Lompat ke isi

GPIB Paulus Jakarta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Yosua olgaf (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Gereja Paulus Menteng''' adalah sebuah bangunan gereja yang berada di wilayah Menteng, Jakarta. Kini bernaung dalam GPIB (Gereja Protestan di Indonesia ba...'
Tag: tanpa kategori [ * ]
 
Yosua olgaf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Gereja Paulus Menteng''' adalah sebuah bangunan gereja yang berada di wilayah [[Menteng]], [[Jakarta]]. Kini bernaung dalam GPIB ([[Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat]]) wilayah jemaat "Paulus" [[DKI Jakarta]].
'''Gereja Paulus Menteng''' adalah sebuah bangunan gereja yang berada di wilayah [[Menteng]], [[Jakarta]]. Kini bernaung dalam GPIB ([[Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat]]) wilayah jemaat "Paulus" [[DKI Jakarta]].


== Sejarah Pembangunan ==
== Sejarah ==
=== Pembangunan ===
=== Pembangunan ===
Jemaat Protestan di Batavia disebut sebagai ''de Evangelische Gemeente''. Jemaat Injili di Batavia telah mempunyai tiga buah gedung Gereja: ''De Portugese of Buitenkerk'' (GPIB jemaat "Sion" Jakarta), ''De Nieuwe of Haantjeskerk'' (GPIB jemaat "Pniel" Jakarta), dan ''De Willemskerk'' ([[Gereja Immanuel Jakarta|GPIB jemaat "Immanuel" Jakarta]]). Muncul keinginan jemaat saat itu untuk membangun gedung Gereja yang keempat di kota baru [[Menteng]], Kota Taman. Komisi Pembangunan Gereja memilih lokasi di tengah-tengah as, sumbu daerah Menteng-Jalan Imam Bonjol-Jalan Diponegoro yaitu di ''Oranje Nassau Boulevard'' (kini [[Masjid Agung Sunda Kelapa]]) karena dinilai sangat strategis.
Jemaat Protestan di Batavia disebut sebagai ''de Evangelische Gemeente''. Jemaat Injili di Batavia telah mempunyai tiga buah gedung Gereja: ''De Portugese of Buitenkerk'' (GPIB jemaat "Sion" Jakarta), ''De Nieuwe of Haantjeskerk'' (GPIB jemaat "Pniel" Jakarta), dan ''De Willemskerk'' ([[Gereja Immanuel Jakarta|GPIB jemaat "Immanuel" Jakarta]]). Muncul keinginan jemaat saat itu untuk membangun gedung Gereja yang keempat di kota baru [[Menteng]], Kota Taman. Komisi Pembangunan Gereja memilih lokasi di tengah-tengah as, sumbu daerah Menteng-Jalan Imam Bonjol-Jalan Diponegoro yaitu di ''Oranje Nassau Boulevard'' (kini [[Masjid Agung Sunda Kelapa]]) karena dinilai sangat strategis.
Baris 18: Baris 18:
<br />
<br />
<br />
<br />
Tepat pukul 09.30 umat berdiri dan bernyanyi. Lalu, oleh Ds. H. Jansen pintu masuk diketuknya tiga kali dari luar, kemudian koster membukakan pintu. Berbaris masuklah Komisi Pembangunan, Majelis Gereja. Para domine yang berpakaian toga lalu berbegas berdiri di kanan-kiri Ds. Lindeyer.
<br />
<br />
Ds. H. Jansen kemudian menyampaikan pidato singkat sambil tidak lupa kembali mengingatkan jasa-jasa almarhum Ds. W.J.J. Jenny. Kemudian diserahkanlah kunci gedung Gereja kepada Majelis Jemaat yang diterima Ds. Lindeyer. Ibadah dilanjutkan dengan peletakan ''Kansel Bijbel'' (Alkitab untuk mimbar) oleh Penatua Vleeming, anggota Kerkbestuur yang tertua. Alkitab terbuka pada halaman 36 yaitu Kejadian 28:12-19, "Mimpi Yakub di Betel". Kemudian Ds. de Vrede pun naik mimbar untuk mentahbiskan mimbar tersebut dengan pidato pendek dan ditutup dengan doa.
<br />
<br />
Pentahbisan disusul oleh Ds. Lindeyer terhadap orgel, hadiah sukarela dari Perkumpulan Deo Juvanto (orgel kini telah diganti dengan yang baru pada 1997). Lalu, Ds. Keers mentahbiskan lonceng Gereja yang sudah tergantung di atas menara. Lonceng tembaga itu berukir tulisan ''Sursum Corda'' (Angkatlah Hatimu) yang merupakan persembahan anak-anak katekisasi yang telah membeli khusus dari Belanda. Kata orang, itulah lonceng yang terbesar di Indonesia. Setibanya saat yang teduh, Ds. Keers menarik ujung tali lonceng itu. Maka untuk pertama kalinya berdentanglah lonceng itu. Ds. Lindeyer kemudian naik mimbar dan berkhotbah dengan mengambil nas dari Kejadian 28:12-19.
<br />
<br />
Seluruh ibadah pentahbisan diisi dengan nyanyian umat, ungkapan pujian dari paduan suara, nyanyian solo, serta beberapa antifon, pembacaan Mazmur secara berbalas-balasan (Mazmur 24) oleh dua orang Penatua dan dua orang Pendeta. Dengan pentahbisan gedung Gereja baru ini kemudian diberi nama '''''Nassaukerk'''''.

=== Perubahan Nama ===
Seiring perkembangan zaman ikut berubah pula nama gedung Gereja ini. Pada masa penjajahan [[Jepang]] tahun 1942 menjadi Gereja Menteng. Kemudian pada tanggal 31 Oktober 1948 diambil alih oleh [[Gereja Protestan di Indonsia bagian Barat]] (GPIB) menjadi GPIB jemaat "Paulus" DKI Jakarta atau Gereja Paulus.

Revisi per 31 Juli 2014 23.11

Gereja Paulus Menteng adalah sebuah bangunan gereja yang berada di wilayah Menteng, Jakarta. Kini bernaung dalam GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) wilayah jemaat "Paulus" DKI Jakarta.

Sejarah

Pembangunan

Jemaat Protestan di Batavia disebut sebagai de Evangelische Gemeente. Jemaat Injili di Batavia telah mempunyai tiga buah gedung Gereja: De Portugese of Buitenkerk (GPIB jemaat "Sion" Jakarta), De Nieuwe of Haantjeskerk (GPIB jemaat "Pniel" Jakarta), dan De Willemskerk (GPIB jemaat "Immanuel" Jakarta). Muncul keinginan jemaat saat itu untuk membangun gedung Gereja yang keempat di kota baru Menteng, Kota Taman. Komisi Pembangunan Gereja memilih lokasi di tengah-tengah as, sumbu daerah Menteng-Jalan Imam Bonjol-Jalan Diponegoro yaitu di Oranje Nassau Boulevard (kini Masjid Agung Sunda Kelapa) karena dinilai sangat strategis.

Kondisi pembangunan saat itu cukuplah sulit di mana sedang terjadi krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1929 (terancam malaise, lumpuhnya perdagangan, dan hasil pertanian dan industri tidak terjual), namun pembiayaan pembangunan ternyata terkumpul. Diterima kabar pula tanggal 18 Juni 1935 bahwa pemrakarsa pengumpulan dana yang juga anggota Kerkbestuur, Ds. W.J.J. Jenny meninggal dunia di Arnhem, Belanda pada usia 53 tahun.

Komisi Pembangunan dari Majelis Gereja yang diketuai oleh Ds. de Bruijn pada akhir tahun 1935 memutuskan untuk mempercepat pembangunan Gereja: peta denah dengan bestek-bestek kondisi telah diperiksa dan disetujui, juga oleh pengawas bangunan Kotapraja. Pemborong mengajukan penawaran tertulis dalam amplop tertutup, walaupun dikhawatirkan bakal terjadi devaluasi karena krisis ekonomi yang tak kunjung reda.

Peletakan Batu Pertama

Pada hari Jumat, 3 Januari 1936 dengan suatu upacara diletakanlah batu pertama. Upacara tersebut dihadiri banyak undangan yaitu pembesar-pembesar Pemerintah Hindia Belanda dan tokoh-tokoh Gereja. Dalam pidato pembukaannya, Ds. de Bruijn mengingatkan hadirin pada usaha pengumpulan dana selama sembilan tahun yang dikumpulkan anggota jemaat sendiri tanpa menerima subsidi pemerintah. Diperingati juga peranan almarhum Ds. W.J.J. Jenny yang merupakan salah seorang pelopor yang telah ikut berusaha dengan tekun dan rajin, dan tanpa memperhitungkan bahwa semasa hayatnya tak akan turut menyaksikan hasil-hasil usahanya itu. Kemudian Ds. de Bruijn berharap agar gedung Gereja baru ini menjadi simbol bagi pertumbuhan dan perkembangan umat Tuhan. Ds. de Bruijn juga menjelaksan arti simbol dari menara gereja yaitu: "Hendaklah orang memikirkan hal-hal yang di atas, dan bukan pertama-tama hal-hal yang di bumi saja.". Di antara hadirin dalam upacara tersebut yaitu Directeur van Onderwijs en Eeredienst (Menteri Pengajaran dan Urusan Peribadahan) yang menjampaikan ucapan selamat dari Gubernur Jenderah, katanya, arti simbolik peletakan batu pertama inilah dimulainya dari yang kecil, sama seperti kekristenan yang dimulai dari sebiji sesawi.

Ibadah Peresmian

Tibalah harinya pada Sabtu, 6 Juni 1936, menjelang pukul 09.00 pagi, di pekarangan Gereja yang baru itu telah banyak orang berkumpul. Di dalam ruang Ibadah telah duduk 400 umat, sementara di balkon duduk 100 umat lagi. Di deretan kursi Majelis Jemaat tleh duduk sejumlah Penatua dan Diaken beserta beberapa pejabat Gereja lainnya, juga Pendeta dan anggota Kerkbestuur. Di depan mimbar tehampar permadani. Di tengah membelakangi mimbar, berdiri Ds. Lindeyer, Ketua Majelis Gereja. Di sebelah kanannya, di tepi platje berdiri Ds. de Vrede, sekretaris Kerkbestuur, sementara di sebelah kiri berdiri Ds. de Heer, seorang dari antara lima orang predikanten.

Tepat pukul 09.30 umat berdiri dan bernyanyi. Lalu, oleh Ds. H. Jansen pintu masuk diketuknya tiga kali dari luar, kemudian koster membukakan pintu. Berbaris masuklah Komisi Pembangunan, Majelis Gereja. Para domine yang berpakaian toga lalu berbegas berdiri di kanan-kiri Ds. Lindeyer.

Ds. H. Jansen kemudian menyampaikan pidato singkat sambil tidak lupa kembali mengingatkan jasa-jasa almarhum Ds. W.J.J. Jenny. Kemudian diserahkanlah kunci gedung Gereja kepada Majelis Jemaat yang diterima Ds. Lindeyer. Ibadah dilanjutkan dengan peletakan Kansel Bijbel (Alkitab untuk mimbar) oleh Penatua Vleeming, anggota Kerkbestuur yang tertua. Alkitab terbuka pada halaman 36 yaitu Kejadian 28:12-19, "Mimpi Yakub di Betel". Kemudian Ds. de Vrede pun naik mimbar untuk mentahbiskan mimbar tersebut dengan pidato pendek dan ditutup dengan doa.

Pentahbisan disusul oleh Ds. Lindeyer terhadap orgel, hadiah sukarela dari Perkumpulan Deo Juvanto (orgel kini telah diganti dengan yang baru pada 1997). Lalu, Ds. Keers mentahbiskan lonceng Gereja yang sudah tergantung di atas menara. Lonceng tembaga itu berukir tulisan Sursum Corda (Angkatlah Hatimu) yang merupakan persembahan anak-anak katekisasi yang telah membeli khusus dari Belanda. Kata orang, itulah lonceng yang terbesar di Indonesia. Setibanya saat yang teduh, Ds. Keers menarik ujung tali lonceng itu. Maka untuk pertama kalinya berdentanglah lonceng itu. Ds. Lindeyer kemudian naik mimbar dan berkhotbah dengan mengambil nas dari Kejadian 28:12-19.

Seluruh ibadah pentahbisan diisi dengan nyanyian umat, ungkapan pujian dari paduan suara, nyanyian solo, serta beberapa antifon, pembacaan Mazmur secara berbalas-balasan (Mazmur 24) oleh dua orang Penatua dan dua orang Pendeta. Dengan pentahbisan gedung Gereja baru ini kemudian diberi nama Nassaukerk.

Perubahan Nama

Seiring perkembangan zaman ikut berubah pula nama gedung Gereja ini. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 menjadi Gereja Menteng. Kemudian pada tanggal 31 Oktober 1948 diambil alih oleh Gereja Protestan di Indonsia bagian Barat (GPIB) menjadi GPIB jemaat "Paulus" DKI Jakarta atau Gereja Paulus.