Pagit-pagit: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Pagit-pagit''' adalah makanan khas [[ |
'''Pagit-pagit''' adalah makanan khas [[Suku Karo]] di [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Bahan utama makanan ini adalah isi perut (rumput yang separuh dicerna) [[rusa]], [[kambing]], [[sapi]], atau [[kerbau]] sebelum mengalami proses pemamahbiakan selanjutnya. Bahan tersebut kemudian dimasak bersama rempah-rempah, santan, [[takokak]], dan daun [[tapioka]] atau daging sebagai kuahnya. |
||
==Cara Pembuatan== |
==Cara Pembuatan== |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
⚫ | |||
[[Kategori:Suku Karo]] |
[[Kategori:Suku Karo]] |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Masakan Sumatera Utara]] |
|||
[[Kategori:Makanan Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Masakan Indonesia]] |
Revisi per 19 Juni 2014 18.30
Pagit-pagit adalah makanan khas Suku Karo di Sumatera Utara, Indonesia. Bahan utama makanan ini adalah isi perut (rumput yang separuh dicerna) rusa, kambing, sapi, atau kerbau sebelum mengalami proses pemamahbiakan selanjutnya. Bahan tersebut kemudian dimasak bersama rempah-rempah, santan, takokak, dan daun tapioka atau daging sebagai kuahnya.
Cara Pembuatan
Rumput yang digunakan adalah rumput yang akan dimamah untuk kedua kalinya oleh hewan tersebut. Rumput yang dijadikan bahan utama pembuatan pagit-pagit ini diambil langsung dari lambung sapi. Saat sapi telah disembelih, maka rumput yang terdapat pada lambung sapi tersebut dikeluarkan kemudian diolah. Tidak semua orang dapat mengolah bahan utama ini dengan baik, karena tidak jarang pengolahan yang tidak baik akan menyebabkan pagit-pagit berbau amis.
Rumput yang telah berbentuk ekstrak tersebut diambil dari lambung sapi dan dihaluskan, diperas, dan direbus untuk menghasilkan kaldu. Kaldu ini diperoleh setelah 3-6 jam perebusan. Ada beberapa orang yang mencampurnya dengan susu kental manis untuk menghilangkan bau. Warna kaldu yang dihasilkan tidaklah seperti kaldu kebanyakan, melainkan berwarna hijau kecoklat-cokelatan. Warna ini berasal dari rumput yang telah dimamah oleh sapi. Setelah kaldu dihasilkan, maka bahan-bahan seperti kikil, daging sapi atau kerbau dimasukkan dan diolah bersama bumbu-bumbu khas lainnya, seperti serai, jahe, asam yang cukup banyak, rimbang dan daun-daunan, seperti daun singkong.