Lompat ke isi

Filsafat manusia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
menambah rujukan
Tag: BP2014
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
Menambah subjudul manusia tanpa tuhan
Tag: BP2014
Baris 7: Baris 7:
==Model Esensi dan Model Eksistensi==
==Model Esensi dan Model Eksistensi==
Model [[esensi]] adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan cara yang abstrak.<ref name="theo"/> Model ini memandang manusia terlepas dari situasi dan perkembangannya.<ref name="theo"/> Model esensi hanya memperhatikan kodrat yang menentukan manusia sebagai manusia.<ref name="theo"/> Sementara itu model [[eksistensi]] adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan memandangnya secara menyeluruh.<ref name="theo"/> Manusia dipandang secara konkret secara utuh dalam keberadaannya. Model eksistensi tidak percaya akan kodrat yang menentukan manusia.<ref name="theo"/> Orang yang memperlajari filsafat manusia dengan pendekatan eksistensial akan lebih menyeluruh pandangannya dibandingkan pendekatan esensialis.<ref name="theo"/>
Model [[esensi]] adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan cara yang abstrak.<ref name="theo"/> Model ini memandang manusia terlepas dari situasi dan perkembangannya.<ref name="theo"/> Model esensi hanya memperhatikan kodrat yang menentukan manusia sebagai manusia.<ref name="theo"/> Sementara itu model [[eksistensi]] adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan memandangnya secara menyeluruh.<ref name="theo"/> Manusia dipandang secara konkret secara utuh dalam keberadaannya. Model eksistensi tidak percaya akan kodrat yang menentukan manusia.<ref name="theo"/> Orang yang memperlajari filsafat manusia dengan pendekatan eksistensial akan lebih menyeluruh pandangannya dibandingkan pendekatan esensialis.<ref name="theo"/>
==Manusia tanpa Tuhan==

Filsafat manusia sangat dekat hubungannya dengan [[eksistensialisme]].<ref name="rujukan"> {{cite book|title=Manusia Multi Dimensional|author=A.Sudiarja(ed:Sastraprateja)|publisher=Gramedia|page=15|year=1982|location=Jakarta}} </ref> Nietzcsche berpandangan bahwa kebebasan manusia akan hadir jika hidup manusia tanpa [[Tuhan]].<ref name="rujukan"/> Hidup itu sendiri merupakan "kehendak untuk berkuasa".<ref name="rujukan"/> Kelemahan manusia sering muncul karena manusia sering menyerah dengan kenyataan bahwa ada kekuasaan di luar dirinya yang lebih kuat.<ref name="rujukan"/> Salah satu yang mutlak terjadi dalam hidup manusia adalah kenyataan kesepian.<ref name="rujukan"/>
==Tujuan Filsafat Manusia==
==Tujuan Filsafat Manusia==
Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan manusia.<ref name="leahy"/> Pertanyaan-pertanyaan dalam filsafat manusia yang dapat menunjukkan tujuan filsafat manusia adalah:<ref name="salam"/>
Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan manusia.<ref name="leahy"/> Pertanyaan-pertanyaan dalam filsafat manusia yang dapat menunjukkan tujuan filsafat manusia adalah:<ref name="salam"/>

Revisi per 27 April 2014 14.04

Filsafat manusia adalah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai makna menjadi manusia.[1] Filsafat manusia menjadikan manusia sebagai objek studinya. [2] Dalam cabang ilmu filsafat ini manusia akan mengajukan pertanyaan mengenai diri mereka sebagai manusia. [3] Filsafat manusia terus berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan misteri.[3] Titik tolak filsafat manusia adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya. [4] Dalam sejarah ada beberapa istilah yang mendahului filsafat manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi rasional, eksperimental dan empiris. [1]

Manusia adalah misteri bagi dirinya sendiri

Alasan Mempelajari Filsafat Manusia

Filsafat manusia perlu dipelajari karena manusia mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menyelidiki dan menganalisis sesuatu secara mendalam. [1] Manusia berpikir dan menganalisa banyak hal.[1] Pada suatu titik manusia akan sampai kepada saat di mana dia akan bertanya mengenai arti keberadaannya sendiri sebagai manusia.[1]Dengan demikian filsafat manusia mengantar manusia untuk menyelami kehidupannya sendiri, dan sangat mungkin mendapat pencerahan mengenai menjadi manusia yang lebih utuh.[5] Dalam sejarah, manusia selalu berusaha memecahkan permasalahan pokok tentang makna dan eksistensinya yang selalu sulit memperoleh jawaban.[6] Filsafat manusia ada untuk mendorong manusia mencari hakikatnya.[1]

Model Esensi dan Model Eksistensi

Model esensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan cara yang abstrak.[5] Model ini memandang manusia terlepas dari situasi dan perkembangannya.[5] Model esensi hanya memperhatikan kodrat yang menentukan manusia sebagai manusia.[5] Sementara itu model eksistensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan memandangnya secara menyeluruh.[5] Manusia dipandang secara konkret secara utuh dalam keberadaannya. Model eksistensi tidak percaya akan kodrat yang menentukan manusia.[5] Orang yang memperlajari filsafat manusia dengan pendekatan eksistensial akan lebih menyeluruh pandangannya dibandingkan pendekatan esensialis.[5]

Manusia tanpa Tuhan

Filsafat manusia sangat dekat hubungannya dengan eksistensialisme.[7] Nietzcsche berpandangan bahwa kebebasan manusia akan hadir jika hidup manusia tanpa Tuhan.[7] Hidup itu sendiri merupakan "kehendak untuk berkuasa".[7] Kelemahan manusia sering muncul karena manusia sering menyerah dengan kenyataan bahwa ada kekuasaan di luar dirinya yang lebih kuat.[7] Salah satu yang mutlak terjadi dalam hidup manusia adalah kenyataan kesepian.[7]

Tujuan Filsafat Manusia

Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan manusia.[1] Pertanyaan-pertanyaan dalam filsafat manusia yang dapat menunjukkan tujuan filsafat manusia adalah:[2]

  1. Apakah dan siapakah manusia pada hakikatnya?[2]
  2. Bagaimanakah kodrat manusia itu?[2]
  3. Apakah sifat-sifat manusia yang unik yang membedakannya dari makhluk-mahluk yang lain?[2]
  4. Bagaimanakah hubungan antara badan atau raga dengan jiwa manusia?[2]
  5. Bagaimana mungkin manusia dapat bebas dan merdeka untuk melakukan segala yang dia inginkan?[2]
  6. Apakah arti kepribadian seorang manusia?[2]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g Louis Leahy (1984). Manusia sebuah Misteri. Jakarta: Gramedia. hlm. 1. 
  2. ^ a b c d e f g h Baharrudin Salam (1988). Filsafat Manusia. Jakarta: Bina Aksara. hlm. 13. 
  3. ^ a b Juraid Abdul Latief (2012). Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 15. ISBN 979-526-260-2. 
  4. ^ Surajio (2005). Ilmu Filsafat, Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. ISBN 979-526-904-6. 
  5. ^ a b c d e f g Theo Huijbers (1987). Manusia Merenungkan Dirinya. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 15-20. 
  6. ^ Soerjanto Poepowardojo (1982). Sekitar Manusia(Menuju Manusia Seutuhnya), kump. karangan. Jakarta: Gramedia. hlm. 1-5. 
  7. ^ a b c d e A.Sudiarja(ed:Sastraprateja) (1982). Manusia Multi Dimensional. Jakarta: Gramedia. hlm. 15.