Lompat ke isi

Kemarahan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 6: Baris 6:
Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap [[kualitas hidup]] pribadi dan sosial <ref name="EncPsy"/><ref name="Ethics"> John W. Fiero, ''Anger'', Ethics, Revised Edition, Vol 1 </ref>.
Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap [[kualitas hidup]] pribadi dan sosial <ref name="EncPsy"/><ref name="Ethics"> John W. Fiero, ''Anger'', Ethics, Revised Edition, Vol 1 </ref>.


Meskipun banyak filsuf dan penulis telah memperingatkan terhadap kemarahan yang spontan dan tak terkendali, terdapat ketidaksepakatan tentang nilai intrinsik dari kemarahan. Penanganan kemarahan telah menjadi bahan tulisan sejak para filsuf awal hingga saat ini. Ahli psikologi modern, berlawanan dengan para penulis awal, juga telah menunjukkan dampak buruk karena menekan rasa marah <ref name="AngerTheory"> Simon Kemp, K.T. Strongman, ''Anger theory and management: A historical analysis'', The American Journal of Psychology, Vol. 108, No. 3. (Autumn, 1995), pp. 397-417 </ref>. Penunjukan kemarahan juga telah digunakan sebagai strategi manipulasi untuk [[pengaruh sosial]] <ref name="Sutton1">Sutton, R. I. ''Maintaining norms about expressed emotions: The case of bill collectors'', Administrative Science Quarterly, 1991, 36:245-268</ref><ref name="Hochschild1"> Hochschild, AR, ''The managed heart: Commercialization of human feeling'', [[University of California Press]], 1983</ref>.
Meskipun banyak [[filsuf]] dan [[penulis]] telah memperingatkan terhadap kemarahan yang spontan dan tak terkendali, terdapat ketidaksepakatan tentang nilai intrinsik dari kemarahan. Penanganan kemarahan telah menjadi bahan tulisan sejak para filsuf awal hingga saat ini. Ahli psikologi modern, berlawanan dengan para penulis awal, juga telah menunjukkan dampak buruk karena menekan rasa marah <ref name="AngerTheory"> Simon Kemp, K.T. Strongman, ''Anger theory and management: A historical analysis'', The American Journal of Psychology, Vol. 108, No. 3. (Autumn, 1995), pp. 397-417 </ref>. Penunjukan kemarahan juga telah digunakan sebagai strategi manipulasi untuk [[pengaruh sosial]] <ref name="Sutton1">Sutton, R. I. ''Maintaining norms about expressed emotions: The case of bill collectors'', Administrative Science Quarterly, 1991, 36:245-268</ref><ref name="Hochschild1"> Hochschild, AR, ''The managed heart: Commercialization of human feeling'', [[University of California Press]], 1983</ref>.


'''''Marah dan Hubungan Pernikahan'''''


== Dampak ==
Marah berlebihan sering terjadi di antara pasangan karena sebab yang tidak jelas maupun hal sepele. Lazimnya hal ini terjadi pada mereka yang sudah menikah dibandingkan dengan yang belum terikat komitmen secara resmi. Masih belum banyak dilakukan penilitian, terutama di Indonesia, atas apa penyebab atau mengapa kita menjadi lebih cepat marah pada pasangan yang punya hubungan 'lebih' dibanding person lainnya. Namun kita sepakat, bila hal inilah yang membuat 50% hubungan pernikahan rusak dengan sendirinya. Kemarahan terhadap pasangan perlu kita sikapi secara cerdas sebelum pernikahan jatuh ke jurang perceraian. Walaupun seluruh... bersambung
=== Marah dan Hubungan Pernikahan ===
== Catatan kaki ==
{{Expand section}}
Marah berlebihan sering terjadi di antara pasangan karena sebab yang tidak jelas maupun hal sepele. Lazimnya hal ini terjadi pada mereka yang sudah menikah dibandingkan dengan yang belum terikat komitmen secara resmi. Masih belum banyak dilakukan penelitian, terutama di Indonesia, atas apa penyebab atau mengapa seseorang menjadi lebih cepat marah pada pasangan yang punya hubungan 'lebih' dibanding lainnya. Hal ini mungkin telah membuat 50% hubungan pernikahan rusak dengan sendirinya. Kemarahan terhadap pasangan perlu disikapi secara cerdas sebelum pernikahan jatuh ke jurang perceraian.{{citation needed}}


== Catatan kaki ==
{{Wiktionary}}
{{reflist}}
{{reflist}}


{{psikologi-stub}}
{{psikologi-stub}}
== Pranala Luar ==
* [http://www.referensisukses.com/2011/04/3-kekuatan-bermafaat-marah-bagi-diri.html Kekuatan bermanfaat marah]


[[Kategori:Emosi]]
[[Kategori:Emosi]]

Revisi per 23 Februari 2015 07.57

Contoh ekspresi kemarahan.

Kemarahan adalah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin [1]. Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar [2].

Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi publik [3]. Manusia dan hewan lain sebagai contoh dapat mengeluarkan suara keras, upaya untuk tampak lebih besar secara fisik, memamerkan gigi mereka, atau melotot [4]. Marah adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Kontak fisik jarang terjadi tanpa ekspresi kemarahan paling tidak oleh salah seorang partisipan [4]. Meskipun sebagian besar pelaku menjelaskan bahwa rasa marah timbul karena "apa yang telah terjadi pada mereka," ahli psikologi menunjukkan bahwa orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif [5].

Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial [5][6].

Meskipun banyak filsuf dan penulis telah memperingatkan terhadap kemarahan yang spontan dan tak terkendali, terdapat ketidaksepakatan tentang nilai intrinsik dari kemarahan. Penanganan kemarahan telah menjadi bahan tulisan sejak para filsuf awal hingga saat ini. Ahli psikologi modern, berlawanan dengan para penulis awal, juga telah menunjukkan dampak buruk karena menekan rasa marah [7]. Penunjukan kemarahan juga telah digunakan sebagai strategi manipulasi untuk pengaruh sosial [8][9].


Dampak

Marah dan Hubungan Pernikahan

Marah berlebihan sering terjadi di antara pasangan karena sebab yang tidak jelas maupun hal sepele. Lazimnya hal ini terjadi pada mereka yang sudah menikah dibandingkan dengan yang belum terikat komitmen secara resmi. Masih belum banyak dilakukan penelitian, terutama di Indonesia, atas apa penyebab atau mengapa seseorang menjadi lebih cepat marah pada pasangan yang punya hubungan 'lebih' dibanding lainnya. Hal ini mungkin telah membuat 50% hubungan pernikahan rusak dengan sendirinya. Kemarahan terhadap pasangan perlu disikapi secara cerdas sebelum pernikahan jatuh ke jurang perceraian.[butuh rujukan]

Catatan kaki

  1. ^ "Anger definition". Medicine.net. Diakses tanggal 2008-04-05. 
  2. ^ Raymond DiGiuseppe, Raymond Chip Tafrate, Understanding Anger Disorders, Oxford University Press, 2006, pp.133-159.
  3. ^ Michael Kent, Anger, The Oxford Dictionary of Sports Science & Medicine, Oxford University Press, ISBN 0-19-262845-3
  4. ^ a b Primate Ethology, 1967, Desmond Morris (Ed.). Weidenfeld & Nicolson Publishers: London, p.55
  5. ^ a b Raymond W. Novaco, Anger, Encyclopedia of Psychology, Oxford University Press, 2000
  6. ^ John W. Fiero, Anger, Ethics, Revised Edition, Vol 1
  7. ^ Simon Kemp, K.T. Strongman, Anger theory and management: A historical analysis, The American Journal of Psychology, Vol. 108, No. 3. (Autumn, 1995), pp. 397-417
  8. ^ Sutton, R. I. Maintaining norms about expressed emotions: The case of bill collectors, Administrative Science Quarterly, 1991, 36:245-268
  9. ^ Hochschild, AR, The managed heart: Commercialization of human feeling, University of California Press, 1983