Sangitan: Perbedaan antara revisi
BP21Danang (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
BP21Danang (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 16: | Baris 16: | ||
}} |
}} |
||
Sangitan (Latin: Sambucus Javanica Reinv/ Sambuci Javanicae |
'''Sangitan''' (Latin: Sambucus Javanica Reinv / Sambuci Javanicae) adalah jenis tanaman [[herbal]] dalam keluarga ''Adoxaceae'' asli Asia dan merupakan tanaman subtropis dan tropis.<ref name="Damayanti"/><ref name="Dalimarta">{{id}} Setiawan Dalimarta., Atlas tumbuhan obat Indonesia, Volume 2, Jakarta: Trubus Agriwidya, 2000, Hal. 166-170</ref> Sinonim nama ilmiahnya: ''Sambucus Chinensis Lindl''., ''Simbucus Ebuloides Desc''., ''Simbucus Thunbergiana BI''., ''Phyteuma Bipinnata Lour''., dan ''P. Cochinchinensis Lour''.<ref name="Damayanti"/> Nama Sangitan atau Kelak Nasi diambil dari bahasa Melayu.<ref name="Dalimarta"/><ref name="Damayanti">{{id}} Dewi Damayanti., Buku pintar tanaman obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit (Google eBuku), Jakarta: AgroMedia, 2008, Hal. 215-216</ref> |
||
Di Pulau Sumatera sendiri ia dikenal |
Di Pulau Sumatera sendiri ia dikenal dalam beberapa sebutan, di [[Aceh]] ia disebut Abur, di [[Bengkulu]] ia dinamai Babalat.<ref name="Dalimarta"/><ref name="Damayanti"/> Sedangkan di [[Pulau Jawa]], di daerah Sunda disebut Kerak Nasi, di [[Jawa Tengah]], orang menyebutnya sebagai tanaman ''Brobos Kebo''.<ref name="Dalimarta"/><ref name="Damayanti"/> |
||
Di [[Maluku]] |
Di [[Maluku]], Sanitan disebut ''Halemaniri'', yaitu di daerah [[Tidore]].<ref name="Dalimarta"/><ref name="Damayanti"/> |
||
==Asal-usul Sangitan== |
==Asal-usul Sangitan== |
||
Sangitan merupakan tanaman asli [[Indonesia]].<ref name="Saky">{{id}} Fauzi R. Kusuma & B. Muhammad Zaky., Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, Jakarta: Agromedia, Hal. 48-49</ref> Sangitan banyak dijumpai di [[Bhutan]], [[Burma]], [[Kamboja]], [[Cina]] (kecuali di utara), [[India]] |
Sangitan merupakan tanaman asli [[Indonesia]].<ref name="Saky">{{id}} Fauzi R. Kusuma & B. Muhammad Zaky., Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, Jakarta: Agromedia, Hal. 48-49</ref> Sangitan juga banyak dijumpai di [[Bhutan]], [[Burma]], [[Kamboja]], [[Cina]] (kecuali di utara), [[India]], [[Jepang]], [[Laos]], [[Malaysia]] (di Sabah), [[Filipina]], [[Thailand Selatan]], dan [[Vietnam]]<ref name=FoC>{{cite web|url=http://www.efloras.org/florataxon.aspx?flora_id=2&taxon_id=242425216 |title=''Sambucus javanica'' |author=Deyuan Hong, Qiner Yang, Valéry Malécot & David E. Boufford |work=Flora of China |publisher=Missouri Botanical Garden, St. Louis, MO & Harvard University Herbaria, Cambridge, MA |accessdate=21 March 2013}}</ref><ref name=grin>{{cite web |url=http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/taxon.pl?32990 |title=''Sambucus javanica'' at NPGS/GRIN |author=[[United States Department of Agriculture|USDA]], [[Agricultural Research Service|ARS]], National Genetic Resources Program |year= |work=[[Germplasm Resources Information Network]] (GRIN) |publisher=[[United States Department of Agriculture]] |date=May 19, 2011 |accessdate=21 March 2013}}</ref> |
||
Keberadaan Sangitan kurang diperhatikan orang bahkan terkadang dianggap sebagai [[gulma]], padahal di Cina, Sangitan sangat terkenal dan dimanfaatkan sebagai ramuan untuk menyembuhkan penyakit [[hepatitis]].<ref name="Efifah">{{id}}Tanaman Obat untuk mengatasi hepatitis, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2005, Hal. 40-41</ref> |
|||
==Karakteristi Tanaman Sangitan== |
==Karakteristi Tanaman Sangitan== |
||
Sangitan tumbuh |
Sangitan biasanya tumbuh di pinggir sawah dan di antara semak belukar di [[hutan bambu]].<ref name="Efifah"/> Rantingnya saling berdesakan dan membentuk perdu, tampak unik bagian daunnya.<ref name="Efifah"/> Lebar daun berukuran 2-3 cm, ujungnya meruncing membuat daunnya semakin sempit dan helaiannya seperti menutup.<ref name="Efifah"/> Bunganya berwarna putih agak krem di pucuk tanaman sehingga kelihatan menonjol.<ref name="Efifah"/> Bentuk mahkota bunga seperti [[bintang]], pertumbuhannya mengarah ke atas dan sekilas mirip [[payung]].<ref name="Efifah"/> |
||
Rasa pohon atau daun |
Rasa pohon atau daun Sangitan manis agak pahit.<ref name="Yuliarti"/> Herba ini masuk dalam meridian hati (liver) dan berkasiat sebagai peluruh kencing (diretik).<ref name="Yuliarti">{{id}}Nurheti Yuliarti., Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional, Yogyakarta: Penerbit Andi, Hal. 72-73</ref> |
||
==Kandungan kimia== |
==Kandungan kimia== |
||
Baris 34: | Baris 34: | ||
==Pemanfaatan bagian tanaman Sangitan== |
==Pemanfaatan bagian tanaman Sangitan== |
||
Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah [[akar]], |
Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah [[akar]], [[daun]], dan [[bunga]].<ref name="Dalimarta"/> Pemakaiannya Sangitan dapat dilakukan dengan mengolahnya ketika masih segar maupun dapat dilakukan dengan cara dijemur sampai kering jika akan disimpan.<ref name="Dalimarta"/> |
||
Akarnya digunakan untuk beberapa pengobatan penyakit, antara lain bengkak dan memar, tulang patah, [[reumatik]], pegal linu, dan [[sakit kuning]].<ref name="Dalimarta"/> Daunnya digunakan untuk mengobati bengkak karena timbunan cairan pada penyakit [[ginjal]], [[beri-beri]], [[disentri]], radang saluran napas kronis, eripelasi.<ref name="Dalimarta"/> Seluruh tumbuhan digunakan untuk pengobatan sakit [[keram]], nyeri tulang, memar, kulit terbakar, bercak hitam di wajah, untuk menghaluskan kulit dan merangsang saraf.<ref name="Dalimarta"/> |
|||
Penggunaannya sangat sederhana dan sifatnya masih lokal.<ref name="Dalimarta"/> Daunnya bisa ditumbuk, direbus (airnya diminum atau untuk mencuci bagian sakit), atau diperas.<ref name="Dalimarta"/> |
Penggunaannya sangat sederhana dan sifatnya masih lokal.<ref name="Dalimarta"/> Daunnya bisa ditumbuk, direbus (airnya diminum atau untuk mencuci bagian tubuh yang sakit), atau diperas setelah ditumbuk.<ref name="Dalimarta"/> |
||
Contoh, penggunaan bagi penderita penyakit kuning: cuci 30-50 g akar sangitan kering atau 90 g akar sangitan segar, lalu potong seperlunya.<ref name="Dalimarta"/> Tambahkan daging [[sapi]] yang jumlahnya sama banyak, setelah dingin, air diminum dan dagingnya dimakan.<ref name="Dalimarta"/> |
Contoh, penggunaan bagi penderita penyakit kuning: cuci 30-50 g akar sangitan kering atau 90 g akar sangitan segar, lalu potong seperlunya.<ref name="Dalimarta"/> Tambahkan daging [[sapi]] yang jumlahnya sama banyak, setelah dingin, air diminum dan dagingnya dimakan.<ref name="Dalimarta"/> |
||
==Efek Samping== |
==Efek Samping== |
||
Ibu hamil dilarang minum rebusan tumbuhan ini karena dapat menyebabkan kematian janin.<ref name="Dalimarta"/> |
Ibu [[hamil]] dilarang minum rebusan tumbuhan ini karena dapat menyebabkan kematian [[janin]].<ref name="Dalimarta"/> |
||
==Rujukan== |
==Rujukan== |
Revisi per 5 Mei 2014 16.42
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP21Danang (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 MEI 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 5 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP21Danang (Kontrib • Log) 3815 hari 119 menit lalu. |
Sangitan | |
---|---|
Sangitan | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | S. javanica
|
Nama binomial | |
Sambucus javanica |
Sangitan (Latin: Sambucus Javanica Reinv / Sambuci Javanicae) adalah jenis tanaman herbal dalam keluarga Adoxaceae asli Asia dan merupakan tanaman subtropis dan tropis.[1][2] Sinonim nama ilmiahnya: Sambucus Chinensis Lindl., Simbucus Ebuloides Desc., Simbucus Thunbergiana BI., Phyteuma Bipinnata Lour., dan P. Cochinchinensis Lour.[1] Nama Sangitan atau Kelak Nasi diambil dari bahasa Melayu.[2][1]
Di Pulau Sumatera sendiri ia dikenal dalam beberapa sebutan, di Aceh ia disebut Abur, di Bengkulu ia dinamai Babalat.[2][1] Sedangkan di Pulau Jawa, di daerah Sunda disebut Kerak Nasi, di Jawa Tengah, orang menyebutnya sebagai tanaman Brobos Kebo.[2][1] Di Maluku, Sanitan disebut Halemaniri, yaitu di daerah Tidore.[2][1]
Asal-usul Sangitan
Sangitan merupakan tanaman asli Indonesia.[3] Sangitan juga banyak dijumpai di Bhutan, Burma, Kamboja, Cina (kecuali di utara), India, Jepang, Laos, Malaysia (di Sabah), Filipina, Thailand Selatan, dan Vietnam[4][5] Keberadaan Sangitan kurang diperhatikan orang bahkan terkadang dianggap sebagai gulma, padahal di Cina, Sangitan sangat terkenal dan dimanfaatkan sebagai ramuan untuk menyembuhkan penyakit hepatitis.[6]
Karakteristi Tanaman Sangitan
Sangitan biasanya tumbuh di pinggir sawah dan di antara semak belukar di hutan bambu.[6] Rantingnya saling berdesakan dan membentuk perdu, tampak unik bagian daunnya.[6] Lebar daun berukuran 2-3 cm, ujungnya meruncing membuat daunnya semakin sempit dan helaiannya seperti menutup.[6] Bunganya berwarna putih agak krem di pucuk tanaman sehingga kelihatan menonjol.[6] Bentuk mahkota bunga seperti bintang, pertumbuhannya mengarah ke atas dan sekilas mirip payung.[6]
Rasa pohon atau daun Sangitan manis agak pahit.[7] Herba ini masuk dalam meridian hati (liver) dan berkasiat sebagai peluruh kencing (diretik).[7]
Kandungan kimia
Sangitan kaya akan kandungan kimia, seperti minyak esensial, asam ursolik, beta sitosterol, alfa amyrin palmitat, KNO, dan tanin.[3][6][7] Kandungan tersebut menyebar di bagian akar, batang, dan daun.[6][3][7] Di samping itu, menurut data Departemen Kesehatan, tanaman ini mengandung sambunigran dan glukosida.[6][3][7]
Pemanfaatan bagian tanaman Sangitan
Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah akar, daun, dan bunga.[2] Pemakaiannya Sangitan dapat dilakukan dengan mengolahnya ketika masih segar maupun dapat dilakukan dengan cara dijemur sampai kering jika akan disimpan.[2]
Akarnya digunakan untuk beberapa pengobatan penyakit, antara lain bengkak dan memar, tulang patah, reumatik, pegal linu, dan sakit kuning.[2] Daunnya digunakan untuk mengobati bengkak karena timbunan cairan pada penyakit ginjal, beri-beri, disentri, radang saluran napas kronis, eripelasi.[2] Seluruh tumbuhan digunakan untuk pengobatan sakit keram, nyeri tulang, memar, kulit terbakar, bercak hitam di wajah, untuk menghaluskan kulit dan merangsang saraf.[2] Penggunaannya sangat sederhana dan sifatnya masih lokal.[2] Daunnya bisa ditumbuk, direbus (airnya diminum atau untuk mencuci bagian tubuh yang sakit), atau diperas setelah ditumbuk.[2]
Contoh, penggunaan bagi penderita penyakit kuning: cuci 30-50 g akar sangitan kering atau 90 g akar sangitan segar, lalu potong seperlunya.[2] Tambahkan daging sapi yang jumlahnya sama banyak, setelah dingin, air diminum dan dagingnya dimakan.[2]
Efek Samping
Ibu hamil dilarang minum rebusan tumbuhan ini karena dapat menyebabkan kematian janin.[2]
Rujukan
- ^ a b c d e f (Indonesia) Dewi Damayanti., Buku pintar tanaman obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit (Google eBuku), Jakarta: AgroMedia, 2008, Hal. 215-216
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Indonesia) Setiawan Dalimarta., Atlas tumbuhan obat Indonesia, Volume 2, Jakarta: Trubus Agriwidya, 2000, Hal. 166-170
- ^ a b c d (Indonesia) Fauzi R. Kusuma & B. Muhammad Zaky., Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, Jakarta: Agromedia, Hal. 48-49
- ^ Deyuan Hong, Qiner Yang, Valéry Malécot & David E. Boufford. "Sambucus javanica". Flora of China. Missouri Botanical Garden, St. Louis, MO & Harvard University Herbaria, Cambridge, MA. Diakses tanggal 21 March 2013.
- ^ USDA, ARS, National Genetic Resources Program (May 19, 2011). "Sambucus javanica at NPGS/GRIN". Germplasm Resources Information Network (GRIN). United States Department of Agriculture. Diakses tanggal 21 March 2013.
- ^ a b c d e f g h i (Indonesia)Tanaman Obat untuk mengatasi hepatitis, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2005, Hal. 40-41
- ^ a b c d e (Indonesia)Nurheti Yuliarti., Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional, Yogyakarta: Penerbit Andi, Hal. 72-73