Lompat ke isi

Suku Suluk: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Eporefani98 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:
|population = tidak diketahui
|population = tidak diketahui
|regions = {{flagcountry|PHI}}<br />{{smaller|([[Basilan]], [[Palawan]], [[Sulu]], [[Tawi-Tawi]], [[Metro Manila|Manila]], [[Metro Cebu|Cebu]])}}<hr/>
|regions = {{flagcountry|PHI}}<br />{{smaller|([[Basilan]], [[Palawan]], [[Sulu]], [[Tawi-Tawi]], [[Metro Manila|Manila]], [[Metro Cebu|Cebu]])}}<hr/>
{{flagicon|Malaysia}}[[Malaysia]]<br />{{smaller|([[Sabah]], [[Kuala Lumpur]])}}<hr/>{{flagicon|Indonesia}}[[Indonesia]]<br />{{smaller|([[Kabupaten Nunukan]], [[Kalimantan Utara]])}}<hr/>
{{flagicon|Malaysia}}[[Malaysia]]<br />{{smaller|([[Sabah]], [[Kuala Lumpur]])}}<hr/>{{flagicon|Indonesia}}[[Indonesia]]<br />{{smaller|([[Kalimantan Utara]])}}<hr/>
|languages = [[Bahasa Tausug|Tausūg]], [[Bahasa Chavacano|Chavacano]], [[Bahasa Cebuano|Cebuano]], [[Bahasa Filipino|Filipino]], [[Bahasa Inggris-Filipina|Inggris]], [[Bahasa Melayu|Melayu]]
|languages = [[Bahasa Tausug|Tausūg]], [[Bahasa Chavacano|Chavacano]], [[Bahasa Cebuano|Cebuano]], [[Bahasa Filipino|Filipino]], [[Bahasa Inggris-Filipina|Inggris]], [[Bahasa Melayu|Melayu]]
|religions = Didominasi [[Islam di Filipina|Islam]]
|religions = Didominasi [[Islam di Filipina|Islam]]

Revisi per 24 Oktober 2014 07.51

Tausūg
Wanita Tausug dalam pagelaran Tari Kipas Tausug tradisional.
Jumlah populasi
tidak diketahui
Daerah dengan populasi signifikan
 Filipina
(Basilan, Palawan, Sulu, Tawi-Tawi, Manila, Cebu)
MalaysiaMalaysia
(Sabah, Kuala Lumpur)
IndonesiaIndonesia
(Kalimantan Utara)
Bahasa
Tausūg, Chavacano, Cebuano, Filipino, Inggris, Melayu
Agama
Didominasi Islam
Kelompok etnik terkait
Visayan,
Moro lain,
Filipino lain,
Austronesia lain

Suku Suluk (bahasa Suluk: Tausūg, "orang Suluk") adalah salah satu suku Bangsamoro[1] yang berasal dari kepulauan Sulu, Filipina Selatan.[2] Perkataan Suluk berarti "berasal dari Sulu". Suku Suluk mendiami wilayah Sabah, Malaysia.[3] Kota Sandakan berasal dari kata "sanda" yang artinya gadai dalam bahasa Tausug maupun dalam bahasa Banjar. Suku ini merupakan pendiri Kesultanan Sulu pada masanya.

Suku Tausug[4][5] atau Suluk adalah mayoritas di kepulauan Sulu[6] dan bahasanya Bahasa Sug adalah bahasa perantara atau lingua franca sebelum era Kesultanan Sulu lagi hingga kini.[7] Kaum Tausug atau Suluk berasal dari rumpun Melayu-Austronesian (Polenesian) sebagai mana masyarakat Nusantara di sekitarnya.

Asal nama

Tausug berasal dari dua suku kata "Tau" bermakna "orang" dan "Sug" bermakna "Arus". Jadi "Tausug" adalah bermakna "Orang Arus". Penduduk Malaysia sebenarnya tidak terlalu mengenal suku Sulu yang terdapat di Sabah itu. Orang Sulu tidak memanggil diri mereka Sulu melainkan menggelar diri mereka sebagai Taosug yang diartikan sebagai "Orang dari Sulu".

Satu lagi tafsiran dari perkataan Tausug ialah "Tau Maisug", yang bermaksud "Pemberani" atau "Orang Yang Berani". Spanyol dan Tentara Amerika bahkan mengakui keberanian suku bangsa Taosug ini. Ferdinand Marcos sendiri memerangi kaum ini dengan menetapkan undang-undang tentara di Mindanao dan Sulu. Sebab itu gelar "Juramentado" (Berani Mati) adalah gelar Spanyol kepada Tausug.

Bahasa

Bahasa Sulu yang mereka tutur adalah mirip bahasa Melayu lama bercampur bahasa Arab dan bahasa etnik lain di sekitar Mindanao. Mengikut sejarah, bahasa asal Suluk sebenarnya adalah dari bahasa asal Orang Tagimaha (Taguima dari Basilan).

Mengikut sumber dari Salsilah Sulu yang dicatat oleh pencatat sejarah Najeeb Saleeby dalam bukunya The History Of Sulu (Manila: 1908), suku kaum Tausug ini dan bahasanya berasal dari beberapa etnik yang bergabung iaitu Buranun, Tagimaha, Baklaya, Orang Dampuan dan Orang Banjar.[8][9][10][11][12][13][14][15]


Mereka berhijrah ke kepuluan Sulu sehingga terbentuk satu masyarakat yang dikenali sebagai masyarakat Tausug.

  • Orang Buranun dipercayai yang terawal adalah orang yang menduduki kawasan pergunungan di Sulu dan penempatan terkenal mereka ialah di Maimbung.
  • Orang Tagimaha pula bermaksud kumpulan pelindung yang datang dari Pulau Basilan yang mana asal sebenar mereka adalah dari pulau besar Mindanao juga dan penempatan terkenal mereka ialah di Buansa atau sekarang dikenali sebagai Jolo (sbt. Holo).
  • Orang Baklaya bermaksud orang yang menduduki persisiran pantai adalah dipercayai datang dari Sulawesi Indonesia dan penempatan mereka ialah di Patikul.
  • Orang Dampuan pula berasal dari Champa iaitu salah satu tempat bersejarah di Indochina yang sekarang dikenali sebagai Vietnam dan inilah kaum-kaum seperti yang disebut di atas yang mewarnai wajah bahasa dan rupa paras orang Tausug itu sendiri.

Suku Tausug memiliki beberapa dialek berdasarkan kawasan atau daerah di antaranya ialah dialek Tausug Tapul, Tausug Basilan, Lugus, Gimbahanun dan masih terdapat beberapa dialek lagi. Unsur-unsur bahasa Melayu juga terdapat dalam bahasa Sug ini. Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pernah mempengaruhi daerah-daerah sekitar wilayah Kepulauan Sulu sebagaimana sebelum kemunculan kerajaan awal Melayu Melaka. Maka setelah kedatangan Islam muncullah Kesultanan Sulu sekitar tahun 1457 M dan pemerintahan Sultan-sultan Sulu berlangsung lama yang terserap ke dalam bahasa Sug hingga bertahan sampai hari ini.

Budaya

Suku ini memiliki budaya yang unik, yaitu yang populer adalah pakaian tradisionalnya iaitu Kupot dan tarian Daling-daling.

Masyarakat Taosug pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan memungut hasil laut seperti mutiara, agar-agar laut, gamat serta berdagang secara Barter antara Borneo Utara (Sabah) dan Zamboanga serta dengan kawasan lain sekitar Asia Tenggara. Aktivitas perdagangan mereka sampai ke luar wilayah di sekitar perairan Laut Sulu hingga ke Laut Sulawesi dan Laut China Selatan. Orang Tausug menjadikan lautan sebagai sumber kehidupan mereka.

Tokoh Tausug

  • Nur Misuari
  • Panglima Hassan
  • Panglima Sayyadi
  • Panglima Ilidji
  • Paduka Muhammad Salleh
  • Datu Mustapha
  • Datu Tating
  • Maharaja Mandangan

Catatan kaki

  1. ^ (Indonesia) Abu Ibrahim Muhammad Daud, The secret of jihad moro, Niaga Swadaya, 2008, ISBN 979-25-9299-7, 9789792592993
  2. ^ (Inggris) John Crawfurd, A grammar and dictionary of the Malay language: with a preliminary dissertation, Volume 2, Smith, Elder, 1852
  3. ^ (Inggris) Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia: demografi-politik pasca-Soeharto, Yayasan Obor Indonesia, 2007,ISBN 979-799-083-4, 9789797990831
  4. ^ (Inggris) Kuntowijoyo, A. E. Priyono, Paradigma Islam: interpretasi untuk aksi, PT Mizan Publika, 2008, ISBN 979-433-520-7, 9789794335208
  5. ^ (Indonesia) A. Latief Wiyata, Carok: konflik kekerasan dan harga diri orang Madura, PT LKiS Pelangi Aksara, 2002, ISBN 979-9492-67-X, 9789799492678
  6. ^ (Inggris) Renato Rosaldo, Cultural citizenship in island Southeast Asia: nation and belonging in the hinterlands, University of California Press, 2003, ISBN 0-520-22748-4, 9780520227484
  7. ^ (Inggris) Keat Gin Ooi, Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor, Volume 1, ABC-CLIO, 2004, ISBN 1-57607-770-5, 9781576077702
  8. ^ (Inggris)Ongsotto, Ongsotto; et al. (2002). Philippine History Module-based Learning I' 2002 Ed. Rex Bookstore, Inc. ISBN 9789712334498.  ISBN 971-23-3449-X
  9. ^ (Inggris)Balfour, Edward (1885). The cyclopædia of India and of eastern and southern Asia, commercial industrial, and scientific: products of the mineral, vegetable, and animal kingdoms, useful arts and manufactures, Jilid 2. Bernard Quaritch. 
  10. ^ (Jerman)Waitz, Theodor (1865). [Anthropologie der naturvölker: Die Völker der Südsee. Pt.1 Die Malaien. Pt.2. Die Mikron esier und nordwestlichen Polynesier Periksa nilai |url= (bantuan). F. Fleischer. 
  11. ^ (Inggris)Malayan miscellanies, Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies. Malayan miscellanies. 
  12. ^ (Inggris)J. H., Moor (1837). Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ... F.Cass & co. 
  13. ^ (Jerman)Berlin, Gesellschaft für Erdkunde (1867). Zeitschrift der Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin: zugl. Organ d. Deutschen Geographischen Gesellschaft. 2. Gesellschaft für Erdkunde. 
  14. ^ (Jerman)Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin, Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin (1867). Zeitschrift. D. Reimer. 
  15. ^ (Inggris)Norris, Edwin (1853). The native races of the Indian Archipelago: Papuans. Perpustakaan Publik Lyon. hlm. 142. 

Pranala luar