Lompat ke isi

Haematococcus pluvialis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP71Yudhistira (bicara | kontrib)
menambah referensi
Tag: BP2014
BP71Yudhistira (bicara | kontrib)
menambah subbab
Tag: BP2014
Baris 28: Baris 28:


==Teknik Budidaya==
==Teknik Budidaya==

Hematococcus sebagai sumber potensial Astaxanthin cukup mudah untuk di budidayakan. Ganggangg ini dapat tumbuh dengan cepat pada media dengan komposisi nutrien yang sederhana. Akan tetapi hal ini dapat meningkatkan resiko [[kontaminan]]. Karena adanya pertumbuhan [[mikroalga]] lainnya dan juga [[protozoa]], yang dapat mengganggu produksi.<ref name="microalgae"></ref>
Hematococcus sebagai sumber potensial Astaxanthin cukup mudah untuk di budidayakan. Ganggangg ini dapat tumbuh dengan cepat pada media dengan komposisi nutrien yang sederhana. Akan tetapi hal ini dapat meningkatkan resiko [[kontaminan]]. Karena adanya pertumbuhan [[mikroalga]] lainnya dan juga [[protozoa]], yang dapat mengganggu produksi.<ref name="microalgae"></ref>
Astaxanthin yang terdapat pada H.pluvialis dapat diperoleh melalui dua teknik budidaya, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup menggunakan teknik [[fotobioreaktor]], sedangkan untuk sistem terbuka menggunakan [[kolam budidaya]].<ref name="ruscom"></ref>
Astaxanthin yang terdapat pada H.pluvialis dapat diperoleh melalui dua teknik budidaya, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup menggunakan teknik [[fotobioreaktor]], sedangkan untuk sistem terbuka menggunakan [[kolam budidaya]].<ref name="ruscom"></ref>

==Faktor yang Mempengaruhi==




==Rujukan==
==Rujukan==

Revisi per 15 April 2014 03.06

Haematococcus pluvialis
Haematococcus pluvialis
Sebuah kokal dari sel H. pluvialis, rongga astaxanthin
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
H. pluvialis
Nama binomial
Haematococcus pluvialis
(Flotow, 1844)

Haematococcus pluvialis adalah spesies ganggang hijau yang termasuk ke dalam filum Chlorophyta.[1] Penelitian mengenai H.pluvialis dimulai pada tahun 1797 oleh Girod-chantrans dan penelitian tersebut dilanjutkan oleh peneliti eropa lainnya. Deskripsi mengenai H.pluvialis pertama kali di lakukan oleh Flotow pada tahun 1844 dan pada tahun 1851 Braun menambahkan detail informasi dan mengkoreksi beberapa kesalahan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. [1]

Haematococcus pluvialis memiliki persebaran yang luas, terutama pada kawasan yang memiliki empat musim. Spesies ini dikenal karena kemampuannya dalam memproduksi astaxanthin.[2] Dalam keadaan lingkungan yang optimal untuk pertumbuhannya, organisme ini bewarna hijau dan berenang bebas di perairan tawar. Haematococcus akan memproduksi astaxanthin dalam cekaman stres pada kondisi lingkungan yang minim akan nutrisi,kadar garam tinggi, paparan sinar yang cukup tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya, mereka akan membentuk spora dan dengan cepat akan mengakumulasi astaxanthin pada selnya, sebagai bentuk perlindungan dari kondisi yang tidak menguntungkan. Spora akan terpecah kembali ketika kondisi lingkungan telah sesuai untuk pertumbuhannya dan H.pluvialis akan kembali berwarna hijau. [3]

Pemanfaatan

Astaxanthin merupakan karotenoid, yang dapat ditemukan di perairan air tawar, dan konsentrasi terbesar dapat ditemukan di H. pluvialis yaitu sebesar 10.000-40.000 mg/kg [4] Astaxanthin merupakan salah satu karoten yang bernilai tinggi, banyak digunakan di bidang farmasi, nutrisi, pertanian dan pemenuhan nutrisi untuk hewan [5]

Teknik Budidaya

Hematococcus sebagai sumber potensial Astaxanthin cukup mudah untuk di budidayakan. Ganggangg ini dapat tumbuh dengan cepat pada media dengan komposisi nutrien yang sederhana. Akan tetapi hal ini dapat meningkatkan resiko kontaminan. Karena adanya pertumbuhan mikroalga lainnya dan juga protozoa, yang dapat mengganggu produksi.[1] Astaxanthin yang terdapat pada H.pluvialis dapat diperoleh melalui dua teknik budidaya, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup menggunakan teknik fotobioreaktor, sedangkan untuk sistem terbuka menggunakan kolam budidaya.[3]

Faktor yang Mempengaruhi

Rujukan

  1. ^ a b c R.T Lorenz. (1999). "A Technical Review of Haematococcus Algae" (PDF). Hawai: Cyanotech corporation. Diakses tanggal 4 April 2014. 
  2. ^ "Astaxanthin". Alga technologies. Diakses tanggal 12 April 2014. 
  3. ^ a b J.E Dore, and G.R Cysewski. 2003 Haematococcus algae meal as a source of natural astaxanthin for aquaculture feeds.Cyanotech corporation. Hawaii.
  4. ^ G. E Spiller and A. Dewell [1] Safety of an Astaxanthin-Rich Haematococcus pluvialis Algal Extract: A Randomized Clinical Trial. Journal of Medicinal Food Volume 6, Number 1, 2003.
  5. ^ Miki W. 1991 [2] Biological functions and activities of animal carotenoids. Pure appl. Chem. 63: 141–146.