Lompat ke isi

Joglo Kudus: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dj Ran (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Dj Ran (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Rumah adat tradisional Kudus.JPG|thumb|300px|Rumah adat Kudus]]
[[Berkas:Pintu khas Rumah adat Kudus.JPG|thumb|300px|Pintu unik khas Joglo Kudus]]
'''Rumah adat Kudus''' atau disebut juga '''Joglo Kudus''' adalah Rumah tradisional asal Kudus<ref>http://hendrawanrynda.wordpress.com/kabupaten-kudus/wisata-budaya/</ref> salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.
'''Rumah adat Kudus''' atau disebut juga '''Joglo Kudus''' adalah Rumah tradisional asal Kudus<ref>http://hendrawanrynda.wordpress.com/kabupaten-kudus/wisata-budaya/</ref> salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.


==Ciri khas==
==Ciri khas==
[[Berkas:Rumah adat tradisional Kudus.JPG|thumb|300px|Rumah adat Kudus]]
[[Berkas:Pintu khas Rumah adat Kudus.JPG|thumb|300px|Pintu unik khas Joglo Kudus]]
Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut '''“Atap Pencu”''', dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Hindu (Jawa), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. ''Joglo Kudus'' mirip dengan ''Joglo Jepara'' tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.
Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut '''“Atap Pencu”''', dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Hindu (Jawa), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. ''Joglo Kudus'' mirip dengan ''Joglo Jepara'' tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.



Revisi per 12 Agustus 2014 02.25

Berkas:Rumah adat tradisional Kudus.JPG
Rumah adat Kudus
Berkas:Pintu khas Rumah adat Kudus.JPG
Pintu unik khas Joglo Kudus

Rumah adat Kudus atau disebut juga Joglo Kudus adalah Rumah tradisional asal Kudus[1] salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus.

Ciri khas

Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebut “Atap Pencu”, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi (4D) khas kabupaten Kudus yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Hindu (Jawa), Persia (Islam), Cina (Tionghoa) dan Eropa (Belanda). Rumah ini diperkirakan mulai dibangun sekitar tahun 1500-an Masehi dengan 95% kayu Jati asli. Joglo Kudus mirip dengan Joglo Jepara tetapi perbedaan yang paling kelihatan adalah bagian pintunya, Joglo Kudus memiliki 1 pintu sedangkan Joglo Jepara memiliki 3 pintu.

Filosofi

Keunikan dan keistimewaan Rumah Adat Kudus (Joglo Kudus) tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir sederhana, tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna filosofis berbeda-beda.

  • Pertama, bentuk dan motif ukirannya mengikuti pola kala (binatang sejenis laba-laba berkaki banyak), gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
  • Kedua, tata ruang rumah adat yang memiliki jogo satru/ruang tamu dengan soko geder-nya/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT bersifat Esa/Tunggal.
  • Ketiga, gedhongan dan senthong/ruang keluarga yang ditopang empat buah soko guru/tiang penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dg mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
  • Keempat, pawon/dapur di bagian paling belakang bangunan rumah.
  • Kelima, pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
  • Keenam, tanaman di sekeliling pakiwan, antara lain: pohon belimbing, yang melambangkan lima rukun Islam; pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum/halal dan baik bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku yang baik dan budi pekerti luhur, serta kesucian, besambung ke hal berikutnya.

Referensi