manullang
- Pdt. K. Simanjuntak
- Pdt. Taronggal Sihombing
- Pdt. R. Siburian
- Pdt. Sm. Nababan
- Pdt. Tobu Sihombing
- Pdt. W. Rajagukguk
- Gr. K. Sianturi
- Gr. R. Sitohang
Silindung-Sipahutar-Garoga
- Pdt. J. Lumbantungkup (Koordinator)
- Pdt. A. Simaremare
- Pdt. Jt. Pasaribu
- Pdt. K. Ritonga
- Pdt. Y. Pasaribu
- Gr. K. Gultom
- Gr. K. Lumbanraja
- Gr. H. Hutabarat
- Pdt. B. Pardede
- Pdt. L. Simanjuntak
Dairi/Pakpah Barat
- Pdt. Dp. Pandiangan
- Pdt. E. Marpaung, S. Pak
- Pdt. M. Silaban
- Pdt. J. Sihotang
- Pdt. M. Simanullang
- Pdt. Mt. Situmorang
- Gr. M. Lumban Gaol
- Gr. Porlan Panjaitan
- Gr. Edy P. Pandiangan, Sh
Tapteng/Tapsel/Madina/Sibolga
- Pdt. J. Sitanggang (Koordinator)
- Pdt. Sm. Situmorang
- Pdt. J. Pasaribu
- Pdt. J. Sihombing
- Pdt. A. Simamora
- Pdt. W. Sitanggang
- Pdt. P. Sitorus, S.Th
- P. M. Hutagalung
- Pdt. T. Silalahi
- Pdt. Sd. Simanjuntak
- Pdt. M. Sianturi
- Pdt. S. Togatorop
- Gr. P. Nainggolan
- Gr. J. Pasaribu
- Gr. M. Butar-Butar, M.Pd
- Gr. A. Purba
- Gr. P. Sitinjak
- Gr. H. Siregar
- Gr. K. Sitanggang
- Gr. U. Situmeang
- Gr. A. Silitonga
- St. B. Pandiangan
Nias
- Pdt. Tehenasokhi Harefa, Ma, M.Th (Koordinator)
- Pdt. Iradat Hura, S.Th, S.Pdk
- Pdt. Elifati Zalukhu
- Pdt. Taha’aro Zega
- Pdt. Tali Aro Zega
- Pdt. Azuizaro Lawolo, S.Pd
- Pdt. Fatiziduhu Harefa
- Pdt. Temali Halawa
- Pdt. Alirudin Halawa
- Pdt. Faogonaso Harefa
- Pdt. Fonaha Laia
- Pdt. Wa’onaso Giawa
- Gr. Aso’ Ala Halawa
- Gr. Bualana Nama
- Gr. Bowoli Zandroto
- Gr. Tali Atulo Waruhu, S.Pd
Nias Selatan
- Pdt. Tahomano Telaumbanua (Koordinator)
- St. Yamarudi Giawa, S.Kom
- Gr. Sarombowo Ge’e, S.Pd
- Gr. Martinus Telaumbanua
- Pdt. Faonasokhi Halawa
- Pdt. Sokhi Ato Ndruru
- Pdt. Sofuziduhu Tafona’o
- Pdt. Talizduhu Zebua
- Pdt. Nitehe Laia
- Pdt. Atoni Halawa
- Pdt. Tongoziduhu Hulu, A.Ma.Pd
- Pdt. Bazisokhi Zebua
Tanah Karo + Aceh Tenggara
- Pdt. J. Sitorus (Koordinator)
- Pdt. W. Sibarani
- Pdt. J.Sitohang
- Pdt. Mh. Sianipar
- Pdt. M. Gultom
Lubuk Pakam + Langkat
- Pdt. M. Simarmata (Koordinator Lubuk Pakam)
- Pdt. M. Sihombing, B.Sc (W.Koordinator Lubuk Pakam)
- Pdt. M. Sinaga (Koordinator Langkat)
- Pdt. B. Samosir
- Pdt. S. Hutabalian
- Pdt. A. Silaen, A.Md
- Pdt. Drs. S. Hutabalian
- Pdt. B. Rajagukguk
- Pdt. Andreas Suyanto
- Pdt. P. Nadeak
- Gr. S. Hutagaol
- Gr. Drs. A. Simarmata
Kota Medan
- Pdt. Drs. Jw. Panjaitan, S.Th
- Pdt. Dj. Sitinjak, BA
- Pdt. J. Lumbanraja
- Pdt. J. Silalahi
- Pdt. At. Panjaitan, S.Th.
- Pdt. B. Sihite, S.Th.
- Pdt. Bm. Sinurat, SH
- Pdt. J. Pasaribu, S.Th., Mpdk
- Pdt. As. Purba, SE
- Pdt. A. Simanjuntak, BA
- Pdt. P. Sibarani, SH
- Pdt. Drs. Ra. Siburian
- Pdt. Fh. Sinaga
- Pdt. Drs. T. Parhusip
- Pdt. R. Siburian, Sth, M.Th.
- Pdt. Drs. A. Sihombing, MSi
- Pdt. Ir. A. Parhusip
- Pdt. E. Manalu, SH
- Pdt. My. Hutagalung, S.Th.
- Pdt. B. Parhusip, Sth, M.Th.
- Pdt. S. Simanullang, SE
- Pdt. M. Nainggolan, SE, S.Th.
- Gr. Ir. Poltak Hutagalung
Tebing Tinggi – Sergei
- Pdt. Drs. J. Manurung, S.Th.
- Pdt. S. Gultom, S.Th.
- Pdt. K. Saragi
- Pdt. T. Simaremare, S.Th.
- Pdt. T. Sianipar
- Pdt. M. Siburian
- Pdt. H. Sitorus
- Pdt. O. Rajagukguk
- Pdt. S. Marbun
- Pdt. P. Samosir
- Pdt. S. Sirait, SE
- Pdt. J. Marbun,St, S.Th.
- Pdt. M. Nainggolan
- Gr. Drs. H. Pakpahan
- Gr. Manik, S.Th.
Asahan-Batubara-Tg.Leidong- Tanj. Balai
- Pdt. H. Simbolon
- Pdt. A. Gultom
- Pdt. H. Saragi, S.Th.
- Pdt. S. Sihombing
- Pdt. P. Manurung
- Pdt. L. Tambunan
- Pdt. E. Tambunan, S.Sos
- Pdt. Th. Pandiangan
- Gr. S. Manik
- Pdt. Sabar Siburian
Labuhan Batu ( Kab. Labura, Labusel, Lab.Batu & Paluta )
- Pdt. B. Sinaga (Koordinator I)
- Pdt. H.L. Tobing (Koordinator II)
- Pdt. J. Manurung
- Pdt. K. Lumban Raja
- Pdt. R. Tambunan
- Pdt. M. Sianturi
- Gr. Tb. Simanjuntak
- Gr. B. Sihombing
- Pdt. K. Sibarani
- Pdt. L. Sihombing
- Pdt. M. Manullang
- Pdt. H. Nainggolan
Riau Daratan
- Pdt. Rt. Togatorop (Koordinator)
Rayon Kota Pekan Baru
1. Pdt. M. Tambunan 2. Pdt. Rh. Hutabarat 3. Gr. M. Simangunsong
Rayon Kab. Pelalawan
4. Pdt. A. Nainggolan, M.Th 5. Pdt. M. Simangunsong 6. Gr. E. Harianja 7. Gr. L. Situmorang
Rayon Kab. Bengkalis
8. Pdt. G. Sinaga 9. Pdt. K. Siburian 10. Pdt. O. Manullang 11. Pdt. T. Sinaga 12. Pdt. A. Simangunsong 13. Pdt. D. Rumapea 14. Pdt. M. Lumbanraja 15. Pdt. W. Situmorang
Rayon Kab. Rokan Hilir
- Pdt. J. Batuara
- Pdt. Bn. Marbun
- Pdt. E. Siringoringo
- Pdt. M. Sinaga
- Pdt. L. Sinaga
- Pdt. K. Sinaga
- Pdt. S. Silaban
- Gr. H. Hutabalian
Rayon Kab. Kampar
- Pdt. S. Lumbantobing
- Pdt. M. Sagala
- Pdt. A. Gultom
Rayon Kab.Siak
- Pdt. R. Saragih
- Pdt. M. Sinaga
- Pdt. G. Siregar
- Pdt. R. Sinaga
- Gr. Hf. Simbolon
Rayon Kab. Rokan Hulu
- Pdt. M . Lumban Raja
- Pdt. W. Situmorang
- Pdt. O. Manullang
Rayon Kab. Indra Giri Hilir
- Pdt. M. Hutabarat
Kepulauan Riau
- Pdt. Dj. Nadeak (Koordinator I)
- Pdt. B. Fresly Sihombing (Koordinator II)
Rayon Dumai Sekitarnya
- Pdt. T. Sihombing, S.Th.
- Pdt. T. Napitupulu
- Pdt. J. Sihombing, S.Th.
- Pdt. O. Silaban
Rayon Batam Kota
- Pdt. A. Aritonang
- Pdt. D. Manik
- Gr. M. Situmorang
Rayon Pulau Bintan Tanjung Pinang
- Pdt. K. Butar-Butar
- Pdt. Am. Simbolon
- Gr. Drs. T. Sianturi
Rayon Karimun
- Pdt. T. Sinaga, SH, M.Th.
Rayon A Sebarelang
- Pdt. S. Situmorang
- Pdt. B. Sitorus
- Pdt. H. Silaen
Jambi
- Pdt. M. Rumapea (Koordinator)
- Pdt. B.A. Sitanggang
- Pdt. Ir. J. Gultom
Bengkulu
- Pdt. J.B. Hutabarat (Koordinator)
Sumatera Selatan (Sumsel)
- Pdt. M. Rumapea (Koordinator)
- Pdt. H. Nainggolan
Bangka Belitung
- Pdt. L. Sinaga (Koordinator)
Lampung
- Pdt. M. Rumapea (Koordinator)
- Pdt. E. Situmorang
- Pdt. L. Nainggolan
- Pdt. M. Situmorang
- Pdt. S. Situmorang
- Pdt. Jonny Sitorus, S.Si
- Pdt. Drs. M. Siregar
- Pdt. R.P. Simanjuntak, SH
- Pdt. B. Manihuruk
Pulau Jawa
- Pdt. Ev.Drs.D.Rajagukguk (Koordinator)
- Pdt. D.Gultom
- Pdt. DR. E. Rajagukguk, Msc, S.Th
- Pdt. DR.B.Siburian, SH, MH
- Pdt. P. Silaban, SE,M.Min
- Pdt. Yansen Lumbanraja
- Pdt. DR.TP. Sinurat
- Pdt. SBP. Silitonga
- Pdt. Hutabalian
- Pdt. Dapot Manurung
- Pdt. Drs. P. Simbolon, M.Div, M.Th
- Pdt.P.J.Sinaga
- Pdt.Drs.P.Sitorus
Kalimantan Timur
- Pdt. G. Dj. Sitinjak, S.Th (Koordinator)
Kalimantan Barat
- Pdt. Hm. Silalahi (Koordinator)
- Pdt. B. Batubara
- Pdt. M. Butarbutar
Papua
- Pdt. Ch. Simaremare, S.Th (Koordinator)
Referensi
- ^ Surat Pengukuhan No D/11/13176 tertanggal 24 September 1951 dari Kementerian Agama, dan No 1A 5/114/21 tertanggal 24-9-1952, dari Departemen Kehakiman.