Lompat ke isi

Bandar Udara Internasional Kemayoran: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 553/K.37/2014 tertanggal 17 Januari 2014, www.bisnis-kti.com/index.php/2014/02/bandara-sepinggan-balikpapan-fkpd-kaltim-sepakati-perubahan-nama
Baris 109: Baris 109:
Antara tahun [[1960]] pengelolaan Bandar Udara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun [[1984]] pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan.
Antara tahun [[1960]] pengelolaan Bandar Udara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun [[1984]] pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan.


Sebagai bandar udara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada [[1 Januari]] [[1960]]. Kesibukan bandar udara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh [[Bandar Udara Sepinggan]] di [[Balikpapan]], yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan.
Sebagai bandar udara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada [[1 Januari]] [[1960]]. Kesibukan bandar udara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh [[Bandar Udara Sepinggan|Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman]] di [[Balikpapan]], yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan.


== Pameran Kedirgantaraan ==
== Pameran Kedirgantaraan ==

Revisi per 4 Februari 2014 15.18

Bandar Udara Internasional Kemayoran
Bekas Apron dari Bandara Kemajoran
Informasi
JenisSipil
Pemilik/PengelolaKNILM
MelayaniJKT
LokasiKemayoran
Maskapai penghubungMerpati Nusantara
Bouraq Indonesia Airlines
Garuda Indonesia
Ketinggian dpl4 mdpl
Peta
Bandar Udara Internasional Kemayoran di Jakarta
Bandar Udara Internasional Kemayoran
Bandar Udara Internasional Kemayoran
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
kaki m
17/35 7,500 [1] 2,475 [2] Aspal
08/26 6,234 1,900 [2] Aspal

Bandar Udara Internasional Kemayoran merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional. Landasan bandar udara ini dibangun pada tahun 1934[3] dan secara resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940. Namun sebenarnya mulai tanggal 6 Juli 1940 tercatat bandar udara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat pertama yang mendarat jenis DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda, KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij) yang diterbangkan dari lapangan udara Tjililitan (sekarang Halim Perdanakusuma)[4]. Tercatat pesawat ini beroperasi di Kemayoran sampai akhir beroperasi.

Bandar udara dengan kode KMO ini mulai berhenti beroperasi pada 1 Januari 1983 dan resmi berhenti beroperasi pada tanggal 1 Juni 1984. Sedangkan sejak tahun 1975, penerbangan internasional untuk sementara dialihkan ke Halim Perdanakusuma.[5]

Sedangkan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dibuka secara resmi pada tanggal 1 Januari 1984 untuk menggantikan Kemayoran dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma yang kemudian digunakan sebagai pangkalan militer dan VVIP serta bandar udara sipil terbatas.

Bandar Udara Kemayoran dalam pembangunan (1948)

Pengelolaan

Pemerintahan Belanda, 1940 - 1942

Pengelolaan Bandara ini, oleh pemerintah Hindia Belanda dipercayakan kepada KNILM sampai masa pendudukan Jepang.

Dua hari sebelum peresmian, 6 Juli, 1940, pesawat pertama yang mendarat adalah DC-3 milik KNILM yang diterbangkan dari lapangan udara Tjililitan (sekarang Halim Perdanakusuma). Pesawat sejenis, yakni DC-3 berregistrasi PK-AJW juga yang pertama bertolak dari Kemayoran menuju Australia, sehari kemudian [4].

Pada hari peresmiannya, KNILM menggelar beberapa pesawat miliknya, antara lain :

Baru sekitar dua bulan kemudian KNILM mendatangkan pesawat baru: seperti

Pemerintahan Jepang, 1942 - 1945

Maret 1942 sampai tahun 1945, (selama Perang Dunia II) diambil alih pemerintah Jepang.

Pemerintahan Sekutu, 1945 - 1950

Kemudian bandar udara ini dikelola atau dioperasikan oleh pendudukan sekutu/pemerintah NICA - Belanda selama perang kemerdekaan Indonesia, karena pada saat itu pemerintah Indonesia berkedudukan di Yogyakarta.

Pemerintahan Indonesia, 1950 - Terakhir

Pada tahun 1950-an setelah selesai perang kemerdekaan, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Baru pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil, yang sekarang lebih dikenal sebagai Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Antara tahun 1960 pengelolaan Bandar Udara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1984 pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan.

Sebagai bandar udara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada 1 Januari 1960. Kesibukan bandar udara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan, yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan.

Pameran Kedirgantaraan

Pameran Kedirgantaraan Pertama

Di Kemayoran diselenggarakan pameran kedirgantaran pertama, bertepatan dengan hari ulang tahun Raja Belanda, 31 Agustus 1940. Selain digelar pesawat-pesawat milik KNILM, pesawat-pesawat pribadi yang bernaung dalam Aeroclub di Batavia meramaikannya, antara lain:

Saat itu, perang di Asia Pasifik mulai berkecamuk sehingga Kemayoran kembali digunakan untuk penerbangan pesawat-pesawat militer seperti saat pertama kali dioperasikan Belanda, walau penerbangan sipil tetap berlangsung.

Pesawat-pesawat militer yang sempat singgah antara lain :

Pameran Kedirgantaraan Modern

Kemudian pada bulan Juni, 1984, setelah bandar udara tidak dioperasikan, diselenggarakan pameran kedirgantaraan Indonesia yang pertama.

Sedangkan pameran kedirgantaraan Indonesia yang kedua pada bulan Juni, 1996, diselenggarakan di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Perjalanan dan perkembangannya

Kemayoran pada tahun 1950-an : ruang tunggu
Kemayoran pada tahun 1950-an : gedung terminal

Bandar Udara Kemayoran mengalami masa fase-fase bersejarah Indonesia dari masa pemerintahan Hindia Belanda, pendudukan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, dan Orde Baru), terutama sekali di dunia penerbangan. Dari pesawat-pesawat sipil hingga pesawat militer mulai awal perkembangannya dengan bermesin piston, propeler hingga turbojet mendarat di sini. Misalkan tercatat pesawat jenis Fokker dari mulai Fokker F-VIIb-3 dengan mesin torak, Fokker Friendship dengan mesin turbo hingga Fokker F-28 yang bermesin jet mendarat di sini. Kemudian pesawat jenis DC-3 Dakota yang tercatat mendarat dan terbang dari sejak awal dan akhir dioperasikannya bandar udara ini. Serta hadirnya pesawat berbadan lebar generasi awal seperti Boeing 747 seri 200, DC-10 dan Airbus A-300.

Selain itu, beberapa peristiwa kelam juga mewarnai pengoperasian bandar udara ini. Antara lain pesawat Beechcraft yang kecelakaan ketika mendarat, kemudian Convair-340 yang mendarat tanpa roda, pesawat DC-3 Dakota yang terbakar dan pesawat DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Kemudian pesawat Fokker F-27 yang ketika tinggal landas menukik dan membelok kebawah hingga hancur terbakar dalam penerbangan latihan. Tercatat pula pesawat yang tidak pernah kembali setelah lepas landas dari bandar udara Kemayoran.

Bandar udara Kemayoran juga dikenal dan menyebut-nyebut Bandar Udara Kemayoran dalam salah satu episode cerita dalam komik Tintin yakni Penerbangan 714 ke Sydney, dengan menampilkan menara pemandu lalu lintas (tower) Kemayoran. Gambar yang ditampilkan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Perkembangan setelah bandar udara tidak dioperasikan

Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No 31 tahun 1984, untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandar udara itu, berdasarkan peraturan itu, kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura I ditarik kembali sebagai kekayaan negara.

Untuk pemanfaatan lebih lanjut, maka dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1984 jo Keppres No. 73 tahun 1999. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia. Pembangunan dimulai pada 1990-an dengan rumah susun sederhana ditahun 1988 di bekas Apron bandar udara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek Menara Jakarta (Jakarta Tower) dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai Krisis Asia pada tahun 1990. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai Menara Kesenjangan.

Selain itu, di bekas Bandar Udara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun DKI Jakarta setiap 22 Juni.

Rencana lain, kawasan ini adalah dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau bird sanctuary bagi burung-burung di kawasan ini, namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan bird sanctuary ditempatkan di Pulau Rambut, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Suaka Margasatwa ini juga akan memelihara menara pemandangan serta bekas tower bandar udara yang akan dipertahankan sebagai kawasan situs bersejarah bahwa dahulunya tempat ini adalah Bandar Udara Internasional.

Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandar udara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan Benyamin Sueb, nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

Rujukan

  1. ^ Stroud, John (1980). Airports of the World. ISBN 978-0370300375. 
  2. ^ a b Amrullah, Himanda (2012). Suara Masa Lalu Kemayoran. V2 Digest. 
  3. ^ Setiati, Eni (1980). Ensiklopedia Jakarta. Lentera Abadi. ISBN 978-9793535548. 
  4. ^ a b "Kemayoran, Bandara". Diakses tanggal 14 Juli2012. 
  5. ^ Fadli Arfan. Kemayoran Journal, first edition, March, 2009. 
  • Majalah Angkasa No. 5 Februari 1992, No. 4 Januari 1996 dan No.2 November 1999.

Lihat pula