Gondang (musik Sunda): Perbedaan antara revisi
k Stephensuleeman memindahkan halaman Gondang (alat musik) ke Gondang (musik Sunda) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Musik Indonesia}} |
|||
[[Berkas:Musik-gondang.jpg|jmpl]] |
|||
{{kegunaanlain|Gondang}} |
|||
'''Gondang''' adalah lagu pada [[tutunggulan]]<ref name="sumber2">Danadibrata,R.A.2006.Kamus Basa Sunda.Bandung:Kiblat Kaca 232</ref>.Ngagondang adalah kakawihan yang dipirig oleh tutunggulan<ref name="sumber2"></ref>. |
'''Gondang''' adalah lagu pada [[tutunggulan]]<ref name="sumber2">Danadibrata,R.A.2006.Kamus Basa Sunda.Bandung:Kiblat Kaca 232</ref>.Ngagondang adalah kakawihan yang dipirig oleh tutunggulan<ref name="sumber2"></ref>. |
||
Pada mulanya gondang merupakan bagian dari upacara untuk menghormati [[Dewi Padi]], [[Nyi Pohaci SANGHYANG SRI]], waktu menumbuk [[padi]] untuk pertama kalinya, biasa disebut meuseul Nyai Sri, setelah [[panen]] usai<ref name="sumber1">[http://www.sundanet.com/?p=72 SENI GONDANG](diakses 31 oktober 2011)</ref>.Yang melakukan gondang yaitu [[wanita]] yang dianggap [[suci]] atau sudah [[tidak menstruasi (menopause)]]. Itu dulu waktu di Jaman [[Prabu Siliwangi]]<ref name="sumber2">[http://iwansusanto.com/kesenian-gondang-hut-majalengka-ke-519.htm Kesenian Gondang, HUT Kabupaten Majalengka ke-519](diakses 31 Oktober 2011)</ref>. Perkembangan selanjutnya gondang menjadi nama salah satu seni pertunjukan yang menggambarkan muda-mudi di pedesaan menjalin cinta kasih, dengan [[gerak]] dan [[lagu]] yang [[romantis]] penuh canda. Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan [[lesung]], kemudian sekelompok pemuda datang<ref name="sumber1"></ref>. Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan<ref name="sumber1"></ref>. |
Pada mulanya gondang merupakan bagian dari upacara untuk menghormati [[Dewi Padi]], [[Nyi Pohaci SANGHYANG SRI]], waktu menumbuk [[padi]] untuk pertama kalinya, biasa disebut meuseul Nyai Sri, setelah [[panen]] usai<ref name="sumber1">[http://www.sundanet.com/?p=72 SENI GONDANG](diakses 31 oktober 2011)</ref>.Yang melakukan gondang yaitu [[wanita]] yang dianggap [[suci]] atau sudah [[tidak menstruasi (menopause)]]. Itu dulu waktu di Jaman [[Prabu Siliwangi]]<ref name="sumber2">[http://iwansusanto.com/kesenian-gondang-hut-majalengka-ke-519.htm Kesenian Gondang, HUT Kabupaten Majalengka ke-519](diakses 31 Oktober 2011)</ref>. Perkembangan selanjutnya gondang menjadi nama salah satu seni pertunjukan yang menggambarkan muda-mudi di pedesaan menjalin cinta kasih, dengan [[gerak]] dan [[lagu]] yang [[romantis]] penuh canda. Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan [[lesung]], kemudian sekelompok pemuda datang<ref name="sumber1"></ref>. Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan<ref name="sumber1"></ref>. |
Revisi per 6 April 2014 05.19
Musik dari Indonesia | ||||||||
Jenis | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bentuk khusus | ||||||||
|
||||||||
Media dan pertunjukan | ||||||||
|
||||||||
Musik nasional | ||||||||
|
||||||||
Musik daerah | ||||||||
|
||||||||
Gondang adalah lagu pada tutunggulan[1].Ngagondang adalah kakawihan yang dipirig oleh tutunggulan[1]. Pada mulanya gondang merupakan bagian dari upacara untuk menghormati Dewi Padi, Nyi Pohaci SANGHYANG SRI, waktu menumbuk padi untuk pertama kalinya, biasa disebut meuseul Nyai Sri, setelah panen usai[2].Yang melakukan gondang yaitu wanita yang dianggap suci atau sudah tidak menstruasi (menopause). Itu dulu waktu di Jaman Prabu Siliwangi[1]. Perkembangan selanjutnya gondang menjadi nama salah satu seni pertunjukan yang menggambarkan muda-mudi di pedesaan menjalin cinta kasih, dengan gerak dan lagu yang romantis penuh canda. Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan lesung, kemudian sekelompok pemuda datang[2]. Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan[2].
Lagu-lagu yang dipergunakan banyak mengambil dari lagu rakyat, atau lagu perkembangan yang diubah katanya[2]. Salah seorang inovator seni pertunjukan ini adalah Tatang Kosasih, yang mengolahnya pada awal tahun 1960-an[2]. Kata-katanya tidak saja berbahasa Sunda, tetapi dicampur dengan bahasa Indonesia, dan untuk membedakan dengan kreasi gondang lainnya, gondang karya Tatang Kosasih biasa disebut gondang tidak jangan[2]. Mang Koko dan Wahyu Wibisana pernah membuat Gondang Samagaha (gerhana), yang mengisahkan kegiatan muda-mudi dikala terjadi gerhana, diiringi gamelan pelog dan salendro[2].
Salah satu ciri gondang adalah adanya kegiatan tutunggulan dengan alat alu atau lesung[2]. Tingtung tutunggulan gondang artinya bunyi-bunyian yang terdengar dari pukulan alu dan lesung yang dimainkan oleh beberapa orang, sehingga membentuk paduan bunyi yang polyphonis[2].
Tutunggulan biasa pula dijadikan tangara (tanda) untuk masyarakat sekitarnya bahwa ada seseorang yang akan melangsungkan perhelatan[2].