Lokomotif B51: Perbedaan antara revisi
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) |
||
Baris 23: | Baris 23: | ||
== Sejarah <ref>{{id}} [http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=292%3Alokomotif-b51&catid=68&Itemid=133&lang=id Indonesian Heritage Railway: Lokomotif B51]</ref>== |
== Sejarah <ref>{{id}} [http://indonesianheritagerailway.com/index.php?option=com_content&view=article&id=292%3Alokomotif-b51&catid=68&Itemid=133&lang=id Indonesian Heritage Railway: Lokomotif B51]</ref>== |
||
Lokomotif B51 adalah contoh lokomotif dengan dua [[silinder]] ''compound''. Silinder ini lebih efisien karena uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan menuju silinder tekanan rendah, baru dikeluarkan ke cerobong. Meskipun demikian, perawatan pada lokomotif ini sangat rumit. Lokomotif ini tidak lagi diproduksi sejak ditemukannya ''superheater''. Lokomotif dua silinder ''compound'' dapat sanggup melaju hingga lebih dari 60 km/jam namun tetap memberikan kestabilan. |
|||
Untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan peningkatan kecepatan kereta api, maka dipilih lokomotif uap yang memiliki dua [[silinder]] ''compound'' dan [[roda]] utama memiliki [[diameter]] 1.503 mm. Konstruksi ini mampu mencapai kecepatan maksimum lebih dari 60 [[km/jam]] dengan tetap memberikan kestabilan pada lokomotif. [[Staatsspoorwegen]] (SS) selaku operator KA Hindia-Belanda membeli lokomotif uap B51 sebanyak 44 buah dari 3 pabrik yang berbeda yaitu [[Hanomag]] dan [[Hartmann]] ([[Jerman]]) serta [[Werkspoor]] ([[Belanda]]) secara bertahap pada tahun [[1900]]-[[1910]]. |
|||
Lokomotif B51 |
Lokomotif B51 ini diimpor dari pabrik [[Hanomag]] dan [[Hartmann]] di [[Jerman]] serta [[Werkspoor]], [[Belanda]]. Lokomotif ini berbahan bakar [[kayu jati]], berdaya 415 hp, massa 32 ton, dan sanggup melaju hingga 75 km/jam. Pengimporan dilakukan tahun [[1900]]-[[1910]]. Lokomotif B51 didinaskan untuk kereta lokal rute [[Stasiun Tanahabang|Tanah Abang]]-[[Stasiun Rangkasbitung|Rangkasbitung]]–[[Stasiun Merak|Merak]], rute [[Stasiun Kertosono|Kertosono]]–[[Stasiun Madiun|Madiun]]–[[Stasiun Blitar|Blitar]], dan rute [[Stasiun Babat|Babat]]-[[Stasiun Jombang|Jombang]]. |
||
Lima lokomotif B51 pernah dimutasi ke [[Sumatera Selatan]] untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang di sana. [[Depresi Besar|Krisis ekonomi]] yang melanda tahun [[1929]]–[[1934]] mengakibatkan lokomotif [[Staatsspoorwegen]] terpaksa disimpan, namun selama disimpan, B51 masih bertahan karena dirawat dengan baik. Satu unit B51 lagi dimutasi dari [[Jawa]] ke [[Sumatera Barat]] untuk melayani [[jalur kereta api Muaro-Pekanbaru|rute Muaro-Pekanbaru]] untuk angkutan [[batu bara]] hingga ditutup [[September]] [[1945]]. |
|||
Saat ini tersisa B5112 yang beroperasi di [[Museum Kereta Api Ambarawa]] (buatan [[Hanomag]]) yang selama 30 tahun dipajang. Kemudian setelah 30 tahun tidak beroperasi, kini kembali beroperasi menarik kereta wisata. |
|||
Lokomotif B51 memiliki dua silinder ''compound'', dengan teknologi ini maka uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan ke silinder tekanan rendah yang lebih besar volumenya dari silinder tekanan tinggi (agar uap dapat berkembang memuai lebih lanjut dan menghasilkan tenaga penggerak lagi). Baru dari silinder tekanan rendah uap yang sudah terpakai dibuang melalui [[cerobong]]. Meskipun lokomotif uap dengan dua silinder ''compound'' dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi namun perawatannya lebih rumit. Setelah ditemukannya ''superheater'' maka jenis lokomotif uap seperti ini tidak pernah dibuat lagi. |
|||
Lokomotif B51 menggunakan bahan bakar kayu [[jati]], didesain untuk dioperasikan di jalur datar, berdaya 415 HP (''[[daya kuda|horse power]]''), dan dapat melaju hingga kecepatan maksimum 75 km/jam. Lokomotif ini memiliki susunan roda 4-4-0 dan berat 32 ton. |
|||
Dari 44 lokomotif B51, saat ini masih tersisa 1 buah lokomotif B51, yaitu B51 12 (buatan pabrik Hanomag, mulai operasional tahun [[1902]]). B51 12 dipajang di [[Museum Kereta Api Ambarawa]] ([[Jawa Tengah]]). Walaupun sudah hampir 30 tahun lebih dalam keadaan mati namun kondisi ketel lokomotif B51 12 relatif masih baik. |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 12 Desember 2014 11.47
B51 | |
Data teknis | |
---|---|
Sumber tenaga | Uap |
Produsen | Hanomag, dan Hartmann ( Jerman Werkspoor N.V. ( Belanda) |
Jumlah dibuat | 44 buah |
Spesifikasi roda | |
Notasi Whyte | 4-4-0 |
Susunan roda AAR | 2-B |
Klasifikasi UIC | 2B |
Dimensi | |
Lebar sepur | 1.067 mm |
Berat | |
Berat kosong | 32 ton |
Bahan bakar | |
Jenis bahan bakar | Kayu jati |
Sistem mesin | |
Kinerja | |
Kecepatan maksimum | 75 km/jam |
Daya mesin | 415 hp |
Lain-lain | |
Karier | |
Perusahaan pemilik | Staatsspoorwegen |
Daerah operasi | Jawa dan Sumatera Selatan |
Mulai dinas | 1900-1910 |
Unit yang dilestarikan | B51 12 |
Pemilik sekarang | PT Kereta Api Indonesia |
Lokomotif B51 adalah lokomotif uap buatan pabrik Hanomag dan Hartmann di Jerman serta Werkspoor N.V., Belanda. Lokomotif dengan notasi Whyte 4-4-0 ini dioperasikan oleh Staatsspoorwegen di Jawa untuk angkutan penumpang. Saat ini tersisa lokomotif B51 12 di Museum Kereta Api Ambarawa.
Sejarah [1]
Lokomotif B51 adalah contoh lokomotif dengan dua silinder compound. Silinder ini lebih efisien karena uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan menuju silinder tekanan rendah, baru dikeluarkan ke cerobong. Meskipun demikian, perawatan pada lokomotif ini sangat rumit. Lokomotif ini tidak lagi diproduksi sejak ditemukannya superheater. Lokomotif dua silinder compound dapat sanggup melaju hingga lebih dari 60 km/jam namun tetap memberikan kestabilan.
Lokomotif B51 ini diimpor dari pabrik Hanomag dan Hartmann di Jerman serta Werkspoor, Belanda. Lokomotif ini berbahan bakar kayu jati, berdaya 415 hp, massa 32 ton, dan sanggup melaju hingga 75 km/jam. Pengimporan dilakukan tahun 1900-1910. Lokomotif B51 didinaskan untuk kereta lokal rute Tanah Abang-Rangkasbitung–Merak, rute Kertosono–Madiun–Blitar, dan rute Babat-Jombang.
Lima lokomotif B51 pernah dimutasi ke Sumatera Selatan untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang di sana. Krisis ekonomi yang melanda tahun 1929–1934 mengakibatkan lokomotif Staatsspoorwegen terpaksa disimpan, namun selama disimpan, B51 masih bertahan karena dirawat dengan baik. Satu unit B51 lagi dimutasi dari Jawa ke Sumatera Barat untuk melayani rute Muaro-Pekanbaru untuk angkutan batu bara hingga ditutup September 1945.
Saat ini tersisa B5112 yang beroperasi di Museum Kereta Api Ambarawa (buatan Hanomag) yang selama 30 tahun dipajang. Kemudian setelah 30 tahun tidak beroperasi, kini kembali beroperasi menarik kereta wisata.
Referensi
- ^ (Indonesia) Indonesian Heritage Railway: Lokomotif B51