Lompat ke isi

Kentang hitam: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
+
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 37: Baris 37:
Tumbuhan ini asalnya dari negeri [[India]], banyak menyebar dan tumbuh ke [[Madagaskar]], dan [[Malesia]]. Di Malesia sendiri, banyak tumbuh di [[Malaysia]], [[Sumatera]], [[Jawa]], [[Filipina]], dan [[Maluku]]. Di Indonesia, banyak ditanam di [[Banten]], Jakarta, [[Magelang]], [[Yogya]], dan [[Bali]]. Tumbuh dari ketinggian 40-1300 [[mdpl]] dan suka dengan wilayah ber[[iklim]] panas. Petani menanam ini setelah menanam [[padi]]. Yang jelas, [[Rumphius]] menyebutkan bahwa tanaman ini sudah lama ditanam.<ref name=Sastra/><ref name=floramalesiana/> Menurut catatan Heyne mengutip Rumphius, adalah tumbuhan ini banyak ditanam di Jawa dan Bali. Sekali lagi, Heyne juga mengutip tulisan [[H.C.H de Bie|de Bie]] (''De Landbouw der Inladsche Bevolking op Java'' [Pertanian dlm Masyarakat Jawa], 1901-02, jilid I:107), bahwa tumbuhan ini memang banyak tumbuh di [[sawah|persawahan]] [[Batavia]] (sekarang Jakarta) yang kalau selain persawahan Batavia, kentang hitam tak mau tumbuh; alasannya karena memang kentang hitam menghendaki tanah yang gembur.<ref name=Heyne/>
Tumbuhan ini asalnya dari negeri [[India]], banyak menyebar dan tumbuh ke [[Madagaskar]], dan [[Malesia]]. Di Malesia sendiri, banyak tumbuh di [[Malaysia]], [[Sumatera]], [[Jawa]], [[Filipina]], dan [[Maluku]]. Di Indonesia, banyak ditanam di [[Banten]], Jakarta, [[Magelang]], [[Yogya]], dan [[Bali]]. Tumbuh dari ketinggian 40-1300 [[mdpl]] dan suka dengan wilayah ber[[iklim]] panas. Petani menanam ini setelah menanam [[padi]]. Yang jelas, [[Rumphius]] menyebutkan bahwa tanaman ini sudah lama ditanam.<ref name=Sastra/><ref name=floramalesiana/> Menurut catatan Heyne mengutip Rumphius, adalah tumbuhan ini banyak ditanam di Jawa dan Bali. Sekali lagi, Heyne juga mengutip tulisan [[H.C.H de Bie|de Bie]] (''De Landbouw der Inladsche Bevolking op Java'' [Pertanian dlm Masyarakat Jawa], 1901-02, jilid I:107), bahwa tumbuhan ini memang banyak tumbuh di [[sawah|persawahan]] [[Batavia]] (sekarang Jakarta) yang kalau selain persawahan Batavia, kentang hitam tak mau tumbuh; alasannya karena memang kentang hitam menghendaki tanah yang gembur.<ref name=Heyne/>


Kentang hitam juga bisa diperbanyak dengan jalan [[setek]], yang dalam waktu semninggu saja, tumbuhan ini sudah ber[[tunas]]. Setek tersebut haruslah mengandung tiga buku, dengan panjang 15 cm, dan ditanam pada permulaan [[musim hujan]]. Namun, kalau memang, tanah pekarangan kita adalah tanah berat yg sulit gembur, gemburkan dulu, dan susunlah jadi guludan. Jarak antar guludan adalah 50 cm. Bisa pula memakai umbi muda, dan ditugalkan pada tanah gembur dengan jarak: 30 × 30 cm, dan tiap lubang tugalan diisi 3 butir umbi.<ref name=Heyne/><ref name=Soeseno/> Kalau sudah berumur 1 bulan lebih, rumput-rumputan harus disiang. Adapun, pada usia 2 bulan, maka dia disiangi kembali dan dibumbun. Kalau ditanam di tanah nan datar, tak perlu dibumbun. Pada bulan keempat, kentang hitam baru bisa dipanen dan dipungut hasilnya.<ref name=Heyne/><ref name=Soeseno/>
Kentang hitam juga bisa diperbanyak dengan jalan [[setek]], yang dalam waktu semninggu saja, tumbuhan ini sudah ber[[tunas]]. Setek tersebut haruslah mengandung tiga buku, dengan panjang 15 cm, dan ditanam pada permulaan [[musim hujan]]. Namun, kalau memang, tanah pekarangan kita adalah tanah berat yg sulit gembur, gemburkan dulu, dan susunlah jadi guludan. Jarak antar guludan adalah 50 cm. Bisa pula memakai umbi muda, dan ditugalkan pada tanah gembur dengan jarak: 30 × 30 cm, dan tiap lubang tugalan diisi 3 butir umbi.<ref name=Heyne/><ref name=Soeseno/> Kalau sudah berumur 1 bulan lebih, rumput-rumputan harus disiang. Adapun, pada usia 2 bulan, maka dia disiangi kembali dan dibumbun. Kalau ditanam di tanah nan datar, tak perlu dibumbun. Pada bulan keempat, kentang hitam baru bisa dipanen dan dipungut hasilnya.<ref name=heyne/><ref name=Soeseno/>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 24 Mei 2014 13.12

Kentang hitam
Bunga kentang hitam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
P. rotundifolius
Nama binomial
Plectranthus rotundifolius
(Poir.) Spreng.
Sinonim

Referensi:[1][2][3][4]

  • Coleus dysentricus Baker
  • C. pallidiflorus A. Chev.
  • C. parviflorus Benth.
  • C. rugosus Benth.
  • C. tuberosus Bth. non Rich.
  • Plectranthus coppinii Heckel
  • P. coppinii Cornu
  • P. tuberosus Blume
  • Solenostemon rotundifolius (Poir.) J.K. Morton

Kentang hitam (Coleus tuberosus) adalah terna yang menjalar yang bisa juga digunakan sebagai pengganti nasi. Sebagai sumber karbohidrat], umbinya yang berbentuk dompolan bisa dimakan sebagai jajanan sore.[5]

Dikenal dengan nama macam-macam nama gombili (Gy.), dan kěntang jawa (Melayu), hombili (Batak), kěmbili (Aceh dan Sumatera Barat), kĕntang jawa (Betawi), huwi kěntang (Sunda), kambili, dan daun sabrang (Jatim), gombili, dan obi sola (Madura), sabrang (Bali),[2] gěmbili, kentang ireng, kumbili jawa, kěntang klici (Jawa), kombili (Maluku), sěbrang (Lombok),[1][4][6] kĕntang jawĕ, kĕntang kĕmbili (Pontianak dan Kubu Raya) dan lain-lain di seluruh Indonesia.

Deskripsi

Kentang hitam merupakan ubi-ubian yang merupakan terna yang menjalar dan semak-semakan dengan tinggi 40-100 cm. Dia berakar pada dasar tumbuhan.[4] Batangnya tegak, sedikit merambat, lubak,[2] bersegi empat, tebal, dan agak berbau. Daun-daunnya tunggal, tebal, bermembran, saling berhadapan dan berselang-seling, bentuknya bulat telur, berwarna hijau tua pada permukaan atas daun dan hijau muda di bagian bawah. Panjang 2-4 cm dan lebar 3-6 cm, sedikit berbulu, dan tulang daun menyirip.[2] Bunganya kecil dan berwarna ungu, tangkainya panjang dengan berukuran 1-2 mm, dan berbulu. Kelopak bentuknya bintang, mahkota berbentuk bibir, warnanya ungu gelap hingga terang, dan panjangnya 7-10(-12) mm dengan bentuk tabung agak membengkok. Berbunga dari bulan Februari-Agustus. Berumbi kecil, coklat, dan daging umbinya putih warnanya. Panjang umbinya 2-4 cm. Akarnya serabut, dan membentuk ubi.[2][1][4]

Persebaran, habitat, dan penanaman

Tumbuhan ini asalnya dari negeri India, banyak menyebar dan tumbuh ke Madagaskar, dan Malesia. Di Malesia sendiri, banyak tumbuh di Malaysia, Sumatera, Jawa, Filipina, dan Maluku. Di Indonesia, banyak ditanam di Banten, Jakarta, Magelang, Yogya, dan Bali. Tumbuh dari ketinggian 40-1300 mdpl dan suka dengan wilayah beriklim panas. Petani menanam ini setelah menanam padi. Yang jelas, Rumphius menyebutkan bahwa tanaman ini sudah lama ditanam.[1][4] Menurut catatan Heyne mengutip Rumphius, adalah tumbuhan ini banyak ditanam di Jawa dan Bali. Sekali lagi, Heyne juga mengutip tulisan de Bie (De Landbouw der Inladsche Bevolking op Java [Pertanian dlm Masyarakat Jawa], 1901-02, jilid I:107), bahwa tumbuhan ini memang banyak tumbuh di persawahan Batavia (sekarang Jakarta) yang kalau selain persawahan Batavia, kentang hitam tak mau tumbuh; alasannya karena memang kentang hitam menghendaki tanah yang gembur.[7]

Kentang hitam juga bisa diperbanyak dengan jalan setek, yang dalam waktu semninggu saja, tumbuhan ini sudah bertunas. Setek tersebut haruslah mengandung tiga buku, dengan panjang 15 cm, dan ditanam pada permulaan musim hujan. Namun, kalau memang, tanah pekarangan kita adalah tanah berat yg sulit gembur, gemburkan dulu, dan susunlah jadi guludan. Jarak antar guludan adalah 50 cm. Bisa pula memakai umbi muda, dan ditugalkan pada tanah gembur dengan jarak: 30 × 30 cm, dan tiap lubang tugalan diisi 3 butir umbi.[7][5] Kalau sudah berumur 1 bulan lebih, rumput-rumputan harus disiang. Adapun, pada usia 2 bulan, maka dia disiangi kembali dan dibumbun. Kalau ditanam di tanah nan datar, tak perlu dibumbun. Pada bulan keempat, kentang hitam baru bisa dipanen dan dipungut hasilnya.[6][5]

Referensi

  1. ^ a b c d Sastrapradja, Setijati; Soetjipto, Niniek Woelijarni; Danimihardja, Sarkat; Soejono, Rukmini (1981). Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi:Ubi-Ubian 7:46 - 47. Jakarta:LBN - LIPI bekerja sama dengan Balai Pustaka. OCLC 66246398
  2. ^ a b c d e "Coleus tuberosus Benth" (PDF). Departemen Kesehatan. 14 November 2001. Diakses tanggal 23 Mei 2014. 
  3. ^ "Plectranthus rotundifolius (Poir.) Spreng". The Plants List. Diakses tanggal 21 May 2014. 
  4. ^ a b c d e Keng, H. (1974 – 78). "Labiatae". Flora Malesiana. Belanda: Sijthoff & Nordhoff International Publisher. 8 (1): 301 – 94. 
  5. ^ a b c Soeseno, Slamet (1985). Sayur-Mayur untuk Karang Gizi. hal.104-105. Jakarta:Penebar Swadaya.
  6. ^ a b Heyne, Karel (1913). De nuttige planten van Nederlandsch-Indië 4:133 – 34. Batavia:Ruygrok & Co.
  7. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Heyne