Lompat ke isi

Rambu Solo': Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP24Lidia (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{inuseBP|BP24Lidia|15 Mei 2014|27 April 2014}} '''Rambu Solo'''' adalah kata dalam bahasa Toraja yang secara harafiah berarti asap yang arahnya ke bawah.'
Tag: tanpa kategori [ * ]
 
BP24Lidia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1: Baris 1:
{{inuseBP|BP24Lidia|15 Mei 2014|27 April 2014}}
{{inuseBP|BP24Lidia|15 Mei 2014|27 April 2014}}


'''Rambu Solo'''' adalah kata dalam bahasa Toraja yang secara harafiah berarti asap yang arahnya ke bawah.Asap yang arahnya ke bawah artinya ritus-ritus persembahan (asap) untuk orang mati yang dilaksanakan sesudah pukul 12 ketika matahari mulai bergerak menurun.<ref name="Theodorus Kobong">Theodorus Kobong. 2008. ''Injil dan Tongkonan''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 49-52.</ref> Rambu solo’ sering juga disebut ''Aluk Rampe Matampu’'', ritus-ritus di sebelah barat, sebab sesudah pukul 12 matahari berada di sebelah barat.<ref name="Theodorus Kobong"/> Oleh karena itu ritus-ritus persembahan dilaksanakan di sebelah barat [[Tongkonan]], rumah adat Toraja.<ref name="Theodorus Kobong"/>
'''Rambu Solo'''' adalah kata dalam bahasa Toraja yang secara harafiah berarti asap yang arahnya ke bawah.
Tidak ada undangan khusus bagi orang-orang yang akan menghadiri ritus ini.<ref name="Theodorus Kobong"/> Setiap masyarakat Toraja menyadari bahwa mereka terhisab dalam persekutuan masyarakat Toraja, dan nilai-nilainya hanya dapat dihayati secara benar dan eksistensial oleh orang Toraja.<ref name="Theodorus Kobong"/>

==Referensi==
{{Reflist}}

Revisi per 30 April 2014 02.31

Rambu Solo' adalah kata dalam bahasa Toraja yang secara harafiah berarti asap yang arahnya ke bawah.Asap yang arahnya ke bawah artinya ritus-ritus persembahan (asap) untuk orang mati yang dilaksanakan sesudah pukul 12 ketika matahari mulai bergerak menurun.[1] Rambu solo’ sering juga disebut Aluk Rampe Matampu’, ritus-ritus di sebelah barat, sebab sesudah pukul 12 matahari berada di sebelah barat.[1] Oleh karena itu ritus-ritus persembahan dilaksanakan di sebelah barat Tongkonan, rumah adat Toraja.[1] Tidak ada undangan khusus bagi orang-orang yang akan menghadiri ritus ini.[1] Setiap masyarakat Toraja menyadari bahwa mereka terhisab dalam persekutuan masyarakat Toraja, dan nilai-nilainya hanya dapat dihayati secara benar dan eksistensial oleh orang Toraja.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e Theodorus Kobong. 2008. Injil dan Tongkonan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 49-52.