Muara Teweh: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Ibukota provinsi |
|||
| foto = |
|||
| caption = |
|||
| nama = Kota Muara Teweh |
|||
| pulau = Kalimantan |
|||
| provinsi = Kalimantan Timur |
|||
| logo = |
|||
| peta = |
|||
| motto = Rakyat Muara |
|||
| berdiri = Mei 2015 ''(akan berdiri)'' |
|||
| dasar hukum = |
|||
| wilayah = 1277,81 |
|||
| kecamatan = 10 |
|||
| penduduk = 429 |
|||
| penduduk tahun = 2015 |
|||
| kepadatan = |
|||
| suku = |
|||
| bahasa = |
|||
| agama = |
|||
| zona = WIT |
|||
| kode = |
|||
| fauna = |
|||
| situs = |
|||
}} |
|||
'''Muara Teweh''' (disingkat: '''MTW'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah ibukota [[kabupaten Barito Utara]] bagian dari provinsi [[Kalimantan Tengah]], mayoritas penduduknya berasal dari [[Suku Dayak Bakumpai]] yang merupakan sub etnis [[Suku Dayak Ngaju|Dayak Ngaju]] yang beragama Islam. |
'''Muara Teweh''' (disingkat: '''MTW'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah ibukota [[kabupaten Barito Utara]] bagian dari provinsi [[Kalimantan Tengah]], mayoritas penduduknya berasal dari [[Suku Dayak Bakumpai]] yang merupakan sub etnis [[Suku Dayak Ngaju|Dayak Ngaju]] yang beragama Islam. |
||
Suku asli di Muara teweh yakni<br> |
Suku asli di Muara teweh yakni<br> |
Revisi per 9 Februari 2015 01.39
Kota Muara Teweh | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Rakyat Muara | |
Koordinat: 0°54′S 115°00′E / 0.9°S 115°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Timur |
Tanggal berdiri | Mei 2015 (akan berdiri) |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Luas | |
• Total | 1.277,81 km2 (493,37 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 429 |
• Kepadatan | 0,34/km2 (0,87/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Muara Teweh (disingkat: MTW[1]) adalah ibukota kabupaten Barito Utara bagian dari provinsi Kalimantan Tengah, mayoritas penduduknya berasal dari Suku Dayak Bakumpai yang merupakan sub etnis Dayak Ngaju yang beragama Islam.
Suku asli di Muara teweh yakni
- Dayak Bakumpai,
- Suku Dayak Taboyan atau disebut juga Dayak Tawoyan,dan
- Dayak Maanyan.
Adapun perhutanan, pertambangan batu bara dan emas serta perkebunan kelapa sawit dan karet adalah produk andalan dari kota Muara Teweh.
Asal usul nama Muara Teweh
- Dalam kumunitas Suku Bayan Dusun Pepas, disebut Nangei Tiwei (Nangei = Tumbang, Muara; Tiwei = Ikan Seluang Tiwei).
- Pada komunikasi Suku Bayan Bintang Ninggi, disebut Nangei Musini (Nangei Musini = Muara Musini).
- Pada Komunitas Suku Dusun Taboyan Malawaken, disebut Ulung Tiwei (Ulung Tiwei = Muara Tiwei, di mana Ulung Tiwei ini merupakan rumpun bahasa sebelah Timur/Mahakam. Misalnya, Ulung Ngiram disingkat Long Ngiram, jadi Ulung Tiwei disingkat Long Tiwei).
- Pada komunitas Dayak Ngaju Bakumpai/Kapuas, disebutkan Tumbang Tiwei (Tumbang Tiwei = Muara Tiwei, yang kemudian oleh kolonial Belanda dimelayukan menjadi Muara Teweh).
- pada komunitas dayak Tewoyan di kec.Teweh Timur ,kec.Gunung Purei,Oleng Tiwei(Muara Teweh)
Sejarah
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat rumah-rumah apung yang dalam bahasa setempat disebut rumah lanting. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (Gaz) dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.Dan di dekat teluk mati ada kapal umbus millik belanda pernah tenggelam di teluk itu