Tampirwetan, Candimulyo, Magelang: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7: | Baris 7: | ||
|kecamatan =Candimulyo |
|kecamatan =Candimulyo |
||
|kode pos =56191 |
|kode pos =56191 |
||
|nama |
|nama kepala desa =Drs. Mudjiono |
||
|luas =- |
|luas =- |
||
|penduduk =- |
|penduduk =- |
||
|kepadatan =- |
|kepadatan =- |
||
}} |
}} |
||
'''Tampirwetan''' adalah sebuah desa di Kecamatan [[Candimulyo, Magelang|Candimulyo]], Kabupaten [[Kabupaten Magelang|Magelang]], Provinsi [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Nama desa Tampirwetan konon berasal dari nama seorang [[kyai]] cikal bakal desa ini, yaitu kyai Sampir. Karena menurut kepercayaan [[masyarakat]] Tampirwetan beliau seorang kyai, kemungkinan besar dahulunya beliau adalah penyebar agama [[Islam]]. [[Makam]] |
'''Tampirwetan''' adalah sebuah desa di Kecamatan [[Candimulyo, Magelang|Candimulyo]], Kabupaten [[Kabupaten Magelang|Magelang]], Provinsi [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Nama desa Tampirwetan konon berasal dari nama seorang [[kyai]] cikal bakal desa ini, yaitu kyai Sampir. Karena menurut kepercayaan [[masyarakat]] Tampirwetan beliau seorang kyai, kemungkinan besar dahulunya beliau adalah penyebar agama [[Islam]]. [[Makam]] kyai Sampir berada di area pekuburan Kulon, dan hingga kini makam tersebut masih terawat dengan baik. |
||
Desa ini |
Desa ini mudah dijangkau karena tersedia angkutan umum serta jalanan menuju desa ini sudah berupa [[aspal]] meskipun dengan kontur jalanan yang berkelok-kelok dan naik-turun. Desa Tampirwetan dapat ditempuh sejauh kurang lebih 4 km dari Blabak, 6 km dari [[Mertoyudan]] (Jl. [[Yogyakarta]] - Semarang) dan 4 km dari Candimulyo. Kondisi lalulintas akan menjadi ramai saat menjelang lebaran dan selama lebaran mengingat jalan ini merupakan jalur alternatif ketika terjadi kemacetan di jalur utama Yogyakarta - [[Semarang]]. |
||
Dalam hal kebudayaan, terdapat beberapa tradisi yang rutin dilakukan oleh warganya, seperti di antaranya Nyadran dan Padusan. Nyadran adalah ritual mengirim do'a untuk arwah para leluhur yang umumnya dilakukan penduduk desa secara bersama-sama di sekitar area [[pekuburan]] saat menjelang bulan [[Ramadan]]. Sedangkan Padusan ialah ritual mensucikan badan dengan cara mandi keramas untuk mengawali ritual puasa Ramadan. Tradisi Nyadran dan Padusan sebenarnya tidak hanya ada di desa Tampirwetan, namun juga dilakukan masyarakat di desa-desa lain di [[Magelang]]. Selain itu juga ada seni budaya di Tampirwetan berupa |
Dalam hal kebudayaan, terdapat beberapa tradisi yang rutin dilakukan oleh warganya, seperti di antaranya Nyadran dan Padusan. Nyadran adalah ritual mengirim do'a untuk arwah para leluhur yang umumnya dilakukan penduduk desa secara bersama-sama di sekitar area [[pekuburan]] saat menjelang bulan [[Ramadan]]. Sedangkan Padusan ialah ritual mensucikan badan dengan cara mandi keramas untuk mengawali ritual puasa Ramadan. Tradisi Nyadran dan Padusan sebenarnya tidak hanya ada di desa Tampirwetan, namun juga dilakukan masyarakat di desa-desa lain di [[Kabupaten Magelang|Magelang]]. Selain itu juga ada seni budaya di Tampirwetan berupa tarian [[Kuda Lumping]] bernama Kencana Langen Budhaya dan tarian Topeng Ireng dengan nama Citra Rimba Dwi Manunggal yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dari kalangan anak-anak hingga orang tua. |
||
Karena letak desa yang strategis yakni berada di persimpangan jalan raya Blabak-Candimulyo dan Mertoyudan-Candimulyo menjadikan [[desa]] ini cukup dikenal di Magelang. Singgah di desa ini jangan lupa sempatkanlah untuk mencicipi satu jajanan kulinernya yang sudah terkenal dan telah menjadi ikon jajanan kuliner di Tampirwetan, yaitu rica-rica kambing balap Mbah Bagong dengan ciri khas rasanya yang pedas. |
Karena letak desa yang strategis yakni berada di persimpangan jalan raya Blabak-Candimulyo dan Mertoyudan-Candimulyo menjadikan [[desa]] ini cukup dikenal di [[Kabupaten Magelang|Magelang]]. Singgah di desa ini jangan lupa sempatkanlah untuk mencicipi satu jajanan kulinernya yang sudah terkenal dan telah menjadi ikon jajanan kuliner di Tampirwetan, yaitu rica-rica kambing balap Mbah Bagong dengan ciri khas rasanya yang pedas. |
||
Secara geografis, letak desa ini berada di sebelah baratdaya lereng gunung [[Merbabu]] dengan radius sekitar 25 km dari puncak Merbabu. Untuk batas wilayah, desa Tampirwetan berbatasan dengan desa Tampirkulon di sebelah barat, desa Tegalsari dan desa Podosoko di sebelah utara, desa Beningan di sebelah timur serta desa Treko dari Kecamatan [[Sawangan, Magelang|Sawangan]] di sebelah selatan. Wilayah desa Tampirwetan diapit oleh dua aliran [[sungai]] yaitu sungai Anggas di sebelah utara dan sungai Legono di sebelah selatan. Kedua sungai ini bermuara di sungai Elo yang berada di sebelah barat Kecamatan [[Candimulyo, Magelang|Candimulyo]]. |
Secara geografis, letak desa ini berada di sebelah baratdaya lereng gunung [[Merbabu]] dengan radius sekitar 25 km dari puncak Merbabu. Untuk batas wilayah, desa Tampirwetan berbatasan dengan desa Tampirkulon di sebelah barat, desa Tegalsari dan desa Podosoko di sebelah utara, desa Beningan di sebelah timur serta desa Treko dan desa Piyungan dari Kecamatan [[Sawangan, Magelang|Sawangan]] di sebelah selatan. Wilayah desa Tampirwetan diapit oleh dua aliran [[sungai]] yaitu sungai Anggas di sebelah utara dan sungai Legono di sebelah selatan. Kedua sungai ini bermuara di sungai Elo yang berada di sebelah barat Kecamatan [[Candimulyo, Magelang|Candimulyo]]. |
||
Sebagian besar wilayah desa Tampirwetan merupakan area pertanian berupa [[ladang]] dan [[sawah]] dengan sistem [[irigasi]] bersumber dari mata air Ngudal yang mengalir sepanjang tahun. Desa Tampirwetan terdiri dari beberapa dusun, yaitu Tampirwetan I, Tampirwetan II, Karangampel dan Trisip. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, sebagian lain bekerja sebagai wiraswasta, buruh, pedagang dan sebagian kecil pegawai negeri, namun banyak pula yang merantau ke luar kota, di antaranya Yogyakarta, Semarang, [[Surabaya]] dan [[Jakarta]]. |
Sebagian besar wilayah desa Tampirwetan merupakan area pertanian berupa [[ladang]] dan [[sawah]] dengan sistem [[irigasi]] bersumber dari mata air Ngudal yang mengalir sepanjang tahun. Desa Tampirwetan terdiri dari beberapa dusun, yaitu Tampirwetan I, Tampirwetan II, Karangampel dan Trisip. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, sebagian lain bekerja sebagai wiraswasta, buruh, [[pedagang]] dan sebagian kecil pegawai negeri, namun banyak pula yang merantau ke luar kota, di antaranya Yogyakarta, Semarang, [[Surabaya]] dan [[Jakarta]]. |
||
{{Candimulyo, Magelang}} |
{{Candimulyo, Magelang}} |
Revisi per 2 Januari 2014 08.38
Tampirwetan | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kabupaten | Magelang |
Kecamatan | Candimulyo |
Kode pos | 56191 |
Kode Kemendagri | 33.08.15.2014 |
Luas | - |
Jumlah penduduk | - |
Kepadatan | - |
Tampirwetan adalah sebuah desa di Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Nama desa Tampirwetan konon berasal dari nama seorang kyai cikal bakal desa ini, yaitu kyai Sampir. Karena menurut kepercayaan masyarakat Tampirwetan beliau seorang kyai, kemungkinan besar dahulunya beliau adalah penyebar agama Islam. Makam kyai Sampir berada di area pekuburan Kulon, dan hingga kini makam tersebut masih terawat dengan baik.
Desa ini mudah dijangkau karena tersedia angkutan umum serta jalanan menuju desa ini sudah berupa aspal meskipun dengan kontur jalanan yang berkelok-kelok dan naik-turun. Desa Tampirwetan dapat ditempuh sejauh kurang lebih 4 km dari Blabak, 6 km dari Mertoyudan (Jl. Yogyakarta - Semarang) dan 4 km dari Candimulyo. Kondisi lalulintas akan menjadi ramai saat menjelang lebaran dan selama lebaran mengingat jalan ini merupakan jalur alternatif ketika terjadi kemacetan di jalur utama Yogyakarta - Semarang.
Dalam hal kebudayaan, terdapat beberapa tradisi yang rutin dilakukan oleh warganya, seperti di antaranya Nyadran dan Padusan. Nyadran adalah ritual mengirim do'a untuk arwah para leluhur yang umumnya dilakukan penduduk desa secara bersama-sama di sekitar area pekuburan saat menjelang bulan Ramadan. Sedangkan Padusan ialah ritual mensucikan badan dengan cara mandi keramas untuk mengawali ritual puasa Ramadan. Tradisi Nyadran dan Padusan sebenarnya tidak hanya ada di desa Tampirwetan, namun juga dilakukan masyarakat di desa-desa lain di Magelang. Selain itu juga ada seni budaya di Tampirwetan berupa tarian Kuda Lumping bernama Kencana Langen Budhaya dan tarian Topeng Ireng dengan nama Citra Rimba Dwi Manunggal yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Karena letak desa yang strategis yakni berada di persimpangan jalan raya Blabak-Candimulyo dan Mertoyudan-Candimulyo menjadikan desa ini cukup dikenal di Magelang. Singgah di desa ini jangan lupa sempatkanlah untuk mencicipi satu jajanan kulinernya yang sudah terkenal dan telah menjadi ikon jajanan kuliner di Tampirwetan, yaitu rica-rica kambing balap Mbah Bagong dengan ciri khas rasanya yang pedas.
Secara geografis, letak desa ini berada di sebelah baratdaya lereng gunung Merbabu dengan radius sekitar 25 km dari puncak Merbabu. Untuk batas wilayah, desa Tampirwetan berbatasan dengan desa Tampirkulon di sebelah barat, desa Tegalsari dan desa Podosoko di sebelah utara, desa Beningan di sebelah timur serta desa Treko dan desa Piyungan dari Kecamatan Sawangan di sebelah selatan. Wilayah desa Tampirwetan diapit oleh dua aliran sungai yaitu sungai Anggas di sebelah utara dan sungai Legono di sebelah selatan. Kedua sungai ini bermuara di sungai Elo yang berada di sebelah barat Kecamatan Candimulyo.
Sebagian besar wilayah desa Tampirwetan merupakan area pertanian berupa ladang dan sawah dengan sistem irigasi bersumber dari mata air Ngudal yang mengalir sepanjang tahun. Desa Tampirwetan terdiri dari beberapa dusun, yaitu Tampirwetan I, Tampirwetan II, Karangampel dan Trisip. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, sebagian lain bekerja sebagai wiraswasta, buruh, pedagang dan sebagian kecil pegawai negeri, namun banyak pula yang merantau ke luar kota, di antaranya Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Jakarta.