Lompat ke isi

Gedung Juang Tambun: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 203.176.181.61) dan mengembalikan revisi 8643327 oleh Andriana08: maaf saya menolak perubahan, karena ada pada revisi yang saya tolak ini ada penghilangan paragraf tenta
Baris 5: Baris 5:
[[Berkas:Reynan-relief-perjuangan-gedung-juang-tambun-2014-12-21-620_result.jpg|thumb|right|Relief yang menceritakan masa awal wilayah Bekasi]]
[[Berkas:Reynan-relief-perjuangan-gedung-juang-tambun-2014-12-21-620_result.jpg|thumb|right|Relief yang menceritakan masa awal wilayah Bekasi]]
Gedung Juang Tambun dibangun oleh tuan tanah beretnis Tionghoa, Kow Tjing Kie, dengan dua tahap. Tahap pertama pada tahun [[1906]], selesai pada tahun [[1910]]. Kemudian tahap ke-dua pada tahun [[1925]]. Pada awalnya, halaman depan Gedung Juang Tambun yang terlihat dari jalan Hasanudin ini banyak ditanami oleh pohon mangga yang pada masa itu tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat wilayah Tambun dan [[Bekasi]].<ref>[http://tamsel.bekasikab.go.id/berita-gedung-juang-45-saksi-bisu-perjuangan-masyarakat-tambun.html | Kabupaten Bekasi - Gedung Juang 45 Saksi Bisu Perjuangan Masyarakat Tambun]</ref>
Gedung Juang Tambun dibangun oleh tuan tanah beretnis Tionghoa, Kow Tjing Kie, dengan dua tahap. Tahap pertama pada tahun [[1906]], selesai pada tahun [[1910]]. Kemudian tahap ke-dua pada tahun [[1925]]. Pada awalnya, halaman depan Gedung Juang Tambun yang terlihat dari jalan Hasanudin ini banyak ditanami oleh pohon mangga yang pada masa itu tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat wilayah Tambun dan [[Bekasi]].<ref>[http://tamsel.bekasikab.go.id/berita-gedung-juang-45-saksi-bisu-perjuangan-masyarakat-tambun.html | Kabupaten Bekasi - Gedung Juang 45 Saksi Bisu Perjuangan Masyarakat Tambun]</ref>

[[Berkas:Reynan-relief-perjuangan-gedung-juang-tambun-2014-12-21-614 result.jpg|thumb|right|Relief perjuangan melawan penjajah di sekitar Gedung Juang Tambun]]
Pada saat perang kemerdekaan melawan [[Belanda]], Gedung Juang yang pada saat itu dikenal dengan nama Gedung Tinggi dijadikan tempat pertahanan oleh para pejuang kemerdekaan yang itu berpusat di wilayah Tambun dan Cibarusah.

Gedung juang Tambun ini berlokasi hanya beberapa kilometer dari perbatasan wilayah terluar [[Batavia]] yaitu wilayah Sasak Jarang yang kini menjadi wilayah perbatasan antara [[Bekasi Timur, Bekasi|kecamatan Bekasi Timur, kota Bekasi]] dengan [[Tambun Selatan, Bekasi|kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi]]. Akibat pertahanan Belanda di wilayah Bekasi sering diserang, maka Belanda sering meninggalkan tempat pertahanannya di wilayah Bekasi dan menarik diri untuk memperkuat wilayah pertahanannya di [[Klender]], yang kemudian menjadi batas antara [[kota Bekasi]] dengan [[Jakarta Timur]].

[[Berkas:Reynan-relief-perjuangan-gedung-juang-tambun-kereta-2014-12-21-615_result.jpg|thumb|right|Relief perundingan pertukaran tawanan perang antara pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tentara Belanda]]
Gedung ini juga menjadi tempat perundingan pertukaran tawanan antara Belanda dengan para pejuang kemerdekaan [[Indonesia]]. Pejuang kemerdekaan Indonesia dipulangkan oleh Belanda ke wilayah Bekasi dan tentara Belanda dipulangkan ke Batavia melalui [[Stasiun Tambun]] yang lintasan relnya tepat berada dibelakang gedung ini.

Setelah Belanda meninggalkan wilayah Bekasi, Gedung juang Tambun kemudian dimiliki oleh Kouw Oen Huy yang merupakan tuan tanah beretnis Tionghoa yang menguasai banyak tanah di wilayah Tambun dan wilayah [[Cakung]] (dekat Klender) hingga tahun [[1942]].


== Masa Penjajahan Jepang ==
== Masa Penjajahan Jepang ==

Revisi per 20 Maret 2015 03.47

Gedung Juang Tambun

Gedung Juang Tambun atau yang biasa dikenal dengan nama Gedung Tinggi merupakan sebuah situs sejarah yang terletak di desa Mekar Sari, kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi yang bergaya Neo-klasik. Gedung Juang Tambun dan stasiun Tambun yang telah dihancurkan yang terletak di belakang gedung ini, merupakan satu kesatuan sejarah tidak terpisahkan.

Sejarah

Relief yang menceritakan masa awal wilayah Bekasi

Gedung Juang Tambun dibangun oleh tuan tanah beretnis Tionghoa, Kow Tjing Kie, dengan dua tahap. Tahap pertama pada tahun 1906, selesai pada tahun 1910. Kemudian tahap ke-dua pada tahun 1925. Pada awalnya, halaman depan Gedung Juang Tambun yang terlihat dari jalan Hasanudin ini banyak ditanami oleh pohon mangga yang pada masa itu tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat wilayah Tambun dan Bekasi.[1]

Berkas:Reynan-relief-perjuangan-gedung-juang-tambun-2014-12-21-614 result.jpg
Relief perjuangan melawan penjajah di sekitar Gedung Juang Tambun

Pada saat perang kemerdekaan melawan Belanda, Gedung Juang yang pada saat itu dikenal dengan nama Gedung Tinggi dijadikan tempat pertahanan oleh para pejuang kemerdekaan yang itu berpusat di wilayah Tambun dan Cibarusah.

Gedung juang Tambun ini berlokasi hanya beberapa kilometer dari perbatasan wilayah terluar Batavia yaitu wilayah Sasak Jarang yang kini menjadi wilayah perbatasan antara kecamatan Bekasi Timur, kota Bekasi dengan kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Akibat pertahanan Belanda di wilayah Bekasi sering diserang, maka Belanda sering meninggalkan tempat pertahanannya di wilayah Bekasi dan menarik diri untuk memperkuat wilayah pertahanannya di Klender, yang kemudian menjadi batas antara kota Bekasi dengan Jakarta Timur.

Relief perundingan pertukaran tawanan perang antara pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tentara Belanda

Gedung ini juga menjadi tempat perundingan pertukaran tawanan antara Belanda dengan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Pejuang kemerdekaan Indonesia dipulangkan oleh Belanda ke wilayah Bekasi dan tentara Belanda dipulangkan ke Batavia melalui Stasiun Tambun yang lintasan relnya tepat berada dibelakang gedung ini.

Setelah Belanda meninggalkan wilayah Bekasi, Gedung juang Tambun kemudian dimiliki oleh Kouw Oen Huy yang merupakan tuan tanah beretnis Tionghoa yang menguasai banyak tanah di wilayah Tambun dan wilayah Cakung (dekat Klender) hingga tahun 1942.

Masa Penjajahan Jepang

Berkas:Reynan-relief-perjuanga-gedung-juang-tambun-2014-12-21-617 result.jpg
Relief perjuangan pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Jepang

Pada tahun 1943 tentara Jepang mengambil alih gedung ini dan dijadikannya sebagai salah satu pusat kekuatan dalam menjajah Indonesia. Pada akhr masa penjajahan Jepang, terjadi sebuah peristiwa besar pembantaian tentara Jepang oleh pejuang kemerdekaan Indonesia, di mana tentara Jepang yang pada saat itu menggunakan kereta api melintasi wilayah Bekasi hendak meninggalkan Indonesia melalui Bandar Udara Kalijati, Subang relnya dibelokan ke rel buntu yang membuat kereta terperosok, kemudian tentara Jepang yang sebagian besar tidak bersenjata dikarenakan mereka menyimpan senjatanya di gerbong barang, dibantai oleh pejuangan kemerdekaan Indonesia dan mayatnya dibuang di kali Bekasi.

Masa Mempertahankan Kemerdekaan

Setelah Jepang menarik diri dari Indonesia pada tahun 1945, KNI (Komite Nasonal Indonesia) menjadikan Gedung Juang Tambun sebagai kantor Kabupaten Jatinegara. Tidak hanya menjadi kantor kabupaten, gedung ini juga dijadikan sebagai menjadi tempat pertahanan dan pusat komando dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari tentara sekutu yang hendak menjajah Indonesia kembali.

Pada akhir tahun 1947, Belanda melanggar Perjanjian Linggar Jati dan melakukan agresi militer pertama, Gedung Juang Tambun pun dapat dikuasai oleh Belanda setelah melakukan serangan bertubi-tubi hingga tahun 1949 Namun tahun 1950 pejuang Indonesia dapat merebut kembali gedung ini. Setelah gedung ini berhasil di kuasai dan wilayah Tambun berhasil diamankan, maka aktivitas pemerintahan kembali dilakukan di gedung ini. Tercatat pada tahun 1950 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi menempati gedung ini kali pertama, disusul oleh kantor-kantor dan jawatan lainnya hingga akhir 1982.

Pada tahun 1951 gedung ini diisi oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, Batalyon Kian Santang. Lembaga wakil rakyat pun pernah berkantor di gedung ini hingga tahun 1960 diantaranya DPRD Sementara, DPRD Tk. II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960. Pada tahun 1962 dijadikan tempat tahanan politik Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada tahun 1982, Bupati Bekasi yang juga seorang budayawan, Abdul Fatah yang menjabat dari tahun 1973 - 1983 membentuk Akademi Pembangunan Desa (APD) di wilayah Tambun dengan menggunakan Gedung juang Tambun sebagai kampusnya.[2] Akademi Pembangunan Desa (APD) ini pada masa sekarang telah menjadi Universitas Islam 45 Bekasi dan telah memiliki kampus sendiri di dekat saluran Irigasi Tarum Barat (Kali Malang) di Jalan Cut Meutia, kota Bekasi

Masa Modern

Pada tahun 1999, gedung ini pernah menjadi kantor sekretariat Pemilu dan Dinas Kebersihan serta Pertamanan, dan sekarang dimanfaatkan sebagai Kantor Pemadam Kebakaran.

Panorama Gedung Juang Tambun

Referensi