Lompat ke isi

Suku Buton: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ricky Setiawan (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 125.167.210.105 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh TjBot
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
Seperti suku-suku di [[Sulawesi]] kebanyakan, suku [[Buton]] juga merupakan suku pelaut. Orang-orang [[Buton]] sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia [[Melayu]] dengan menggunakan perahu berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang sekitar 150 ton. Secara umum, orang [[Buton]] adalah masyarakat yang mendiami wilayah kekuasaan [[Kesultanan Buton]]. Daerah-daerah itu kini telah menjadi beberapa kabupaten dan kota di [[Sulawesi Tenggara]] diantaranya [[Kota Baubau]], [[Kabupaten Buton]], [[Kabupaten Buton Utara]], [[Kabupaten Wakatobi]], [[Kabupaten Bombana]] dan [[Kabupaten Muna]]. Namun, kini masyarakat Muna lebih senang menyebut diri mereka sebagai orang Muna dibandingkan orang [[Buton]].
Seperti suku-suku di [[Sulawesi]] kebanyakan, suku [[Buton]] juga merupakan suku pelaut. Orang-orang [[Buton]] sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia [[Melayu]] dengan menggunakan perahu berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang sekitar 150 ton. Secara umum, orang [[Buton]] adalah masyarakat yang mendiami wilayah kekuasaan [[Kesultanan Buton]]. Daerah-daerah itu kini telah menjadi beberapa kabupaten dan kota di [[Sulawesi Tenggara]] diantaranya [[Kota Baubau]], [[Kabupaten Buton]], [[Kabupaten Buton Selatan]], [[Kabupaten Buton Tengah]], [[Kabupaten Buton Utara]], [[Kabupaten Wakatobi]], [[Kabupaten Bombana]], [[Kabupaten Muna]], dan Kabupaten Muna Barat. Namun, kini masyarakat Muna lebih senang menyebut diri mereka sebagai orang Muna dibandingkan orang [[Buton]].


Selain merupakan masyarakat pelaut, masyarakat [[Buton]] juga sejak zaman dulu sudah mengenal pertanian. Komoditas yang ditanam antara lain padi ladang, jagung, singkong, ubi jalar, kapas, kelapa, sirih, nanas, pisang, dan segala kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Orang [[Buton]] terkenal pula dengan peradabannya yang tinggi dan hingga saat ini peninggalannya masih dapat dilihat di wilayah-wilayah [[Kesultanan Buton]], diantaranya [[Benteng Keraton Buton]] yang merupakan benteng terbesar di dunia, [[Istana Malige]] yang merupakan rumah adat tradisional [[Buton]] yang berdiri kokoh setinggi empat tingkat tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang [[Kesultanan Buton]] yang bernama Kampua, dan banyak lagi.
Selain merupakan masyarakat pelaut, masyarakat [[Buton]] juga sejak zaman dulu sudah mengenal pertanian. Komoditas yang ditanam antara lain padi ladang, jagung, singkong, ubi jalar, kapas, kelapa, sirih, nanas, pisang, dan segala kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Orang [[Buton]] terkenal pula dengan peradabannya yang tinggi dan hingga saat ini peninggalannya masih dapat dilihat di wilayah-wilayah [[Kesultanan Buton]], diantaranya [[Benteng Keraton Buton]] yang merupakan benteng terbesar di dunia, [[Istana Malige]] yang merupakan rumah adat tradisional [[Buton]] yang berdiri kokoh setinggi empat tingkat tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang [[Kesultanan Buton]] yang bernama Kampua, dan banyak lagi.

Revisi per 19 Agustus 2014 13.23

Seperti suku-suku di Sulawesi kebanyakan, suku Buton juga merupakan suku pelaut. Orang-orang Buton sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia Melayu dengan menggunakan perahu berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang sekitar 150 ton. Secara umum, orang Buton adalah masyarakat yang mendiami wilayah kekuasaan Kesultanan Buton. Daerah-daerah itu kini telah menjadi beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara diantaranya Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Muna Barat. Namun, kini masyarakat Muna lebih senang menyebut diri mereka sebagai orang Muna dibandingkan orang Buton.

Selain merupakan masyarakat pelaut, masyarakat Buton juga sejak zaman dulu sudah mengenal pertanian. Komoditas yang ditanam antara lain padi ladang, jagung, singkong, ubi jalar, kapas, kelapa, sirih, nanas, pisang, dan segala kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Orang Buton terkenal pula dengan peradabannya yang tinggi dan hingga saat ini peninggalannya masih dapat dilihat di wilayah-wilayah Kesultanan Buton, diantaranya Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terbesar di dunia, Istana Malige yang merupakan rumah adat tradisional Buton yang berdiri kokoh setinggi empat tingkat tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang Kesultanan Buton yang bernama Kampua, dan banyak lagi.