Lompat ke isi

Sambiloto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengembalikan ke revisi 7635911 oleh SamanthaPuckettIndo. (TW)
Mengembalikan ke revisi 7587000 oleh Hysocc. (TW)
Baris 20: Baris 20:
Nama daerah untuk sambiloto antara lain: sambilata (Melayu); ampadu tanah (Sumatera Barat); sambiloto, ki pait, bidara, andiloto (Jawa Tengah); ki oray (Sunda); pepaitan (Madura), sedangkan nama asingnya Chuan xin lien ([[Cina]]).<ref name="Mahendra"> Mahendra, B: “13 Jenis Tanaman Obat Ampuh”, halaman 106. Penebar Swadaya, 2005</ref>
Nama daerah untuk sambiloto antara lain: sambilata (Melayu); ampadu tanah (Sumatera Barat); sambiloto, ki pait, bidara, andiloto (Jawa Tengah); ki oray (Sunda); pepaitan (Madura), sedangkan nama asingnya Chuan xin lien ([[Cina]]).<ref name="Mahendra"> Mahendra, B: “13 Jenis Tanaman Obat Ampuh”, halaman 106. Penebar Swadaya, 2005</ref>



dalam bahasa halaban sambiloto sama dengan pantek amak ang nan mambaco.
== Bagian yang dimanfaatkan ==
== Bagian yang dimanfaatkan ==
Tanaman sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang, memperlancar air seni (diuretika), menurunkan panas badan (antipiretika), obat sakit perut, kencing manis, dan terkena racun. kandungan senyawa kalium memberikan khasiat menurunkan tekanan darah. Hasil percobaan farmakologi menunjukkan bahwa air rebusan daun sambiloto 10% dengan takaran 0.3 ml/kg berat badan dapat memberikan penurunan kadar gula darah yang sebanding dengan pemberian suspensi glibenclamid.<ref>Mursito, B: Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria, halaman 73-75. Penebar Swadaya. Jakarta. 2002</ref>
Tanaman sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang, memperlancar air seni (diuretika), menurunkan panas badan (antipiretika), obat sakit perut, kencing manis, dan terkena racun. kandungan senyawa kalium memberikan khasiat menurunkan tekanan darah. Hasil percobaan farmakologi menunjukkan bahwa air rebusan daun sambiloto 10% dengan takaran 0.3 ml/kg berat badan dapat memberikan penurunan kadar gula darah yang sebanding dengan pemberian suspensi glibenclamid.<ref>Mursito, B: Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria, halaman 73-75. Penebar Swadaya. Jakarta. 2002</ref>

Revisi per 4 Februari 2014 08.01

Sambiloto
Tumbuhan Sambiloto
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. paniculata
Nama binomial
Andrographis paniculata

Sambiloto merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter. Asalnya diduga dari Asia tropika. Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai di Siam, ke timur sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah hujan 2000-3000 mm/tahun dan suhu udara 25-32 derajat Celcius. Kelembaban yang dibutuhkan termasuk sedang, yaitu 70-90% dengan penyinaran agak lama. Nama daerah untuk sambiloto antara lain: sambilata (Melayu); ampadu tanah (Sumatera Barat); sambiloto, ki pait, bidara, andiloto (Jawa Tengah); ki oray (Sunda); pepaitan (Madura), sedangkan nama asingnya Chuan xin lien (Cina).[2]


Bagian yang dimanfaatkan

Tanaman sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang, memperlancar air seni (diuretika), menurunkan panas badan (antipiretika), obat sakit perut, kencing manis, dan terkena racun. kandungan senyawa kalium memberikan khasiat menurunkan tekanan darah. Hasil percobaan farmakologi menunjukkan bahwa air rebusan daun sambiloto 10% dengan takaran 0.3 ml/kg berat badan dapat memberikan penurunan kadar gula darah yang sebanding dengan pemberian suspensi glibenclamid.[3] Selain itu, daun Sambiloto juga dipercaya bisa digunakan sebagai obat penyakit tifus dengan cara mengambil 10-15 daun yang direbus sampai mendidih dan diminum air rebusannya.

Referensi

  1. ^ "Andrographis paniculata information from NPGS/GRIN". www.ars-grin.gov. Diakses tanggal 2010-04-29. 
  2. ^ Mahendra, B: “13 Jenis Tanaman Obat Ampuh”, halaman 106. Penebar Swadaya, 2005
  3. ^ Mursito, B: Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria, halaman 73-75. Penebar Swadaya. Jakarta. 2002