Sidratul Muntaha: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
| Baris 20: | Baris 20: | ||
= Peristiwa di Sidratul Muntaha bagi Nabi Muhammad = |
= Peristiwa di Sidratul Muntaha bagi Nabi Muhammad = |
||
Ketika Mi'raj, di sini Nabi Muhammad {{SAW}}: |
Ketika Mi'raj, di sini Nabi Muhammad {{SAW}}: |
||
== Mendengar suara qalam == |
|||
{{KutipHadits| |
|||
Telah berkata Ibnu Syihab: Dan telah mengabariku Ibnu Hazm, bahwasanya Ibnu Abbas dan Abu Habbah al-Anshari pernah berkata: Telah bersabda Rasulullah {{SAW}}: "Kemudian aku dimi'rajkan sehingga aku melihat Mustawa (Sidratul Muntaha). Di sana aku mendengar suara qalam (pena takdir)." |
|||
:HR [[Imam Bukhari|al-Bukhari]] (349) dengan redaksi di atas, [[Imam Muslim|Muslim]] (163), dan [[Imam Ahmad|Ahmad]] (20781).}} |
|||
== Melihat bentuk asli Malaikat Jibril == |
== Melihat bentuk asli Malaikat Jibril == |
||
Revisi per 19 Juli 2007 03.21
Sidratul Muntaha berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara. Sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan, sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut:
Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Istilah ini disebutkan sekali dalam Al-Qur'an, yaitu pada ayat:
Sidratul Muntaha digambarkan sebagai pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai Langit Keenam hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu, sebagaimana diutarakan dalam hadits:
Jika Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidratul Muntaha sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas'ud adalah "permadani emas". Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadits-hadits tentang Isra Mi'raj tersebut hanyalah berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata. Hakikatnya hanya Allah yang Maha Tahu. Ketika Mi'raj, di sini Nabi Muhammad ﷺ:
Peristiwa di Sidratul Muntaha bagi Nabi Muhammad
Ketika Mi'raj, di sini Nabi Muhammad ﷺ:
Melihat bentuk asli Malaikat Jibril
Melihat cahaya Tuhan
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad ﷺ pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihat-Nya dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang berpendapat bahwa beliau pernah melihat-Nya dengan mata hati antara lain al-Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani dalam tahqiq beliau terhadap Syarah Aqidah ath-Thahawiyah. Salah satu argumentasi mereka adalah hadits di atas.
Memperoleh tiga hal dari Tuhan, di antaranya adalah kewajiban shalat
Di Sidratul Muntaha ini Nabi Muhammad ﷺ mendapatkan perintah sholat 5 waktu. Perintah melaksanakan sholat tersebut pada awalnya adalah 50 kali setiap harinya, akan tetapi karena pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad ﷺ sendiri, serta kasih dan sayang Allah EE1C23, jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. Di antara hadits mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud:
Lihat juga
Pranala luar
- (Indonesia) Sidratul Muntaha dalam Isra dan Mi'raj