Lompat ke isi

Purnomo Prawiro: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jfkjaya (bicara | kontrib)
Jfkjaya (bicara | kontrib)
Baris 34: Baris 34:
Pada tahun [[1970]], [[Gubernur DKI Jakarta]], [[Ali Sadikin]], mengumumkan bahwa Jakarta akan memberlakukan izin resmi bagi operasional taksi. Akhirnya setelah mengantongi ijin operasional, mereka berekspansi dengan meminjam dana dari Bank untuk membeli 100 unit Taksi baru. Taksi Chandra tetap dijalankan sebagai taksi per-jam. Sedangkan taksi baru di bawah PT Sewindu Taksi disiapkan dengan nama “Blue Bird”. Blue Bird memiliki logo sederhana berupa siluet burung berwarna biru tua yang sedang melesat, hasil karya pematung Hartono. Ini berasal dari ide ibunya, tentang kisah ‘’The Bird of Happiness’’ yang sering ia baca saat masih kecil.
Pada tahun [[1970]], [[Gubernur DKI Jakarta]], [[Ali Sadikin]], mengumumkan bahwa Jakarta akan memberlakukan izin resmi bagi operasional taksi. Akhirnya setelah mengantongi ijin operasional, mereka berekspansi dengan meminjam dana dari Bank untuk membeli 100 unit Taksi baru. Taksi Chandra tetap dijalankan sebagai taksi per-jam. Sedangkan taksi baru di bawah PT Sewindu Taksi disiapkan dengan nama “Blue Bird”. Blue Bird memiliki logo sederhana berupa siluet burung berwarna biru tua yang sedang melesat, hasil karya pematung Hartono. Ini berasal dari ide ibunya, tentang kisah ‘’The Bird of Happiness’’ yang sering ia baca saat masih kecil.


Sekitar tahun [[1975]], Purnomo Prawiro dipercaya untuk memimpin Blue Bird sebagai direktur operasional, setelah sang kakak Chandra Suharto lebih fokus di [[Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian|Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian]] (PTIK). Pada tahun [[1985]], Blue Bird dibawah kepemimpinannya sudah mencapai 2.000 unit taksi. Nilai-nilai dan ''brand'' yang ditanamkan adalah Blue Bird sebagai taksi ternyaman, teraman, dengan pengemudi yang santun. Tahun [[1993]], Blue bird meluncurkan Silver Bird, taksi eksekutif dengan fasilitas mobil mewah yang sebagian unitnya merupakan eks-sedan mewah yang digunakan pada [[KTT Non-Blok]] yang digelar di [[Indonesia]], [[1992]]. Pada [[10 Juni]] [[2000]], ibunya wafat di [[RS Medistra]], ia secara tidak langsung melanjutkan kepemimpinan ibunya di Blue Bird Group.
Sekitar tahun [[1975]], Purnomo Prawiro dipercaya untuk memimpin Blue Bird sebagai direktur operasional, setelah sang kakak Chandra Suharto lebih fokus di [[Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian|Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian]] (PTIK). Pada tahun [[1985]], Blue Bird dibawah kepemimpinannya sudah mencapai 2.000 unit taksi. Nilai-nilai dan ''brand'' yang ditanamkan adalah Blue Bird sebagai taksi ternyaman, teraman, dengan pengemudi yang santun. Tahun [[1993]], Blue bird meluncurkan Silver Bird, taksi eksekutif dengan fasilitas mobil mewah yang sebagian unitnya merupakan eks-sedan mewah yang digunakan pada [[KTT Non-Blok]] yang digelar di [[Indonesia]], [[1992]]. Pada [[10 Juni]] [[2000]], ibunya wafat di [[Rumah Sakit Medistra|RS Medistra]], ia secara tidak langsung melanjutkan kepemimpinan ibunya di Blue Bird Group.


Memasuki tahun [[2010]], taksi ini semakin populer, apalagi sejak [[Presiden AS]] [[Barack Obama]] datang ke [[Jakarta]] pada [[2010]]. Saat itu, Obama menggunakan Blue Bird untuk rombonganya melakukan kunjungan di Indonesia<ref>[http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/12/04/327608/purnomo-prawiro-orang-kaya-baru-forbes-yang-taksinya-dinaiki-obama Artikel:”Purnomo Prawiro, 'Orang Kaya Baru' Forbes yang Taksinya Dinaiki Obama” di metronews.com]</ref>. Tahun [[2014]], dengan total sekitar 22 ribu unit taksi<ref>[http://www.tempo.co/read/news/2014/12/04/090626392/Pemilik-Blue-Bird-Orang-Kaya-Baru-Versi-Forbes Artikel:”Pemilik Blue Bird, Orang Kaya Baru Versi Forbes” di Tempo.co.id]</ref>, Blue Bird berkembang di berbagai kota selain [[Jakarta]], seperti Bandung, Bali, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. Perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini akhirnya juga melepas saham perdananya ke publik (IPO) dan berhasil meraup dana sebesar Rp 2,44 triliun pada November 2014<ref>[http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141204062222-92-15744/empat-taipan-baru-dalam-daftar-orang-terkaya-di-indonesia/ Artikel:”Empat Taipan Baru dalam Daftar Orang Terkaya di Indonesia” di cnnindonesia.com]</ref>. Ekspansi bisnis Blue bird meluas hingga ke mobil carteran , bus carteran, angkutan truk kontainer, layanan logistik, produksi bodi kendaraan dan hotel.
Memasuki tahun [[2010]], taksi ini semakin populer, apalagi sejak [[Presiden AS]] [[Barack Obama]] datang ke [[Jakarta]] pada [[2010]]. Saat itu, Obama menggunakan Blue Bird untuk rombonganya melakukan kunjungan di Indonesia<ref>[http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/12/04/327608/purnomo-prawiro-orang-kaya-baru-forbes-yang-taksinya-dinaiki-obama Artikel:”Purnomo Prawiro, 'Orang Kaya Baru' Forbes yang Taksinya Dinaiki Obama” di metronews.com]</ref>. Tahun [[2014]], dengan total sekitar 22 ribu unit taksi<ref>[http://www.tempo.co/read/news/2014/12/04/090626392/Pemilik-Blue-Bird-Orang-Kaya-Baru-Versi-Forbes Artikel:”Pemilik Blue Bird, Orang Kaya Baru Versi Forbes” di Tempo.co.id]</ref>, Blue Bird berkembang di berbagai kota selain [[Jakarta]], seperti [[Bandung]], [[Bali]], [[Yogyakarta]], dan kota-kota lainnya. Perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini akhirnya juga melepas saham perdananya ke publik (IPO) dan berhasil meraup dana sebesar Rp 2,44 triliun pada November 2014<ref>[http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141204062222-92-15744/empat-taipan-baru-dalam-daftar-orang-terkaya-di-indonesia/ Artikel:”Empat Taipan Baru dalam Daftar Orang Terkaya di Indonesia” di cnnindonesia.com]</ref>. Ekspansi bisnis Blue bird meluas hingga ke mobil carteran , bus carteran, angkutan truk kontainer, layanan logistik, produksi bodi kendaraan dan hotel.


Melalui Blue Bird Group, pada [[2014]], Purnomo Prawiro dinobatkan sebagai orang terkaya no. 25 oleh majalah [[Forbes]] dengan kekayaan 935 juta US$<ref>[http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/05/115511326/Ini.Daftar.Orang.Terkaya.di.Indonesia Ini Daftar Orang Terkaya di Indonesia di Kompas.com]</ref><ref>[http://finance.detik.com/read/2014/12/04/104344/2767464/4/ini-dia-daftar-orang-kaya-terbaru-ri-2014 Ini Dia Daftar Orang Kaya Terbaru RI 2014 di Detik.com]</ref>.
Melalui Blue Bird Group, pada [[2014]], Purnomo Prawiro dinobatkan sebagai orang terkaya no. 25 oleh majalah [[Forbes]] dengan kekayaan 1,3 miliar US$<ref>[http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/05/115511326/Ini.Daftar.Orang.Terkaya.di.Indonesia Ini Daftar Orang Terkaya di Indonesia di Kompas.com]</ref><ref>[http://finance.detik.com/read/2014/12/04/104344/2767464/4/ini-dia-daftar-orang-kaya-terbaru-ri-2014 Ini Dia Daftar Orang Kaya Terbaru RI 2014 di Detik.com]</ref>.


== Keluarga ==
== Keluarga ==

Revisi per 3 Januari 2015 08.17

Purnomo Prawiro
Informasi pribadi
LahirIndonesia Jakarta, Indonesia
AnakNoni Sri Aryati Purnomo[1]
PekerjaanPresiden Direktur PT Blue Bird Tbk
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Purnomo Prawiro adalah seorang pengusaha transportasi yang berasal dari Indonesia. Ia dikenal sebagai pemilik bisnis transportasi Blue Bird. Pada 2014, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, ia menduduki peringkat ke-25[2].

Purnomo Prawiro & Blue Bird Group

Awalnya pada tahun 1965, Blue Bird didirikan oleh ibunya, Mutiara Fatimah Djokosoetono, sebagai “Taksi Gelap” tanpa meteran dengan nama Chandra Taxi. Ayahnya Djokosoetono, adalah dosen yang juga salah satu pendiri dan Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Pada 6 September 1965, ayahnya wafat, Sebagai penghargaan pengabdian ayahnya, PTIK dan PTHM menghibahkan dua buah mobil bekas, sedan Opel dan Mercedes. Untuk membiaya kehidupan mereka, timbulah ide untuk mengoperasikan dua mobil tersebut sebagai Taksi.

Usaha Taksi ini dijalankan bersama dr. Chandra Suharto (anak laki-laki pertama) dan dr. Purnomo Prawiro (anak laki-laki paling bungsu)[3]. Dalam operasionalnya, Chandra Suharto, bertindak sebagai operator telepon. Sedangkan Purnomo, menjadi salah satu sopirnya[4]. Usaha ini terus berkembang dan hasil keuntungan mereka digunakan untuk membeli mobil lagi, hingga 25 unit taxi pertama yang didatangkan dari Surabaya. Berlanjut sekitar tahun 1970-an jumlah mobilnya sudah mencapai 60 unit taxi.

Pada tahun 1970, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, mengumumkan bahwa Jakarta akan memberlakukan izin resmi bagi operasional taksi. Akhirnya setelah mengantongi ijin operasional, mereka berekspansi dengan meminjam dana dari Bank untuk membeli 100 unit Taksi baru. Taksi Chandra tetap dijalankan sebagai taksi per-jam. Sedangkan taksi baru di bawah PT Sewindu Taksi disiapkan dengan nama “Blue Bird”. Blue Bird memiliki logo sederhana berupa siluet burung berwarna biru tua yang sedang melesat, hasil karya pematung Hartono. Ini berasal dari ide ibunya, tentang kisah ‘’The Bird of Happiness’’ yang sering ia baca saat masih kecil.

Sekitar tahun 1975, Purnomo Prawiro dipercaya untuk memimpin Blue Bird sebagai direktur operasional, setelah sang kakak Chandra Suharto lebih fokus di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Pada tahun 1985, Blue Bird dibawah kepemimpinannya sudah mencapai 2.000 unit taksi. Nilai-nilai dan brand yang ditanamkan adalah Blue Bird sebagai taksi ternyaman, teraman, dengan pengemudi yang santun. Tahun 1993, Blue bird meluncurkan Silver Bird, taksi eksekutif dengan fasilitas mobil mewah yang sebagian unitnya merupakan eks-sedan mewah yang digunakan pada KTT Non-Blok yang digelar di Indonesia, 1992. Pada 10 Juni 2000, ibunya wafat di RS Medistra, ia secara tidak langsung melanjutkan kepemimpinan ibunya di Blue Bird Group.

Memasuki tahun 2010, taksi ini semakin populer, apalagi sejak Presiden AS Barack Obama datang ke Jakarta pada 2010. Saat itu, Obama menggunakan Blue Bird untuk rombonganya melakukan kunjungan di Indonesia[5]. Tahun 2014, dengan total sekitar 22 ribu unit taksi[6], Blue Bird berkembang di berbagai kota selain Jakarta, seperti Bandung, Bali, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. Perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini akhirnya juga melepas saham perdananya ke publik (IPO) dan berhasil meraup dana sebesar Rp 2,44 triliun pada November 2014[7]. Ekspansi bisnis Blue bird meluas hingga ke mobil carteran , bus carteran, angkutan truk kontainer, layanan logistik, produksi bodi kendaraan dan hotel.

Melalui Blue Bird Group, pada 2014, Purnomo Prawiro dinobatkan sebagai orang terkaya no. 25 oleh majalah Forbes dengan kekayaan 1,3 miliar US$[8][9].

Keluarga

Purnomo Prawiro dilahirkan sebagai putra bungsu dari pasangan Mutiara Fatimah Djokosoetono dan Djokosoetono. Ia memiliki saudara, yaitu Brigjen Pol (P) Dr. H. KRH Chandra Suharto, MBA, SpJp dan Mintarsih Lestiani. Ia menikah dengan Endang Basuki dan memiliki anak, Noni Sri Aryati Purnomo yang menempati posisi direktur di Blue Bird Group.

Lihat juga

Referensi