Lompat ke isi

Mohammad Nazir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k clean up, replaced: Beliau → Ia using AWB
Baris 10: Baris 10:
|allegiance = {{flag|Indonesia}}
|allegiance = {{flag|Indonesia}}
|serviceyears = 1946 -
|serviceyears = 1946 -
|rank = [[Berkas:Pdu_laksdatni_komando.png|30px]] [[Laksamana Muda]] [[TNI]]
|rank = [[Berkas:Pdu laksdatni komando.png|30px]] [[Laksamana Muda]] [[TNI]]
|branch = [[Berkas:Lambang TNI AL.png|25px]] [[TNI Angkatan Laut]]
|branch = [[Berkas:Lambang TNI AL.png|25px]] [[TNI Angkatan Laut]]
|unit =
|unit =
Baris 29: Baris 29:
}}
}}


'''[[Laksamana Muda|Laksda]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn]]) Mohammad Nazir Isa''' gelar '''Datuk Basa Nan Balimo''' ({{lahirmati|[[Maninjau, Tanjung Raya, Agam|Maninjau]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatera Barat]]|10|07|1910|[[Jakarta]]|30|08|1982}}) adalah seorang tokoh militer, menteri, dan diplomat [[Indonesia]]. Ia pernah menjabat sebagai [[KSAL|Kepala Staf TNI Angkatan Laut]] (1946-1948), Menteri Pelayaran Republik Indonesia (1957-1959), dan juga pernah dipercaya sebagai Duta Besar RI di [[Swiss]] dan [[Vatikan]]<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1978/07/15/PT/mbm.19780715.PT72233.id.html Mohammad Nazir: Menjadi berita]</ref>
'''[[Laksamana Muda|Laksda]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn]]) Mohammad Nazir Isa''' gelar '''Datuk Basa Nan Balimo''' ({{lahirmati|[[Maninjau, Tanjung Raya, Agam|Maninjau]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatera Barat]]|10|07|1910|[[Jakarta]]|30|08|1982}}) adalah seorang tokoh militer, menteri, dan diplomat [[Indonesia]]. Ia pernah menjabat sebagai [[KSAL|Kepala Staf TNI Angkatan Laut]] (1946-1948), Menteri Pelayaran Republik Indonesia (1957-1959), dan juga pernah dipercaya sebagai Duta Besar RI di [[Swiss]] dan [[Vatikan]]<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1978/07/15/PT/mbm.19780715.PT72233.id.html Mohammad Nazir: Menjadi berita]</ref>


== Kehidupan ==
== Kehidupan ==
Nazir lahir dari pasangan Mohammad Isa Sutan Bandaro dan Siti Chadijah. Beliau anak ketiga dari tujuh bersaudara. Sejak umur 6 tahun Nazir diasuh oleh pamannya, Adam Datuak Basa Nan Balimo di [[Tanjung Pura, Langkat]] yang menjabat sebagai ''School Opzienner''. Sesuai dengan jabatan pamannya, M. Nazir diperbolehkan untuk masuk [[Europeesche Lagere School]] di [[Kota Medan|Medan]]. Setelah itu ia dibawa oleh pamannya yang lain, Abdul Samad yang bekerja sebagai ''Hoof Opzichter'' di [[Jakarta]], dan masuk sekolah dasar ''De Tweede Bijbel School'', kemudian ia melanjutkan sekolah ke Chrijstelike [[MULO]].
Nazir lahir dari pasangan Mohammad Isa Sutan Bandaro dan Siti Chadijah. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara. Sejak umur 6 tahun Nazir diasuh oleh pamannya, Adam Datuak Basa Nan Balimo di [[Tanjung Pura, Langkat]] yang menjabat sebagai ''School Opzienner''. Sesuai dengan jabatan pamannya, M. Nazir diperbolehkan untuk masuk [[Europeesche Lagere School]] di [[Kota Medan|Medan]]. Setelah itu ia dibawa oleh pamannya yang lain, Abdul Samad yang bekerja sebagai ''Hoof Opzichter'' di [[Jakarta]], dan masuk sekolah dasar ''De Tweede Bijbel School'', kemudian ia melanjutkan sekolah ke Chrijstelike [[MULO]].


Nazir bekerja sebagai pelaut di [[Belanda]] atas rekomendasi Ny. Poijt van Druten, yang juga merupakan gurunya di MULO. Setelah lama bekerja di dunia pelayaran, Nazir melanjutkan pendidikannya di sekolah pelayaran Michel Adrianzoon de Ruyter Belanda, dan mendapatkan ijazah ''De Grotevaart'' (Ijazah Pelayaran Samudera) pada tahun 1938. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang mendapatkan ijazah setingkat itu. Tahun 1938 ia pulang ke Indonesia dan bekerja di perusahaan pelayaran ''Doggerbank''. Setelah [[Jepang]] masuk Indonesia, ia bergabung dengan [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]]. Pada tahun 1943, ia diangkat sebagai kepala Sekolah Pelayaran Tinggi di [[Semarang]].
Nazir bekerja sebagai pelaut di [[Belanda]] atas rekomendasi Ny. Poijt van Druten, yang juga merupakan gurunya di MULO. Setelah lama bekerja di dunia pelayaran, Nazir melanjutkan pendidikannya di sekolah pelayaran Michel Adrianzoon de Ruyter Belanda, dan mendapatkan ijazah ''De Grotevaart'' (Ijazah Pelayaran Samudera) pada tahun 1938. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang mendapatkan ijazah setingkat itu. Tahun 1938 ia pulang ke Indonesia dan bekerja di perusahaan pelayaran ''Doggerbank''. Setelah [[Jepang]] masuk Indonesia, ia bergabung dengan [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]]. Pada tahun 1943, ia diangkat sebagai kepala Sekolah Pelayaran Tinggi di [[Semarang]].


Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut dan Menteri Pelayaran pada [[Kabinet Djuanda]]. Ia juga ikut menandatangani [[Petisi 50]] yang mengkritisi pemerintahan totaliter [[Soeharto]].
Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut dan Menteri Pelayaran pada [[Kabinet Djuanda]]. Ia juga ikut menandatangani [[Petisi 50]] yang mengkritisi pemerintahan totaliter [[Soeharto]].


Atas jasa-jasanya, ia memperoleh tanda jasa Bintang Gerilya, sewindu APRI, Perang Kemerdekaan I dan II, Satyalencana VIII, XVI, dan Bintang Jalasena.
Atas jasa-jasanya, ia memperoleh tanda jasa Bintang Gerilya, sewindu APRI, Perang Kemerdekaan I dan II, Satyalencana VIII, XVI, dan Bintang Jalasena.


== Rujukan ==
== Rujukan ==
Baris 49: Baris 49:
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Laut]]|pendahulu=[[Mas Pardi]]|pengganti=[[R. Soebijakto]]|tahun=1946-1948}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Laut]]|pendahulu=[[Mas Pardi]]|pengganti=[[R. Soebijakto]]|tahun=1946-1948}}
{{Kotak_selesai}}
{{Kotak_selesai}}
{{TNI-stub}}
{{DEFAULTSORT:Nazir, Mohammad}}


{{DEFAULTSORT:Nazir, Mohammad}}
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:KASAL]]
[[Kategori:KASAL]]
Baris 60: Baris 58:
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]


{{TNI-stub}}

Revisi per 26 September 2014 06.39

Mohammad Nazir
Lahir(1910-07-10)10 Juli 1910
Belanda Maninjau, Agam, Hindia Belanda
Meninggal30 Agustus 1982(1982-08-30) (umur 72)
Indonesia Jakarta
Pengabdian Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Laut
Lama dinas1946 -
Pangkat Laksamana Muda TNI

Laksda TNI (Purn) Mohammad Nazir Isa gelar Datuk Basa Nan Balimo (10 Juli 1910 – 30 Agustus 1982) adalah seorang tokoh militer, menteri, dan diplomat Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut (1946-1948), Menteri Pelayaran Republik Indonesia (1957-1959), dan juga pernah dipercaya sebagai Duta Besar RI di Swiss dan Vatikan[1]

Kehidupan

Nazir lahir dari pasangan Mohammad Isa Sutan Bandaro dan Siti Chadijah. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara. Sejak umur 6 tahun Nazir diasuh oleh pamannya, Adam Datuak Basa Nan Balimo di Tanjung Pura, Langkat yang menjabat sebagai School Opzienner. Sesuai dengan jabatan pamannya, M. Nazir diperbolehkan untuk masuk Europeesche Lagere School di Medan. Setelah itu ia dibawa oleh pamannya yang lain, Abdul Samad yang bekerja sebagai Hoof Opzichter di Jakarta, dan masuk sekolah dasar De Tweede Bijbel School, kemudian ia melanjutkan sekolah ke Chrijstelike MULO.

Nazir bekerja sebagai pelaut di Belanda atas rekomendasi Ny. Poijt van Druten, yang juga merupakan gurunya di MULO. Setelah lama bekerja di dunia pelayaran, Nazir melanjutkan pendidikannya di sekolah pelayaran Michel Adrianzoon de Ruyter Belanda, dan mendapatkan ijazah De Grotevaart (Ijazah Pelayaran Samudera) pada tahun 1938. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang mendapatkan ijazah setingkat itu. Tahun 1938 ia pulang ke Indonesia dan bekerja di perusahaan pelayaran Doggerbank. Setelah Jepang masuk Indonesia, ia bergabung dengan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Pada tahun 1943, ia diangkat sebagai kepala Sekolah Pelayaran Tinggi di Semarang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut dan Menteri Pelayaran pada Kabinet Djuanda. Ia juga ikut menandatangani Petisi 50 yang mengkritisi pemerintahan totaliter Soeharto.

Atas jasa-jasanya, ia memperoleh tanda jasa Bintang Gerilya, sewindu APRI, Perang Kemerdekaan I dan II, Satyalencana VIII, XVI, dan Bintang Jalasena.

Rujukan

Pranala luar

Didahului oleh:
Mas Pardi
Kepala Staf TNI Angkatan Laut
1946-1948
Diteruskan oleh:
R. Soebijakto